Wajah Pengausa Tak Lembek Lagi
Oleh Ibn Ghifarie
Kini, yang menjadi permasalahan bukan kita lupa pada petuah Rasul tersebut sebagai tauladan. Namun, karena terlalu lama tak ingat dan dekat denganya, maka wajar bila kita berwatak sekaligus berwajah baja.
Artinya para pejabat kampus dalam ranah kecil, mereka tak lagi akrab dan saling menyapa dengan mahasiswa. Nayatanya mereka malah menyimpan sejuta aroma manis dan berbau busuk. Berbeda pada saat mereka kampaye untuk menjadi ketua Presma, Kajur, Dekan bahkan Rektor, mereka akrab dan sambil mengumbar janji-janjinya. Perilaku ini mesti kita waspadai. Apalagi pada saat memasuki tahun 2007.
Walhasil, kita harus berhati-hati dan rajin memilih teman. Pasalnya, kita sering dianggap bagian dari mereka. Sudah tentu, para penjaja kekuasaan piawai dalam menyulap bahasa dan penampilannya. Jika, para kholifah tak lagi berwajah murah dan menyapa perbedan, maka apa jadinya kampus UIN SGD Bandung ini? [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp, 03/09;03.02 wib
Oleh Ibn Ghifarie
Quote:
Originally posted by mifka Penguasa kampus, misalnya, harus malu kalau korupsi, tak menepati janji, tak rajin membaca dan menulis, tak membuat karya, tak bisa main internet, tak akrab dengan mahasiswa, tak peduli pada aspirasi dan kesejahteraan mahasiswa dan prilaku-prilaku miring lainnya. Bicara tentang malu, kita ingat hadits Nabi: malu sebagian dari iman. Salah satu hal yang penting ditumbuhkan dalam diri kita adalah budaya malu (shame culture). Walhasil, kita mesti malu melihat orang lain berbuat baik. Maka, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Kita harus malu melihat orang lain berlaku jahil; maka, saling mengingatkanlah dalam kebenaran. Kita hanya mungkin merenung, malukah kita yang kerap dzali dan enggan bijaksana, ogah bijak? Malukah pejabat kampus yang masih tak peka pada aspirasi mahasiswa, doyan korupsi dan dzalim pada ekspresi mahasiswa? [] |
Kini, yang menjadi permasalahan bukan kita lupa pada petuah Rasul tersebut sebagai tauladan. Namun, karena terlalu lama tak ingat dan dekat denganya, maka wajar bila kita berwatak sekaligus berwajah baja.
Artinya para pejabat kampus dalam ranah kecil, mereka tak lagi akrab dan saling menyapa dengan mahasiswa. Nayatanya mereka malah menyimpan sejuta aroma manis dan berbau busuk. Berbeda pada saat mereka kampaye untuk menjadi ketua Presma, Kajur, Dekan bahkan Rektor, mereka akrab dan sambil mengumbar janji-janjinya. Perilaku ini mesti kita waspadai. Apalagi pada saat memasuki tahun 2007.
Walhasil, kita harus berhati-hati dan rajin memilih teman. Pasalnya, kita sering dianggap bagian dari mereka. Sudah tentu, para penjaja kekuasaan piawai dalam menyulap bahasa dan penampilannya. Jika, para kholifah tak lagi berwajah murah dan menyapa perbedan, maka apa jadinya kampus UIN SGD Bandung ini? [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp, 03/09;03.02 wib