Pemutihan Beras Kian Menjadi
Oleh Ibn Ghifarie
Di tengah-tengah meroketnya harga beras dan derasnya impor padi, maka pemerintah harus tega banting setir guna melakukan pembagian raskin (beras miskin) ke seluruh pelosok negeri. Tak lain, guna mencegah semakin meingkatnya kelaparan di kalangan masyarakat, hingga berujung pada kematian.
Mulai Sabtu (23/12) pemerintah dalam hal ini Perum Bulog serentak menyalurkan beras untuk rakyat miskin di seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 160 ribu ton beras setiap bulannya akan disalurkan oleh Perum Bulog, dengan harga jual Rp 1.000,00/kg. Menurut Dirut Perum Bulog Widjanarko Poespoyo, penyaluran ini dimajukan waktunya atas instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dari rencana sebelumnya yang baru akan direalisasikan Januari 2007 mendatang.
Sungguh sesuatu yang tepat, pemajuan jadwal penyaluran raskin tersebut erat kaitannya dengan masih bertenggernya tingkat harga beras di pasaran yang tetap tinggi. Sehingga dengan mulai disalurkannya raskin, selain bisa membantu masyarakat miskin mendapatkan jatah beras berharga murah, sekaligus menekan lajunya kenaikan harga beras umumnya di pasaran. (Pikiran Rakyat, 27/12)
Namun, upaya penanggulangan krisis kemanusian jangka panjang tersebut, tak berbanding lurus dengan ulah segelintir manusia. Pasalnya, mereka tega melakukan perbuatan dzalim dengan cara 'pemutihan beras'. Kedengaranya agak aneh, tapi perilaku yang dapat merugikan konsumen sekaligus masyarakat itu memang acapkali terjadi, bahkan kian hari semakin menjadi.
Alih-alih supaya beras berkualitas, putih, awet dan harganya terjangkau oleh wong cilik, dengan tanpa rasa iba mereka melakukan proses pencucian beras tersebut. Demikian penuturan hasil investigasi Good Morning (27/12) Proses pemutihan beras hampir terjadi di sekira Jawa Barat. Untuk memutihkan beas itu cukup menggunakan metabolposin 1/2 kg. Bahan pemutihnya pula tak secuil yang kita kira, bahkan mudah didapat di pasar-pasar tradisional.
Alhasil, caranya pun sangat muhad tinggal diaduk dengan air. Lalu dimasukan ke dalam tengki. Sudah tentu ditambah pula air satu jerigen. Namun, semua beras itu sudah digiling dan didiamkan selama 1 minggu.
Ironis. Sunguh ironis. Nyatanya kelangkaan beras malah dijadikan komoditi oleh sebagian pembisnis, hingga merauk keuntungan dari proses pemutihan tersebut. [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 27/12;8.56 wib
__________________
Oleh Ibn Ghifarie
Di tengah-tengah meroketnya harga beras dan derasnya impor padi, maka pemerintah harus tega banting setir guna melakukan pembagian raskin (beras miskin) ke seluruh pelosok negeri. Tak lain, guna mencegah semakin meingkatnya kelaparan di kalangan masyarakat, hingga berujung pada kematian.
Mulai Sabtu (23/12) pemerintah dalam hal ini Perum Bulog serentak menyalurkan beras untuk rakyat miskin di seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 160 ribu ton beras setiap bulannya akan disalurkan oleh Perum Bulog, dengan harga jual Rp 1.000,00/kg. Menurut Dirut Perum Bulog Widjanarko Poespoyo, penyaluran ini dimajukan waktunya atas instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dari rencana sebelumnya yang baru akan direalisasikan Januari 2007 mendatang.
Sungguh sesuatu yang tepat, pemajuan jadwal penyaluran raskin tersebut erat kaitannya dengan masih bertenggernya tingkat harga beras di pasaran yang tetap tinggi. Sehingga dengan mulai disalurkannya raskin, selain bisa membantu masyarakat miskin mendapatkan jatah beras berharga murah, sekaligus menekan lajunya kenaikan harga beras umumnya di pasaran. (Pikiran Rakyat, 27/12)
Namun, upaya penanggulangan krisis kemanusian jangka panjang tersebut, tak berbanding lurus dengan ulah segelintir manusia. Pasalnya, mereka tega melakukan perbuatan dzalim dengan cara 'pemutihan beras'. Kedengaranya agak aneh, tapi perilaku yang dapat merugikan konsumen sekaligus masyarakat itu memang acapkali terjadi, bahkan kian hari semakin menjadi.
Alih-alih supaya beras berkualitas, putih, awet dan harganya terjangkau oleh wong cilik, dengan tanpa rasa iba mereka melakukan proses pencucian beras tersebut. Demikian penuturan hasil investigasi Good Morning (27/12) Proses pemutihan beras hampir terjadi di sekira Jawa Barat. Untuk memutihkan beas itu cukup menggunakan metabolposin 1/2 kg. Bahan pemutihnya pula tak secuil yang kita kira, bahkan mudah didapat di pasar-pasar tradisional.
Alhasil, caranya pun sangat muhad tinggal diaduk dengan air. Lalu dimasukan ke dalam tengki. Sudah tentu ditambah pula air satu jerigen. Namun, semua beras itu sudah digiling dan didiamkan selama 1 minggu.
Ironis. Sunguh ironis. Nyatanya kelangkaan beras malah dijadikan komoditi oleh sebagian pembisnis, hingga merauk keuntungan dari proses pemutihan tersebut. [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 27/12;8.56 wib
__________________