Pow; Memang Anak Aneh
Oleh Ibn Ghifarie
Oleh Ibn Ghifarie
Di saat malam mulai beranjak gelap dan menyelimuti dinginya udara, kulangkahkan kaki guna memasuki Sekre Kere. Jalan setapak yang aga berliku-liku setiap hari dijejali ratusan tapak sandal capit itu tampak sepi.
Kala itu, aku tak memperdulikan disekiraku. Hilir mudik orang lain pun tak memberikan efek lain kecuali lurus dan ingin rasanya segera merebahkan badan ini. Ngantuk pun mulai dating dan tak bisa ditawar-tawar lagi.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara Handphoneku petanda ada pesan yang masuk. Tanpa basa-basi kubuka pesan singkat itu ‘Merdeka, Budiman, Aladin, Doa Ibu, Primajasa. Selamat Agustusan mohon maaf lodong dan gudawang. Semoga diterima disisi balon dan momobilan.Amien’, tulis Paw, mahasiswa Aqidah Filsafat UIN SGD Bandung (16/07;23.45.09)
Tak ayal, ucapan selamat Agustusan itu menghentakan perasaanku. Betapa tidak, aku mulai lupa pada hari bersejarah ini, 17 Agustus 1945. Malahan aku mengelurkan sederetan pertanyaan yang menuntut sebuah jawaban atas SMS tadi. ‘Ko masih sempat dia (Pow-red) memberikan ucapan selamat dengan cara lain? Memangnya ada apa dengan Agustusan? Jangan-jangan Ia hanya ingin berbeda saja dalam melafalkan ucapan selamat’
Memang orangnya aneh. Tinggi, kurus perawakanya. Bila berkata selalu terbata-bata, kalau tidak cepat. Seakan-akan tidak ada jeda dalam obrolanya. Kocak juga. Tapi bila bicara cerpen Ia jagonya. Satu bukti keseriusanya dalam menuliskan gagasan melalui kisah sempat mengantarkan juara pertama ‘Lomba Cerpen Se-Jawa-Bali’ yang diadakan oleh LPM Suma (Suara Mahasiswa) dengan tajuk ‘Dilarang Menangis’ (2005).
Diakui atau tidak selalu ada saja pikiran nyeleneh yang sempat terlontar darinya. Sambil mencari kemungkinan atas kehadiran pesan singkat itu, tak banyak yang kutemukan selain kata ‘Memang Anak Aneh’
Malam mulai merayap. Suara jangkrik pun ikut memiahkan malam. Rasa ngantuk tak kunjung dating. Malah asyik membuat coretan sambil berucap ‘Selamat Agustusan’. Semoga Indonesia keluar dari pelbagai bencana yang seolah-olah enggan lepas dari bangsa ini. Hidup Indonesia. [Ibn Ghifarie]
Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 17/08/07;00.16 wib