-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (5)

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T07:53:19Z

Wajah `Bengis` Ramadhan

Oleh Ibn Ghifarie

Baru memesuki hari kedua puasa di bulan Ramadhan ke maha sucian shaum mulai ternodai oleh pihak tertentu. Betapa tidak, sejumlah pengais rezeki di Pasuruan terkena razia secara besar-besaran, hingga gerobag dan ruko para pedagang nyaris rata dengan tanah. Pasalnya mereka melakukan jual-beli makanan di siang bolong (Metro,25/09).

Alih-alih penyebaran risalan Tuhan dan penegakan syariat islam dari segala bentuk penyakit masyarakat, mulai dari perjudian, togel, kupon sampai penutupan klab-klab malam secara paksa.

Pengrusakan tempat penjaja makanan itu, dilakukan oleh Satpol PP (Pemuda Pancasila) atas pengaduan dari masyarakat, ungkap salah seorang petugas Satpol.

Selain itu, pemberantasan dari penyakit yang dapat meresahkan tersebut berawal dari surat edaran MUI (Majelis Ulama Indonesia) melalui Perda (Peraturan Daerah), tambahnya.

Tak hanya di Pasuruan saja, perbuatan serupa pun terjadi di Tangeranga. Alih-alih menjalankan Perda tentang penegakan syariat islam, mereka tega melakukan penangkapan secara serempak terhadap sejumlah `pedangang jalan`yang membuka lapanya di saat menjalankan ibadah puasa (Trans,25/09).

Lain pedagang, lain pula Gepeng (Gelandangan dan Pengemis). Mereka di swiping secara tak manusiawi oleh Satpol PP. Tengok saja, di Purwakarta sejumlah Ajal (Anak Jalanan) yang sering mangkal di sekira ruas jalan Alun-alun dan Pemda (Pemerintah Daerah) terkena gerebeg Satpol. Dikarenakan mereka sudah membuat resah masyarakat dan mengganggu ketertiban serta keindahan kota tersebut. Apalagi saat bulan Ramadhan tiba (SCTV,25/09).

Konon, hadirnya bulan BBM (Bulan Barokhah dan Maghfirah) itu merupakan surga para pengaiz rezeki `kaum pingiran`. Entah itu bagi para Gepeng, penjaja makanan ataupun PSK (Pekerja Seks Komersial).

Terlebih lagi saat menjelang lebaran. Biasanya mereka yang berada di daerah tertinggal menyerbu ibu kota untuk mengadu nasib, ungkap salah satu pengamat sosial.

Kini, mereka malah mendapatkan bogem dari pihak berwajib dan khitanan keyakianan dari polisi aqidah. Sungguh ironis.

Ternyata tibanya bulan penuh rakhmat itu, malah menjadi laknat. Karena sebagian umat islam masih mempunyai anggapan bahwa mereka yang tak menjalankan puasa harus menghormati mereka. Salah satunya dengan tidak membuka jualan disaat shaum.

Benarkah kita harus tetap mendapatkan pujian dari orang-orang non-muslim, karena sedang menjalankan perintah Tuhan. Atau jangan-jangan kita malah terkena penyakit akut bernama egois. Artinya kita hanya ingin dihargai orang lain, tapi kita tak mau mengakui perbedaan yang ada. Bukankah kita selaku orang beriman harus belajar menghormati mereka yang tak melaksanakan puasa?

Namun, bila kita tetap mempertahankan tradisi gelepak terhadap mereka yang tak mengetahi kebiasaan umat islam saat tiba bulan Ramadhan. Lantas dimanakah pameo Islam sebagai agama rakhmatal lil'alamien dan haruskah spirit shaum itu tercoreng oleh perbuatan tak terpuji tersebut? [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 25/09;23.13 wib

×
Berita Terbaru Update