-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (7)

Thursday, January 24, 2008 | January 24, 2008 WIB Last Updated 2008-01-30T20:59:10Z
Mohon Penjelasan Rektor UIN SGD Bandung; Alokasi Dana Praktikum
Oleh Ibn Ghifarie

Kendati tidak terjadi gelombang aksi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung saat pembayaran regisrasi SPP dan biaya praktikum, kamis (24/01). Berdeda dengan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat kenaikan SPP dan praktikum diwarnai kericuhan (22-23/01).

Namun, sejumlah mahasiswa UIN SGD Bandung mengelukan telah terjadilnya pembayaran dana praktikum, hingga memohon penjelasan pikah Rektor.

Pasalnya, pihak Universitas menetapkan SPP sebesar Rp 600 ribu serta biaya praktikum Rp 500 ribu untuk jurusan MIPA dan Rp 200-300 ribu untuk jurusan non-MIPA sangat memberatkan mahasiswa, terutama angkatan 2007-2008.

Salah satu mahasiswa D3 Menegemen Keuangan Syariah (MKS) Fakultas Syariah dan Hukum, M Iqbal menuturkan ‘Meski sudah menjadi ketetep pihak Rektor, tolong dong dalam pemberitahuan adanya uang praktikum itu jauh sebelum jadwal regisrasi. Bukan saat pembayaran SPP baru dikasih tau’

‘Ya masih mendingan orang yang berada. Gimana kalau seperti saya. Masa harus pulang dulu ke Pangandaran, hanya untuk meminta uang bayaran tambahan itu’, jelasnya.

Hal senada juga diamini oleh Iim Mustofa, mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora ‘Iya nih kalau bisa, pengumumanya itu sebelum adanya jadwal regisrasi. Bukan hanya jadwal SPP dong’.

‘Jadinya kan bisa memberitahuakan dulu kepada orang tua, bahwa pembayaran SPP itu harus dengan dana praktikum’, cetusnya.

Menanggapi perbedaan iuran SPP dan dana praktikum yang berbeda-beda itu; 500 ribu, 300 ribu dan 200 ribu, Rifki mahasiswa Komunikasi Penyiran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi berkata ‘Kenapa harus dibeda-bedakan. Bukankah dana praktikum itu digunakan buat praktek Ibadah dan Tilawan saja. Masa harus bayar mahal’

‘Jika begini yang terjadi. Memang Orang Miskin Dilarang Sekolah, sambil mengutif jargon mas Eko Prasetiyo,’ ujarnya.

Di mata Yogi, mahasiswa Matematika Fakultas Sains dan Teknologi. ‘Maeunya ku duit 500 rebu. Ngan bisa praktek tilawah da ibadah wungkul [Masa dengan uang 500 ribu hanya digunakan untuk praktek ibadah dan tilawan saja]’

Geus kitu nilai praktek ibadah urang oge teu kaluar. Pan lieur! [Sudah begitu nilai praktikum ibadah saya juga tidak keluar. Kan pusing!], ungkapnya.

Lain lagi bagi Dian mahasiswa Sosiologi Fakultas Ushuluddien ikut nimbrung ‘Bener pisan karunya atuh keur barudak nu lain jurusan MIPA. Laboratorium euweuh, praktekum teupuguh. Siga keur jurusan Aqidah Filsafat IBenar , kasian pada anak-anak yang bukan jurusan MIPA. Laboratorium tak ada, praktikum juga tak jelas. Kaya jurusan Aqidah Filsafat]

Ketidakjelasan aturan main saat regisrasi tiba, bukan hanya dirasakan oleh mahasiswa baru, tapi mahasiswa lama juga menyesalkan buruknya pelayanan administrasi.

‘Selain kasihan kepada mahasiswa baru harus membayar SPP dan dana praktikum dari 200 ribu sampai 500 ribu. Pembayaranya masih manual, harus panas-panasan ngantrinya, kata Ahmad mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan.

‘Pokoknya, boro-boro lewat komputerisasi. Yang ada hanya antrian begini. Kan ngeri. Padahal sudah berubah menjadi Universitas, tapi masih tetap manual’, keluhnya.

‘Bagi saya, ya ga apa-apa ada dana praktikum yang besar itu bila dibarengi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Inikah tidak’, ungkap salah satu mahasiswa Psikologi Fakultas Psikologi.

‘Besar harapan saya jika pihak Rektorat bisa memberikan penjelasan soal alokasi dana praktikum itu dipakai kemana-mananya. Bukan apa-apa supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diingikan. Demo misalnya’, tegasnya. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Komputer Ngeheng, 24/01/08;20.35 wib
×
Berita Terbaru Update