-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (12)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T01:05:30Z
Menejemen Bencana Dimanakah?
Oleh Ibn Ghifarie

Ditengah-tengah terpaan iseu Tsunami susulan yang melanda daerah Pangandaran dan sekitarnya, sekira 10.30 WIB masyarakat melakukan eksodus besar-besaran ke dataran lebih tinggi atau mereka berlarian menuju Alun-alun, Mushola, dan Bale Desa. Yang dianggap sebagai tempat aman (Metro TV). Meski begitu, pemerintah daerah (Perda) setempat dan polisi dapat meredan gejolak ribuan masa tersebut. Pasalanya, hilir mudik masyarakat berawlan dari kabar melalui mulut kemulut, via pesan singkat (SMS) ditambah lagi dengan adanya pengejaran sebagian rakyat dan aparat terhadap pelaku curanmor (pencurian motor). Lengkap sudah kebenaran berita ganjil tersebut.
Isak tangis pun acapkali mewarnai romantika kealpaan manusia. Sebut saja, Tatang, korban di Pangndaran, kehilangan Sele, putri (18 bulan) akibat terpaan badai Tsunami. Meski Ia selamat dari ancaman mara bahaya dan dapat menemukan zenajah anaknya. Tapi Ia tak bisa menerima kenyataan pahit, sampai-sampai ketika direlokasi ke bale desa olehnya Bapak tetap tidak bisa menerima kematian buah hatinya (Global TV).
Lain Pangndaran, lain pula cerita hesteria dari Cilacap, seperti yang di alami oleh keluarga Karsiem (30), Kakak korban tak mampu lagi menahan air mata yang terus berlinang sekaligus tak bisa menerima panggilan Tuhan begitu cepat dan naas tersebut.
Namun, sampai hari ini korban terus berjatuhan sekitar 450 seperti yang dilansir oleh data Departemen Sosial (Depsos) melalui Badan Kordinasi Nasional (Bakornas) dan proses evakuasi mendapatkan rintangan yang cukup pelik. Pasalnya alat-alat besar tak dapat memasuki daerah korban serta terputusnya jalan penghubung antara bibir pantai dan kota.
Tragedi yang memilukan dan membuat kita iba atas penderitaan mereka. Korban bencana kemanusiaan, tak hanya melanda Pangndaran semata. Tapi sekira 300 KM laut selatan Jabar terkena badai Tsunami Jilid II. Pernyataan bisa kita peroleh di Pikiran Rakyat (18/07) Gempa berkekuatan 6,8 pada skala Richter di kawasan Pantai Pangandaran, Kab. Ciamis yang terjadi pada Senin (17/7) sore, menyebabkan gelombang Tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta.
Akibat gempa yang telah meluluhlantahkan daerah Pangandaran dan sekitarnya (17/06) telah menimbulkan luka yang tak terobati bagi warga. Sebagian dari mereka, bahkan nyaris kehilangan harapan untuk mengarungi kehidupan. Pasalnya saudara kita itu, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudaranya. Kini mereka pun dituntut untuk mampu bertahan hidup di tengah situasi sulit, pelik dan akut ini akibat kekurangan makan, obat obatan, air bersih buat MCK (mandi cuci kakus), dan penginapan.

Untuk itu, mahasisw yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UIN SGD Teater Awal dan Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (MAHAPEKA) melakukan aksi panggalangan dana di lingkungan kampus (18/07) sebagai bentuk kepedulian kami terhadap mereka.
Ironis. Sungguh ironis. Lagi-lagi Indonesia Menangis. Pelbagai tragedi kemanusian sekaligus intelektual, tak begitu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Lambannya para pejabat dalam melakukan bantuan tanggap darurat dan upaya mendeteksi gempa sejak dini di nilai sebagaian masyarakat merupakan buah kezdaliman penguasa. Pendapat ini di lontarkan oleh Rukman, aktivis GPMI, ‘Ma eunya kudu aya korban heula, pamarentah teh tanggap kana pentingna sistem pendeteksian awal rawan gempa,’ katanya.
‘Yang harus kita butuhkan sekarang adalah sisitem menejemen bencana,’ menambahkan Kantara, mahasiswa Menejemen.
Bagi loren Sato, anggota redaksi Media Indonesia, mengutarakan dalam Editorian (18/07) ’Kesalahan yang sering terjadi, misalnya, kita sibuk memberi kategorisasi bencana. Apakah bencana nasional atau lokal. Kita buang jauh-jauh tabiat buruk ini. Mari kita bersatu menangani bencana pantai selatan,’ tegasnya.
Menurutnya, ’Kerjakan apa yang bisa dikerjakan untuk membantu saudara-saudara kita di kawasan pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jika kita tidak bisa membantu secara langsung di lokasi bencana, silakan menyisihkan sebagian harta. Apa pun yang bisa disumbangkan, tentu sangat berguna bagi mereka yang menderita,’

Lepas dari pesoalan pelik dan akut, mungkin alam sedang murka sekaligus menunjukan kuasanya kepada kita. Karena ulah jahil manusia itulah semesta ini memberikan peringatan. Pelbagai cobaanpun acapkali berdatangan supaya kita bisa mengambil hikmah dari bencana alam tersebut. Tentu, kini yang kita butuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif melalui karya nyata tak sebatas bicara. [Ibn Ghifarie]

cag rampes, Pojok Sekre Kere 18/07;2005
×
Berita Terbaru Update