-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (19)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T01:54:19Z
Hari Pertama Sekolah Terjadi Rebutan Bangku.
Oleh Ibn Ghifarie

Rebutan kursi, bila menjelang pemilihan umum (Pemilu) tak hanya terjadi di ruang Parlementer (MPR,DPR) semata. Namun, di lembaga pendidikan pun terjadi. Konon, sekolah menciptakan manusia yang budi pekerti dan cerdas. Nyatanya, hari pertama sekolah di daerah Kendal, tepatnya di Sekolah Dasar (SD) I Dari Sono diwarnai rebutan bangku. Tapi bukan tanpa alasan. Apalagi karena haus kekuasaan, seperti yang terjadi di gedung MPR,DPR Republik Indonesia. Siswa-siswi dan orang tua terpaksa melakukan perbuatan 'ganjil' tersebut. Pasalnya, sekolah SD yang ada di daerahnya memang sedikit, malah hanya satu bangunan. Maka wajar bila mereka berdesak-desakan guna mengeyam wajib belajar.

Meski sudah dipindahkan ruang kelas I tahun ajaran 2006/2007 itu ke lokasi yang aga besar. Walhasil, tak sedikit anak didik yang masih berdiri, karena tak kebagian kursi. Hingga salah seorang wali murid pulang lagi kerumahnya, seperti yang di alami Suhanah, 'Mengaku kecewa. Padahal jauh-jauh hari ia telah mendaptarkan anaknya ke SD Dari Sono tersebut,' tegasnya.

Di lain pihak, ketika Syuriah sebagai kepala sekolah ditemui reforter Tran TV (18/07), menuturkan, terjadinya proses belajar-mengajar minim guna mencerdaskan bangsa di daerah kendal, memang untuk sekolah SD hanya ada satu. Ya disekolah ini (Dari Sono-red), paparnya.

Ironis. Sungguh ironis. Ditengah-tengah gencarnya kampanye wajib belajar 9 tahun, meningkatnya anggaran pendidikan hinggga 20 % dan getolnya menyuarakan basmi kurupsi serta usut konco-konco Orde Baru (Orba). Nyatanya, masih ada sepenggal kisah yang memilukan. Tentu, menimpa satu sekolah SD di daerah terpencil dan terlupakan oleh pemerintah setempat atau sengaja dilupakan guna merauk keuntungan dana pendidikan bagi kelompok atau pejabat tertentu.

Secercah itikad baik dalam menempu hidup lebih baik itu, perlu kita amini dan renungkan secara bersama. Tapi bukan bualan janji-janji semata. Sebab yang kami tunggu-tunggu bentuk nyata dari pelbagai elemen masyarakat.

lagi-lagi semuanya itu, tak lain guna mengingatkan para penguasa dzolim dan rajin menggelapkan proyek intelektul tersebut. Kalau perlu kita mesti melanjutkan perenungan melalui sederetan pertanyaan; jangankan untuk membangun sekaligus melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Perguruan Tinggi (PT) dengan pasilitas komputer dan internet apalagi. Buktinya, SD pun sangat minin. Besarnya dana tak berbanding lurus dengan kejujuran. Semunya sirna ditelan zaman dan bergantinya generasi. Entahlah..[Ibn Ghifarie]

cag rampes Pojok Sekre Kere, 19/07;09.05 wib
×
Berita Terbaru Update