-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Goresan (1)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T03:16:51Z
Mahasiswa UIN SGD Bandung Pun Ikut Andil Atas Tragedi Gempa dan Tsunami Jilid II
published on 19 Juli 2006 | Berita Mahasiswa--Ibn Ghifarie

Ditengah-tengah terpaan isu Tsunami susulan yang melanda daerah Pangandaran dan sekitarnya, sekira 10.30 WIB masyarakat melakukan eksodus besar-besaran ke dataran lebih tinggi atau mereka berlarian menuju Alun-alun, Mushola, dan Bale Desa. Yang dianggap sebagai tempat aman (Metro TV). Meski begitu, pemerintah daerah (Perda) setempat dan polisi dapat meredam gejolak ribuan masa tersebut. Pasalnya, hilir mudik masyarakat berawal dari kabar melalui mulut kemulut, via pesan singkat (SMS) ditambah lagi dengan adanya pengejaran sebagian rakyat dan aparat terhadap pelaku pencurian motor (curanmor). Lengkap sudah kebenaran berita ganjil tersebut.

Namun, sampai hari ini korban terus berjatuhan sekitar 450 seperti yang dilansir oleh data Departemen Sosial (Depsos) melalui Badan Kordinasi Nasional (Bakornas) dan proses evakuasi mendapatkan rintangan yang cukup pelik. Pasalnya alat-alat besar tak dapat memasuki daerah korban serta terputusnya jalan penghubung antara bibir pantai dan kota.

Tragedi yang memilukan dan membuat kita iba atas penderitaan mereka. Korban bencana kemanusiaan, tak hanya melanda Pangandaran semata. Tapi sekira 300 KM laut selatan Jabar terkena badai Tsunami Jilid II. Pernyataan bisa kita peroleh di Pikiran Rakyat (18/07) Gempa berkekuatan 6,8 pada skala Richter di kawasan Pantai Pangandaran, Kab. Ciamis yang terjadi pada Senin (17/7) sore, menyebabkan gelombang Tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta.

Akibat gempa yang telah meluluhlantahkan daerah Pangandaran dan sekitarnya (17/06) telah menimbulkan luka yang tak terobati bagi warga. Sebagian dari mereka, bahkan nyaris kehilangan harapan untuk mengarungi kehidupan. Pasalnya saudara kita itu, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudaranya. Kini mereka pun dituntut untuk mampu bertahan hidup di tengah situasi sulit, pelik dan akut ini akibat kekurangan makan, obat obatan, air bersih buat MCK (mandi cuci kakus), dan penginapan.

Untuk itu, mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UIN SGD Teater Awal dan Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (MAHAPEKA) melakukan aksi panggalangan dana di lingkungan kampus (18/07) sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap bencana yang terjadi.

Ironis. Sungguh ironis. Lagi-lagi Indonesia Menangis. Pelbagai tragedi kemanusian sekaligus intelektual, tak begitu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Lambannya para pejabat dalam melakukan bantuan tanggap darurat dan upaya mendeteksi gempa sejak dini dinilai sebagaian masyarakat merupakan buah kezdaliman penguasa. Pendapat ini di lontarkan oleh Rukman, aktivis GPMI (Gerakan Persatuan Mahasiswa Islam), "Ma eunya kudu aya korban (gempa-red) heula, pamarentah teh tanggap kana pentingna sistem pendeteksian awal rawan gempa (Masa harus ada korban (gempa-red) dulu, pemerintah tanggap atas pentingnya sistem pendeteksian awal rawan gempa)", katanya.

Selain itu, ungkap Kantara, mahasiswa Manajemen Keuangan Syariah, ‘Yang harus kita butuhkan sekarang adalah sistem manajemen bencana,’ menambahkan.

Lepas dari pesoalan itu, mungkin alam sedang murka sekaligus menunjukkan kuasanya kepada kita. Karena ulah jahil manusia itulah semesta ini memberikan peringatan. Pelbagai cobaanpun acapkali berdatangan supaya kita bisa mengambil hikmah dari bencana alam tersebut. Tentu, kini yang kita butuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif melalui karya nyata tak sebatas bicara. (Boelldzh -PusInfoKomp)

×
Berita Terbaru Update