-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (1)

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T07:46:04Z

Ternyata Kita Belum Dewasa

Oleh Ibn Ghifarie

Orang bilang, “jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan”. Banyak sekali parameter kedewasaan. Jika sudah bisa mandiri, jika sudah bisa memandang sebuah masalah dari banyak sisi, atau ketika bia mapan menghidupi diri sendiri. Karenanya, banyak pula pilihan cara untuk menjadi dewasa.

Tapi tampaknya kedewasaan belum sampai ke pangkuan seluruh civitas akademika UIN SGD Bandung, termasuk para pejabat di Gedung Rektorat. Polemik pemilihan Dekan Fakultas Psikologi pun tak kunjung selesai, misalnya. Alih-alih mekanisme PLH (Pelaksana Harian) Fakultas Psikologi ternyata masih mencampuri urusan “dalam negeri” di Pemilihan Dekan tersebut.

Hal ini ditunjukkan oleh peran Rektorat yang besar dalam “mengamini” terpilihnya Drs, Endin Nasruddin, M.PSi. Mesti memiliki keganjilan dalam gelarnya (bukan M.PSi, tapi M.Si). Padahal, semestinya hal ini dilakukan dengan sidang resmi oleh Senat Universitas. Sampai saat ini, eksistensi lembaga tertinggi di UIN seperti berada di ujung jalan, tertimpa tangga, dan belum bisa bangun lagi. Pasalnya, tangga yang menimpanya justru menindih makin kuat dan pelik.

Sudah begitu, dari penjaringan dan rekrutmen dosenya pun sendiri belum menunjukkan profesionalisme dan profosiolalisme dalam bekerja. Ditandai dengan ketidaksiapan sarana dan prasarana yang memadai serta ketidakjelasan mutasi dan rekrutmen guru. Seharusnya antara lembaga satu dengan yang lain haruslah bekerja secara profesional, sehingga tak terbentur konflik internal.

Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kita bisa menjadi dewasa? Kapan kira-kira UIN bisa menyelesaikan sejumlah kemelut yang masih saja membayangi hingga kini? Kapan UIN bisa benar-benar mapan dalam menghadapi sejumlah perubahan, tanpa merugikan pihak lain?

Tak ayal lagi, Protes soal kenaikan SPP, dana praktikum tak jelas, pungutan Iqomah, Poliklinik dan pungli (pungutan liar) lainya berkedok buku, majalah saja belum kelar sampai sekarang. Belum lagi problem-problem kecil seperti pemberlakuan karcis parkir, perbaikan tempat kakus (WC), tumpukan sampah dimana-mana, relokasi pedagang. Tentunya, sederetan masalah-masalah kecil yang jika dibiarkan terus bakal sangat mengganggu.

Polemik di tubuh Psikologi mungkin bisa diselesaikan dengan perekrutan Balon (Bakan Calon) dan melibatkan mahasiswa. Tentu dengan prosedur yang transparan dan disosialisasikan sejelas-jelasnya. Tanpa sosialisasi, ada atau tiada Dekan, tak akan ada gunanya karena tak dikenal oleh mahasiswa.

Selebihnya, semua persoalan yang menghadang kampus ini haruslah disikapi dengan kedewasaan. Kedewasaan yang seperti apa? Yaitu yang bisa menunjukkan bahwa sebagai Universitas, UIN bisa mandiri tanpa harus “dibimbing” oleh segelintir orang atau sekelompok organisasi tertentu. Dengan harapan bisa menyelesaikan masalah, tanpa menimbulkan masalah baru. Semoga. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 27/09;19.52 wib

×
Berita Terbaru Update