-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (16)

Monday, January 15, 2007 | January 15, 2007 WIB Last Updated 2007-01-16T18:07:05Z
Yang Penting Untung...!!
Oleh Ibn Ghifarie


Kala itu, tak ada yang aku perbuat selain duduk-duduk sambil menyantap idangan Baso Tahu di depan Fakultas Sains dan Teknologi (Ruang UKM ; Unit Kegiatan Mahasiswa d/h), samping Pasca Sarjana, belakang Mesjid Iqomah. Posisi duduk tepatnya berada di bawah pohon buah, dan pembatas parit di antara pedagang Mie Ayam dan Batagor. Tiba-tiba aku di kejutkan dengan kedatangan salah seorang perempuan berbadan tinggi dan aga gemuk bererta beberapa mahasiswa yang aktif dipelbagai UKM beladiri. Tak lain guna memindahkan peralatan jualan makan nasi ke daerah sekitar Ma'had Aly (13/010).

Kontan saja, perbuatan ganjil tersebut menyulutku supaya bertanya pada sang empu jualan, hingga obrolan dengan Asep pun dimulai, tanpa salam, prolog apalagi, Ia menjelaskan, 'Mulai hari Senin (15/01) tak ada pedagang lagi yang mangkal di depan Fakultas Saintek,' tegasnya.

Alih-alih menertibkan para pedagang guna mewujudkan kampus UIN SGD Bandung ilmiah dan religius. Para pengais rezekipun harus rela direlokasi ke Takhosus. Tepatnya, samping mesjid Iqomah, belakang Senat Fakultas Syariah, samping Kopma (Koperasi Mahasiswa), dekat Kompleks Dosen Luar Negeri (Arab), samping kanan Lapangan Sepak Bola UIN (Sekretasiat Mahapeka d/h).

Meski mengisahkan pelbagai cerita, para penjaja makanan itu, tetap ngungsi ke daerah Komplek Dosen Asing. Sebut saja, penjual makan 'Nya teu nanaon ari rek dipindahkeun mah. Da eta hak Rektorat. Ngan meureun kuhu aya tempatna. Lain kudu ngabeubeunah heula, ungkapnya.

'Pokonamah kudu aya tempat heula. Lain nguruskeun pindah. Kusabab goreng katinggalina jualan didieu mah. Etage ceunah, tambah pedagang yang datang-datang ikut nimbrung.

'Ah, salain kudu parebut tempat heula. Pan ayeuna mah kudu ngawawarkeun heula ka sakumna mahasiswa. Yen anu jualan es kalapa teh, misalna beulah dieu, cetus laki-laki berbadan kurus.

'Da anu penting mah jualan laku bari jeung untung. Rek didieu pek, rek diditu heug bae, papar pedagang lainnya.

Ngobrol ngaler-ngidul pun tak terelakan lagi, mulai dari membincang banyaknya mahasiswa yang berdemo, kuliahnya lama, kebijakan Rektor, sampai pemaknaan kehidupan.

Menyingung K3 (Kebersihan, Keindahan dan Keamanan) yang setiap hari dipungut Rp 1.000-/pedagang oleh Satpam. Salah satu penjual angkat bicara 'Tah perkawis artos eta mah duka kamana leubeutna. Anu jelasmah kami sok remen ditaging,' ujarnya.

'Tapi naha beut kedah dipindahkeun sagala. Tempatna teu puguh deui,' tambahnya.

Tentu, tak ada jawaban yang kulontarkan pada mereka kecuali diam seribu bahasa dan hanya gelengan kepala serta terus melahap Baso Tahu.

Walau pun hijrah pengaso perut dari sekitar Iqomah dan Tempat Regisrasi (kini, Fakultas Psikologi) ke Mahad Aly. Namun, mereka berharap semoga kebesaran UIN ini tak dapat menindas kaum lemah seperti kami. Salah satunya, dengan adanya 'relokasi pedagang'. Mesti dalam mengais rezeki harus dimana lagi, kalau bukan disini, cetusnya. Meskipun mereka yakin rizki ada di tangan Tuhan dan setiap orang punya bagian masing-masing.

Sungguh, sepenggal kisah itu, membuatku merenung sejenak guna memaknai hidup. Tanpa disadari pelbagai pertayaan pun datang silih berganti, mulai dari bagaimana kalau yang dipindahkan itu aku. Lantas apa yang harus ku perbuat?, Apakah harus berteriak menuntut pasilitas memadai bila ingin di relokasi kepada Petinggi kampus? atau harus mengingkari nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadaku, karena aku tak percaya bila berjualan di tempat Takhosus tak akan mendapatkan ke ungtungan banyak? Apalagi menyalahkan satu sama lain. Entahlah !!

Yang jelas, tak terasa, sepiring Baso Tahu pun habis kulahap. Obrolan Senja bareng pejual berakhir pula[Ibn Ghifarie]

Cag Rampes Pojok Buah, 13/01;17.02 wib
×
Berita Terbaru Update