-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (18)

Thursday, February 22, 2007 | February 22, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:50:24Z
Lagi, Somanto `Gentayangan`
Oleh Ibn Ghifarie

Lagi, Sumanto bergentayangan di Bumi Nusantara. Kali ketiga peristiwa sadis sekaligus mengerikan itu terjadi di Pulau Borneo. Tetapnya, di Desa Anjir Mambulau Barat, Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas Kalimantan Timur. Pelakunya bernama Solehan. Manyit bayi yang baru sehari dikubur, dia bongkar. Lantas, dimakan pahanya.

Masih ingatkah kasus Sumanto dari Probolinggo (2003), sang pemakan daging mayat manusia, yang kini sudah bebas dari Hotel Predeo dan menetap tinggal di Yayasan Annur. Pasalnya, Ia ditolak mentah-mentah oleh warga kampung halamanya. Walhasil, Ia harus rela berpisah dengan sanak familinya tercinta.

Atau Sumanti, seorang Ibu di Depok melakukan hal yang sama terhadap buah hatinya (2006). Bahkan lebih sadis, sebab Ia menyantapnya setelah dibakar terlebih dahulu.

Kini, hadir pula `Sumanto` dari Kabupaten Kapuas, yang memakan daging mayat bayi dan tulangnya dijadikan sebagai pipa rokok.

Kasus ini terbongkar Sabtu (17/02), saat warga Desa Anjir Mambulau Barat, Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas Kalimantan Timur geger begitu mengetahui makam Arifin (22 hari), yang dikubur Jumat (16/02) ada yang membongkar.

Adalah Sahit, warga setempat yang mengetahui pertama kali pembongkaran kuburan tersebut. Sahit yang kendak ke sawah, melihat peti manyat di semak-semak. Walau sebelumnya kurang yakin tumpukan itu peti mayit. Namun, setelah dicek di lokasi pemakaman yang ta jauh dari lokasi, diketahui kalau kuburan bayi Arifin Sudah terbongkar. (Jawa Pos, 18/02)

Mereka beramai-ramai mendatangi pemakaman itu dan menemukan mayat bocah tanpa paha kanan. Setelah ditemukan baru mereka melapor ke Polsek Kapuas Timur.

Berkat kepiawaian petugas dan keukut sertaan masyarakat pelaku bejat itu dapat di temukan. Kepada Polisi Solehan mengatakan Paha kanan bayi dipotong dengan pisau pemotong daging. Di rumah, daging bayi itu dimakan, sedangkan tulangnya dijadikan roko. `Telapak kaki dibuang di semak-semak` ujar Kaporles.

Konon, niat mengambil pahanya terbesit dalam pikiranya, manakala Ia mendapat bisikan yang mengatakan kalau ingin menang sabung ayam, supaya mencari tulang orang mati.

Terbongkarnya, perilaku Sumantonian dibelahan daerah manapaun, menunjukan perilaku yang sama sekaligus melanggengkan budaya kalibal bak fenomena gunung es. Terlebih lagi, di tengah-tengah himpitan ekonomi yang tak kunjung membaik dan meroketnya harga beras yang tak menurun serta di hantam banjir yang tak berkesudahan. Seakan-akan negeri Indonesia sedang mengalami sakit parah dan berwatak barbar. Inilah wajah bumi pertiwi.

Alih-alih ingin mendapatkan Ilmu gaib dan memperkaya harta benda dengan cara mudah. Akhirnya, cara lalim pun mereka lakukan. Ironis memang. Haruskah, beribu-ribu Sumanto atau Sumanti `gentayangan` di Nusantara ini supaya kita terlepas dari multi bencana? [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 20/02;09.16 wib


×
Berita Terbaru Update