Oleh Ibn Ghifarie
Sayangnya, para pejabat DKI Jakarta justru menyalahkan alam sebagai penyebab banjir. Mereka menyarakan banjir kali ini merupakan fenomena alam yang terjadi setiap lima tahunan.
Meski bantuan dan penanggulangan bencana sejak dini dinilai sebagian besar masyarakat sangat lamban dari pemerintah terkait. Namun, setidaknya mengisahkan keluh kesah wong cilik, cacian, makian, hingga mendatngkan berkah bagi sebagian orang. Salah satunya bagi pedagang keliling yang mempunyai gerobak. Karena arus lalu lintas tergenang dan tak ada kendaraan yang melintasi kawasan bencana, maka gerobak menjadi kendaraan alternatif.
Kehadiran banjir bagi anak-anak menjadi ajang mainan gratis. Mereka dengan seenaknya bermain air. Sesekali terlihat ketawa-ketiwi, saling lempar-melempar air. Inilah bentuk keriangan mereka saat berenang.Sebab tanpa mengeluarkan uang mereka bisa sepuasnya bermain ria air.
Tak hanya bocah ingusan yang larut dalam kecerian. Puluhan orang sakit jiwa pun di Rumah Sakit Dr Sutarto harus ikut merasakan kebahagiaan. Seakan-akan enggal dipindahkan ke daerah lebih tinggi (lantai 2). Sebab mereka asyik berenang di air keruh tersebut. Tentunya, menyusahkan petugas RS (SCTV, 05/02).
Lain halnya, dengan tukang Servis payung pula ikut ketiban berkah saat bencana mengepung Jakarta. Pasalnya, ia mendapatkan orderan lebih dari masyarakat yang terkena musibah.
Walau genangan air sampai hari ini belum surut. Kehadiran musim penghujan tak selamanya berubah menjadi bencana, malah terkadang membawa berkah bagi kelompok tertentu.
Walhasil, peribahasa 'Ibu kota lebih ganas daripada ibu tiri' tak pernah terngiang lagi di benak kita dan 'selamat menikmati bencana'. Semoga bermanfaat. [Ibn Ghifarie}
Cag Rampes, pojok sekre Kere, 05/02;23.54 wib