-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (8)

Thursday, March 22, 2007 | March 22, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:43:52Z
Hari Raya Nyepi; Hanya Menyepi
Oleh Ibn Ghifarie

Leudz, tumben geuning. Naha beut teu miluan acara Nyepian. Apan biasana mah barudak PA (Perbandingan Agama. Kini, Studi Agama-Agama-red) tara pernah katinggaleun tina peringatan hari raya agama-agama, demikian ungkap salah satu kawanku.

`Berarti teu menunang berkat ti Padita atuh,` jelasnya.


Tak ayal, lontaran kata-kata itu, tentu saja menghentakan perasaanku. Pasalnya, aku sedang asyik membuat catatan kecil tentang Hari Raya Nyepi. Ya, semacam refleksi. Semula tak ada jawaban dariku. Kecuali anggukan kepala sebagai pertanda membenarkan ikwal ketidak ikut sertaanku dalam perayaan Nyepi kali ini. Sejurus kemudian, ngobrol pergantian Tahun Baru Hindu pun mulai merambah kesana-kemari bak kentut saja. Hingga ke pemaknaan hakikat peryaan Tahun Baru tersebut.

Bila dulu sewaktu aktif sekaligus masih menjadi pentolan di BEM-J PA (Badan Eksekutif Mahasiswa-Jurusan Perbandingan Agama), Komunitas Ushuluddien. Mau tidak mau kita akrab dengan PHB (Peringatan Hari Besar) Agama-Agama. Termasuk perayaan Nyepi.

Terlebih lagi, saat bergabung dengan FORSADA (Forum Silaturahmi Antar Beda Agama) Jawa Barat, Jakatarub (Jaringan Antar Umat Beragama) Bandung, FKKUB (Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama) Bandung, FKMPAI (Forum Komunikasi Mahasiswa Perbandingan Agama se-Indonesia), hingga menjabat posisi terpenting dari pelbagai lembaga lintas iman tersebut.

Tentunya, setiap tiba PHB selalu digelar perhelatan akbar. Sekedar ucapan selamat, diskusi ringan, bakti sosial, aksi damai, ramah tamah dengan anak jalanan atau refleksi keimanan selalu kami lakukan.

Kini, rasanya tak ada kecerian lagi antar iman tersebut. Terputusnya komunikasi membuat temali persaudaraan lintas keyakinan yang sempat kita rajut sekaligus kita bina secara bersama, mulai terkoyak bahkan tercabik-cabik karena dimakan waktu dan usia.

Terutama saat roda kepemimpinan di tingkatan BEM-J PA beralih ke generasi muda. Rasanya, tak ada lagi, silaturahmi ke organisasi antar keimanan di luar kampus. Alhasil, mereka hanya bergaul dengan kelompoknya semata.

Ketidak harmonisan antar iman itu, membuat Alumni Studi Agama-Agama lain mencibirku dengan sederetan kata-kata bernada getir. So.... naon atuh gawena BMJ PeA sekarang....???? Pejabat RT aja banyak kerjaannya, minimal bikin dan memperpanjang KTP....Masa BMJ sekarang untuk memperpanjang silaturahmi saja ngak becus...??
Hudaaangggg.....!!!! ulah molor wae... Hareudang ningalina........, tulis Leled Samak Alumni PeA 1985

Meski tak langsung menyindir perayaan Nyepi. Melainkan saat peringatan Imlek tiba BEMJ PA tak ada acara sama sekali. Sekedar menghadiri saja tidak ada. Maka wajar bila letupan itu bermunculan. Inilah salah satu bentuk kepedulian Alumni terhadap kita.

Lagi, dikesempatan lain saat aku duduk termenung menunggu kawanku. Sekoyong-koyong salah satu seniorku di jurusan (2001) menghampiriku seraya berkata 'Kamari Nyepian dimana? Sipur atawa Cimahi. Leuni teu beja-beja. Mentang-mentang urang jarang ka kampus.`

Tentu saja, pertanyaan itu menyakitkan perasaanku. Mengapa aku yang menjadi sasaran tembaknya. Padahal, harus diakui BEMJ PA tak ikut andil dalam perayaan tersebut.

Dipenghujung obrolan, Ia berpesan `Cing atuh mikir jeung bejakeun ka barudak pengurus ayeuna leudz. Ieuh..urang mah baheula keur ngabangun silaturami samodel kieu teh meuni bebeakan. Ceuk paribasana peting-beurang, panas-hujan teudianggap lamun rek aya acara samodel kieu (Peringatan Hari Raya Nyepi-red) pasti geus diobrolkeun saencana jeung pihak penyelenggara, ungkapnya.

Nya supaya bisa miluan dina perayaan eta. Lamun teu bisa, pan masih bisa ngahadiran wungkul. Itung-itung neangan link. Lain cicing kieu, tambahnya.

Diakui atau tidak, keterputusan temali lintas iman merupakan beban moral sekaligus peringatan bagiku. Sebab aku lebih asyik merangkai kata dalam dunia tulis-menulis. Bukan memutus mata rantai kepercayaan beda agama. Mudah-mudahan di hari peringatan besar lainya kita bisa menambal sulam persaudaan kita.

Walhasil, kehadiran hari raya umat Hindu pun hanya berucapa doa 'Selamat Tahun Baru Nyepi (1 Caka 1929)` kepada beberapa kawanku. Semoga kita mendapat berkah, aman, damai dan sejahtera dari Tuhanya.

Kali pertama tak mendapatkan berkah. Bertemu kawan-kawan lama lintas iman sepengurusan apalagi. Sungguh sayang hari bermakna itu dilewatkan begitu saja. Apalagi, tanpa ada pertukar pikiran, gelak-tawa sahabat-sahabat beda keyakinan. Thus, menyepi pun menjadi teman akrab saat Hari Raya Nyepi tiba.[Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 19/03;12.16 wib


×
Berita Terbaru Update