-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (5)

Wednesday, May 09, 2007 | May 09, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:29:35Z
Sekali Lagi, Bubarkan IPDN
Oleh Ibn Ghifarie

Lagi, kasus kekerasan kembali terjadi di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Sumedang, Jawa Barat. Seolah-olah Institut Jagal Jatinangor itu tak jera. Malah kian membabi buta sekaligus melanggengkan tradisi barbar tersebut.

Aneh memang. Mestinya kehadiran pencetak pemimpin masa depan itu harus bersikap arif dalam menyelesaikan segala persoalan, bukan dengan cara bogem.

Fenomena Gunung ES
Kendati pemukulan terhadap Nanda Rizky, Seorang praja muda asal Aceh bukan kali pertama, bahkan tak terhitung jumlah praja yang mengalami perbuatan sama.

Pristiwa tak terpuji itu membuahkan luka di bagian telinga karena dikeroyok praja dari daerah Papua. Akibat luka itu, Rizky harus mendapat tiga jahitan.

Menurut Kepala Polres Sumedang AKBP Budi Setyawan, penganiayaan terjadi Ahad (6/5) malam di Barak Jawa Barat. Kejadian berawal ketika Rizky ditegur oleh Dominggus Nusagalang, praja asal Papua, karena kedapatan merokok di lingkungan barak. Karena tegurannya diabaikan, Dominggus langsung memukuli Rizky dan empat rekannya.

Setelah itu, Rizky kemudian dilarikan ke klinik asrama IPDN karena mengalami luka di telinga bagian kiri. Sementara Dominggus Nusagalang diperiksa di Polsek Jatinangor. Empat rekan Rizky yang menjadi korban kekerasan juga diminta keterangan serupa. (Merto TV, 07/05)

Tak hanya itu, sisi kelam IPDN pun mulai terkuak kembali. Seakan-akan terbongkarnya sindikat penjualan narkoba dan seks bebas petanda bobroknya lembaga proyek Rudini tersebut. Seperti yang dilansir Metro (08/05)

Tiga orang praja nindya IPDN harus menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Barat karena kedapatan mengkonsumsi narkoba. Menurut Kepala Bagian Pengasuhan IPDN Ilhami Bisri, ketiganya ditangkap Ahad malam. Dari hasil tes urine diketahui kencing ketiganya mengadung zat-zat psikotropika. Polisi kemudian memeriksa kamar ketiganya dan menemukan narkoba.

Selain tiga praja IPDN, polisi juga telah menangkap seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri berinisial JMG yang diketahui sebagai pemasok narkoba. Hingga kini keempat orang mahasiswa tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif guna penyelidikan lebih lanjut. Mereka kini mendekam di Ruang Tahanan Markas Polda Jawa Barat.

Menyikapi pelbagai persoalan ganjil itu, Komisi Disiplin Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), menggelar rapat di Kampus IPDN (8/5), untuk merumuskan hukuman terhadap para praja yang terbukti mengkonsumsi narkoba jenis ganja. Ketiga praja tersebut adalah Rizaldo, Lazuardi dan Lan Maulana.

Johannis Kaloh, Pelaksana Tugas Rektor IPDN mengatakan, kepada para praja yang kini mendekam di tahanan Polda Jawa Barat ini, pihak IPDN akan memberikan sanksi yang tegas berupa pemecatan atau penurunan pangkat.

Selain ketiga praja itu, pihak IPDN juga akan memberikan sanksi kepada praja Rominus Nusanggala, tersangka kasus pemukulan terhadap praja IPDN asal Nanggroe Aceh Darussalam, Nanda Rizki.

Segera Bubarkan IPDN

Menyoal perbuatan praja yang kadung berwatak preman. Tak ada cara terbaik dalam menyelesaikan mata rantai kebiasaan biadab itu selain dengan menutup segera sekaligus membubarkan IPDN tersebut.

Sejatinya kita, harus mengamini pernyataan Arif Rahman, pakar pendidikan menilai perlakuan tak wajar itu bukan saja dikategorikan sebagai kekerasan dalam pendidikan, tapi sudah termasuk pada kategori premanistik.

Untuk itu, dalam meminimalisir kekerasan tersebut, tak ada cara lain selain pangkas satu generasi. Yakni dengan cara menutup IPDN sekurang-kurangnya empat tahun.

Walau pembubaran IPDN bukan satu-satunya cara dalam mencegah praktik adu tojos. Pasalnya, selama manusia berwatak barbar, maka selam itu pula kekerasan akan terjadi di bumi ini.

Nah, paling tidak dengan pemutusan jaring-jaring pendisiplinan tubuh itu, negara dapat menghemat anggaran yang selama ini digunakan untuk membiayai IPDN. Bukan malah, rame-rame membuat tim penanggulangan korban kekerasan IPDN.

Sudah tentu, mengeluarkan alokasi yang tak sedikit dalam pengusutan tuntas kematian Cliff Muntu dan belum tentu membuahkan hasil yang memuaskan.

Ketidak berhasilan tim itu, terbukti dengan tampilnya kebiasaan kekerasan yang menimpa Nanda Rizky oleh praja seniornya.

Dengan demikian, sekali lagi pembubaran IPDN patut untuk diprioritaskan pemerintah dalam mengatasi berbagai kekerasan di IPDN. Haruskan kita tetap melanggengkan budaya kekerasan dalam mencari pemimpin bangsa? [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 08/05;23.36 wib
×
Berita Terbaru Update