-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (11)

Monday, January 28, 2008 | January 28, 2008 WIB Last Updated 2008-01-30T20:58:59Z
Mahasiswa UIN SGD Bandung Angkat Bicara Soal 7 Hari Berkabung Nasional
Oleh Ibn Ghifarie

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan kantor pemerintahan dan kantor perwakilan RI di luar negeri mengibarkan bendera setengah tiang dari tanggal 28 Januari hingga 2 Februari 2008.

Pemerintah juga menyatakan sebagai hari berkabung nasional selama 7 hari atas wafatnya mantan Presiden RI H.M. Soeharto. Demikian dikemukakan Mensesneg Hatta Rajasa, dalam jumpa pers di Kantor Sesneg Jln. Medan Merdeka Utara, Jakarta, Minggu (27/1).

Presiden atas nama negara, rakyat, pemerintah, dan selaku pribadi menyampaikan belasungkawa atas wafatnya H.M. Soeharto. Presiden mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada salah satu putra terbaik bangsa. SBY juga mengajak umat Islam membacakan surat Al-Fatihah.

"Kita semua berduka dengan wafatnya Bapak Haji Muhammad Soeharto, Presiden Republik Indonesia kedua, karena sakit. Atas nama negara, rakyat, pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Bapak Haji Muhammad Soeharto," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Minggu (27/1).

Keluarnya Pernyataan sikap Presiden selaku Kepala pemerintahan Indonesia menuai perbagai macan komentar masyrakat. Khususnya dikalangan Civitas Akademikan UIN SGD Bandung. Salah satunya Yogi mahasiswa Materamika Fakultas Sain dan Teknologi menuturkan ‘Wah itu sangat perlu sekali. Sebaba Ia telah berjasa pada bangsa ini’.

Coba kalao bukan oleh Bapak Pembangunan niscaya deretan tinggi banguna yang menjuklang itu merupaka hasil jerih payanya selama 32 tahun. Sekarang kita tainggal menjutkan dan mengisi pembanguna tersebut, jelasnya.

Keberhasilan suatu bangsa itu terlihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pada saat pemerintahan Orde baru sangat jelas bila dibandingkan dengan zaman reformasi ini. Pokoknya dimana-mana kalaparan, busung lapar, kurang gizibencana, benerr pan [Pokoknya di daerah mana-mana terkena kelaparan, burung lapar, kurang gizi, bencana, benerkan!!], keluhnya.

Lain lagi dengan Jamhur aktivis Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) Bandung, menjelaskan ‘Ini ga boleh terjadi. Karena sanget merugikan masyarakat Indonesia, khususnya kaum terpelajar’,

Seutik-saeutik peure. Lamun keu terus carana. Atuh iraha bangsa urang maju kawan nagara lain [Sedikit-sedikit libur. Kalau begini keadaanya secara terus menrus. Kapan mau majunaya bangsa kita ini seperti negaara lainya], tambahnya.
Ceuk urang teuteup teu bisa [bagi saya tetep ga bisa] soal 7 hari berkabung atas meninggalnya Soeharto, cetusnya.

Menyinggung upacara pemakaman orang nomer satu saat Orde Baru dan Presiden akan bertindak sebagai inspektur upacara saat pemakaman di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, hari ini (Senin, 29/01)

Bagi saya sudah selayaknya bangsa kita menghargai jasa putra terbaik bangsa. Selain itu, memang sudah ada ketentuan UUnya (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 62 Tahun 1990. PP itu mengatur tentang ketentuan keprotokolan mengenai tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan bagi pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat-red), killah Yogi

Di mata, Jamhur tetap tak boleh terjadi ucapara kematian Bapak Pembangunan itu secara besar-sebaran dan adanya 7 hari berkabung nasional, seban tetap saja dimata Tuhan yang membedakan kita hanya derajat ketaqwaanya sambil menyentil Al-Qur’an,

Hal senada juga diungkapkan oleh aktivis pergerakan yang tak mau disebutkan namanya ‘Yang mesti berkabung nasional itu bukan kematian penguasa 32 tahun itu, melainkan saudara-saudara kita yang terkena Lumpur lapindo. Sudah berapa tahun mereka menderita dan tak mendapatkan kepastian dari pemilih perusahanan’.

Bahkan kabra terbaru pihak Lapindo dibebaskan oelh pengadilan karena tak terbukti salah. Padahal ini sudah jelaj-jelas salah kaprah, paparnya.

Bila ingin tetap menggelar 7 hari berkabung nasional dengan mengibarkan bendera setengah tiang, maka berapa hari untuk menyuarakan berkabungnya kematian hati nurani pada bangsa kita, harapanya. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 29/02/08;14.27 wib
×
Berita Terbaru Update