-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (15)

Sunday, May 17, 2009 | May 17, 2009 WIB Last Updated 2009-05-30T05:37:25Z
Waisak dan Perdamaian

Momentum Waisak 2553 BE yang jatuh pada 9 Mei 2009. Sejatinya harus menjadi modal utama dalam membangun keharmonisan dialog antaragama sekaligus membawa pesan kedamaian bagi kerukunan hidup beragama di bumi pertiwi ini. Pasalnya, segenap umat Buddhis di Nusantara ini meyakini keharmonisan dan perdamaian merupakan segenap berkah terpenting dalam pergantian Waisak.

Mampukah kehadiran peringatan Sang Agung Buddha ini tidak hanya merayakan Tri Suci Waisak Puja (kelahiran, pencapaian Penerangan Sempurna, dan parinirwana; meninggal dunia), tapi dapat menebar sifat kerukunan dan antikekerasan supaya bangsa Indonesia ini bisa keluar dari pelbagai krisis dan konflik; antarsuku, antaretnis, antarbudaya, dan antaragama (keyakinan dan keimanan)

Pesan trisuci

Marilah kita mencoba belajar dari agama dan pemahaman orang lain. Salah satunya ajaran Buddhisme--yang tengah merayakan upacara Vesakha Punnami Puja dan tujuh hari setelahnya mengadakan Vesakha Atthami Puja untuk memperingati diperabukannya Buddha Gautama.

Tibanya Hari Raya Waisak, mengingatkan kita kepada tiga peristiwa luar biasa yang terjadi dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu kelahiran calon Buddha (Bodhisatta) Siddhattha, pencapaian Pencerahan Sempurna Buddha, serta wafat Buddha atau Parinibbana. Konon, peristiwa mahaagung itu terjadi pada hari purnama sidi di bulan Waisak lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lampau. Tahun 623 S.M. Bodhisatta Siddhattha lahir di Taman Lumbini, India Utara; tiga puluh lima tahun kemudian beliau mencapai Pencerahan Sempurna sebagai Buddha, dan akhirnya Buddha Gotama mangkat pada 543 S.M. Tahun ini Hari Raya Waisak 2553 jatuh pada 9 Mei 2009.

Peringatan Waisak dalam konteks Indonesia yang di bawah Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) bertajuk "Bersama Buddha Dharma, Kita Tingkatkan Keharmonisan Bagi Nusa dan Bangsa" dengan subtema "Hikmah Waisak Membawa Kedamaian Bagi Bangsa dan Negara". Ini menunjukkan keseriusan Walubi dalam membangun keharmonisan dan perdamaian yang tak kunjung hadir di Indonesia ini.

Kunci kebahagiaan

Kehadiran Hari Raya Waisak tak sekadar mengingat tiga kejadian dahsyat, tapi harus mencoba membangkitkan keharmonisan dan kedamaian yang terpancar dari sosok Sang Buddha ke tengah-tengah kehidupan ini.

Umat Buddhis masih meyakini tentang Kebenaran Dhamma dapat menuntun hidupnya menjadi lebih baik, lebih bijak, dan tentu lebih berbahagia. Jalan hidup Dhamma yang diajarkan Buddha mengutamakan moral (sila) sebagai landasan bagi penerapan Kebenaran Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Kedua aspek ini diharapkan saling melengkapi.

Ini terlihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Yakni makan dan minum dalam damai, duduk dan berjalan dalam damai, tidur dan bangun pun dalam damai. Karena berpedoman pada Dhamma dalam aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan pedoman untuk tetap menjaga keseimbangan dan keselarasan alam.

Dengan demikian, pikiran damai dan sikap mental yang tenang berakar pada pengungkapan perhatian dan kasih sayang, rasa berterima kasih serta puji sukur, sebab cinta kasih dan tenggang rasa merupakan watak dasar yang dibutuhkan segenap makhluk hidup. Pun melalui cinta kasih makhluk dapat bertahan hidup dan melangsungkan kehidupannya.

Sejatinya, pandangan dan pikiran yang mengarah pada perdamaian dan keharmonisan serta kekuatan cinta kasih selalu memberi simpati yang bermuara pada kebahagiaan. Tentu, seseorang yang mengembangkan dan menyebarluaskan sikap ini akan memberikan keteduhan hati dan kemuliaan diri.

Inilah makna terdalam Waisak bagi mewujudkan keharmonisan antaragama dan perdamaian. Petuah Buddha Gotama di khotbah terakhir di Hutan Sala milik Suku Malla, di antara Pohon Sala besar di dekat Kusinara, di antaranya, "Di antara kalian janganlah saling bermusuhan. Harus saling menghormati satu sama lain. Janganlah hidup seperti air dan minyak. Saling berlawanan. Anda harus hidup bersama seperti air dan susu. Saling bercampur" (pasal 7). Dan "Siswaku belajarlah bersama-sama. Memperdalam pengetahuan Dharma bersama-sama. Jalankan hidup suci bersama-sama. Janganlah membuang tenaga dan waktu dengan hampa. Janganlah menyia-nyiakan waktu dengan hidup bermalas-malasan, pertengkaran, dan perdebatan yang tak bermanfaat. Kalian harus lebih berbahagia mempunyai bunga dan buah Dharma. Inilah kebahagiaan Dharma" (pasal 8).

Inti ajaran Buddha, tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan, menyucikan hati dan pikiran. Inilah ajaran para Buddha tertanam dalam sanubari kita. Selamat Hari Raya Waisak 2553/2009. Sabbe satta bhavantu sukhitata. Semua mahkluk berbahagia. Sadha, sadha, sadha. Semoga.***

Penulis, alumnus Studi Agama-agama dan bergiat di Institute for Religion and Future Analysis (Irfani) Bandung.


×
Berita Terbaru Update