-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (12)

Tuesday, November 20, 2012 | November 20, 2012 WIB Last Updated 2012-11-20T09:42:50Z
Memberikan Keteladanan
Oleh IBN GHIFARIE
Artikel ini dimuat pada Opini Pikiran Rakyat edisi 22 Maret 2012

Maraknya aski kekasan antaragama, kelompok, etis di Indonesia menjadi petanda pudarnya sikap saling menghormati perbedaan dan pemberian keteladanan dari pemuka agama, pejabat.

Sejatinya, kehadiran Hari Raya Nyepi (1934 Saka) yang jatuh pada 23 Maret 2012 tidak hanya merayakan melasti (pertobatan); tawur (mengembalikan keseimbangan alam, manusia); catur brata Nyepi (empat ritual puasa; amati geni/tidak menyalakan api; amati karya/tidak melakukan pekerjaan sehari-hari; amati lelungaan/tidak bepergian; amati lelanguan/ tidak menghibur diri, tetapi harus menjadi momentum untuk memperbaiki kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan, seperti dikatakan I Made Widiada Gunakarya, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Barat.


Pesan Nyepi
Tema yang diangkat pada Nyepi kali ini adalah "Dilandasi Nilai Nyepi Saka Warsa 1934 dan Trikaya Parisudha, Kita Tingkatkan Kerukunan, Kedamaian, dan Kesejahteraan".

“Trikaya Parisudha adalah sebuah ajaran Hindu yang memiliki inti penyucian pikiran, ucapan, dan perbuatan. Bila ajaran ini diimplementasikan, maka ajaran ini akan memiliki pengaruh baik bagi kehidupan,” kata Made. (Pikiran Rakyat, 29/2 dan 19/3)

Segenap umat Hindu di Jawa Barat meyakini keharmonisan dan perdamaian sebagai berkah terpenting dalam perayaan Nyepi.Memang perayaan Tahun Baru Saka bertepatan dengan tanggal satu bulan kesepuluh (Eka Sukla Paksa Waisak), sehari setelah Tilem Kasanga (Panca Dasi Krsna Paksa Caitra).

Peresmian Nyepi ini dimulai sejak penobatan Raja Kaniskha dari Dinasti Kushana, suku bangsa Yuehchi, pada 78 atau 79 Masehi peresmian Nyepi akhirnya dimulai dan dilaksanakan secara besar-besaran.

Perayaan Nyepi tahun 2012 bertepatan pada hari Jumat itu yang diperlukan sikap saling menghormati sekaligus membuktikan adanya teloransi antara umat Hindu dan Islam.

Usaha yang dilakukan Bupati Badung Anak Agung Gde Agung dengan mengumpulkan sejumlah tokoh agama di pusat pemerintahan Mangupura dan saran Ketua Persaudaraan Hindu-Muslim Bali (PHMB) Anak Agung Ngurah Agung terhadap umat Islam yang menunaikan shalat Jumat di masjid terdekat perlu kita dukung secara bersama-sama.

Bila sikap saling menghormati, toleransi, bekerjasama tidak ditumbuh kembangkan niscaya konflik dan kekerasan yang terjadi di Kasmir, Gujarat akan menimba bumi Pertiwi ini.

Sebelum kehawatiran itu menjadi kenyataan, kiranya kita perlu kembali mencoba menengok dasar-dasar visi agama. Ini yang dilakukan oleh pengamat agama Hindu N. M Putra yang mengajar di salah satu Universitas di Bali.

Menurut dia, memang kalau dibaca secara harfiah, kekekrasan juga terdapat dalam teks kitab-kitab suci semua agama besar dunia, kecuali kitab suci agama Budha.

Keteladanan
Upaya meminimalisir tindakan kekerasan, konflik, diperlukan keteladanan dari setiap pemuka agama, pejabat pemerintah. Pasalnya, keteladanan dalam menjalankan peribadatan agama dan keteladanan dalam berperilaku di masyarakat merupakan dua dimensi keberagamaan yang harus sejalan.

Ini yang dipesankan oleh Menteri Agama Suryadharama Ali. Dia mengajak seluruh pemuka agama untuk memberikan keteladanan dan kepeloporan dengan menyikapi perbedaan yang ada dengan kearifan.

Kiranya, apa yang dilakukan oleh Vinoba Bhave, murid Gandhi yang akrab dipanggil Vinayak tentang keteladanan dengan cara memberikan contoh, bekerja keras bukan janji dan omongan perlu kita renungkan secara bersama-sama.  

Semoga segala bentuk kekerasan atas nama apa pun dibumihanguskan dari nusantara dan bisa hidup berdampingan, saling memberi sekalipun berbeda agama dan keyakinan. Inilah makna terdalam Nyepi dalam mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara yang harmonis, damai, toleran, saling menghormati, dan sejahtera dengan cara memberikan keteladanan yang baik. Selamat Hari Raya Nyepi 1934. Mudah-mudahan semua makhluk berbahagia.

IBN GHIFARIE, Mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung program Religious Studies dan bergiat di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.

×
Berita Terbaru Update