-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Goresan (5)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T03:22:30Z
Mengenal Agama Hindu Lebih Arif
published on 12 Juni 2006 | Berita Mahasiswa--Ibn Ghifarie

Dalam rangka menepis konflik antar agama, Badan Eksekutif Mahsiswa Jurusan Pebandingan Agama (BEMJ-PA) menggelar acara Kuliah Terbuka Hinduisme (09/06) bertajuk “Hinduisme; mengenal agama Hindu lebih arif” di Ruang sidang Fakultas Ushuludin UIN SGD Bandung dengan pembicara; Ida Bagus Ray Adyana (Ketua Bidang Pendidkan Parisada Kota Bandung) yang dipandu oleh Ibn Ghifarie (Mantan Ketua DLMJ PA).

Terselengaranya kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa Perbandingan Agama yang dimotori oleh BEM-J atas pelbagai perseteruan antar agama. Pasalnya keberadaan umat yang padahal dulu begitu akrab dan penuh dengan nuansa-nuansa harmonis, toleran hatta tolong menolong. Kini hampir tidak ada, malah bentrokan antar agama acapkali sering terjadi, ungkap Nurdiana selaku ketua Oc.

Menyoal kemelut antar agama atau satu komunitas tertentu, bagi Ray, sapaan akrab Ida Bagus Ray Adyana “semuanya itu berawal dari ketidakselarasan antara kecerdasan hati nurani dengan kepintaran berlogika” tegasnya.

Suasana kuliah terbuka ini tidak terlalu mendapatkan perhatian lebih dari civitas akademik, kecuali mahasiswa PA dan pegiat serta pemerhati masalah sosial-keagamaan. Apalagi kegiatan ini bentrok dengan Agym Goes To Campus dan masih melekat bagi sebagin masyarakat kampus, bila kita mempelajari agama selain islam, maka dikategorikan kafir. Hal ini di ungkapkan salah satu mahasiswa, yang tidak mau disebutkan namanya “kuernaon di ajar agama lain, kawas anu geus nyaho wae kana agamana, jeung lamun urang ngilu kana ajaran salain ti islam, eta ka abus kafir ngarana”, cetusnya.

Sikap awam dan naif dalam dialog antar agama di kalangan umat Islam tampaknya masih menggejala. Hal ini tampak dalam sejumlah pertanyaan yang cenderung melakukan “penyerangan” terhadap sistem ajaran lain, Hindu. Hal ini bisa disimak dari pertanyaan-pertanyaan seperti: “Mengapa dalam Hindu itu banyak Tuhan dan kenapa dewa siwa itu disebut dewa pengrusak? bukankah tuhan itu maha kasih sayang. Hal yang kurang lebih sama, muncul pula pertanyaan “Adakah mitologi Ramayana dan Brahmana itu?. Adakah konsep Niwana dalam Hindu itu? dan apakah perbedaan serta persamaan Hindu dan Budha?”.

Lebih lanjut muncul pertanyaan tentang gerakan yang dilakukan tokoh Legendaris Mahatma Gandhi: “Bagaimana tanggapan Bapa (Ray-red) manakala ada ajaran Hindu liberal seperti yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India tempo hari? Menggapai pelbagai pertanyaan, Pria yang kini orang penting di Telkom itu menegaskan bahwa “Hindu agama wahyu, terbukti dengan adanya kitab Weda. Dan yang bernuansa kontadiktif dengan apa yang hidup dalam benak penghadir, Ray mengungkapkan bahwa Agama Hindu adalah agama yang menganut monotheisme, bertuhan satu. Tapi karena banyak penapsiran dan lemahnya tradisi menulis pada saat itu serta kuatnya pembagian kasta, maka orang yang bisa menjasi padita golongan Brahmana saja, lanjutnya. Berawal dari itu, maka Tuhan dalam Hindu seolah-olah banyak, paparnya. Lebih lanjut Pria agak kurus itu menambahkan “untuk berbagai keragaman mitologi (Brahmana dan Ramayana-red) itu, sampai sekarang masih ada dan mitologi semata, sambil mengutarakan daerahnya. Yakni Swedia dan India Utara, katanya.

Dalam ajaran Hindu, supaya umatnya tidak keluar dari agamanya, maka setiap umat harus mengamalkan Panca Srada (lima keyakinan) diantaranya; ketuhanan yang esa, Atman (penyatuan Brahma dan Atma), hukum karma pala (sebab-akibat), reinkarnasi dan moksa. Maka gerakan yang dilakukan Gandhi itu, tidak keluar dari ajaran Hindu, malah mesti kita tiru. Pasalnya, Gandhi mengajarkan kita tentang perbedaan dan menghargai yang sangat tinggi, tanpa melihat sisi agama, ras dan kelompoknya, kata ketua pendidikan Hindu itu.

Lebih jauh ia mengingatkan kita tentang arti toleransi dan indahnya perbedaan, bahkan laki-laki keturunan Brahmana itu berujar “sekali lagi kegiatan ini bukan mengajak adik-adik mahasiswa untuk keluar dari agamanya supaya masuk Hindu, tapi tidak lain guna mengenal perbedaan diantara kita dan saling menghargai” sebab tanpa itu semua bentrokan antar agama kerap sering terjadi, tegasnya. “Mudah-mudahan acara ini dapat menambah wawasan dan membuka cakrawala kita tentang kajian keagamaan, terutama selaku insan akademik dan insan agama. Tentunya supaya dapat menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi pada pelbagai perbedaan” kata Nurdiana, aktifis HIMA PERSIS Itu.

Husni Mubarah, Presma BEMJ PA menjelaskan bahwa “hajatan” ini merupakan Program kerja BEMJ dan guna membangun visi intelektual muslim yang beriman dan bertakwa, tanpa menghilangkan bahkan menapikan keragaman dalam beragama.

Senada dengan Nurdiana, Casram, Sekjur PA, pun dalam sambutan pembukaan perhelatan kuliah terbuka itu, berkata “mudah-mudahan dengan diselengarakanya acara ini dapat menambah wawasan dan membuka cakrawala kita tentang kajian keagamaan, ungkapnya. Selain itu, lanjutnya, diharapkan dapat mengenal jiwa-jiwa lain. Bila sudah mengenal dari yang punyanya (mengenal Hindu dari pemukanya-red), maka tidak akan ada lagi anggapan-angapan yang subjektif tentang ajarannya, sehingga terciptalah tatanan masyarakat yang menghargai perbedaan dan inilah bentuk dari pluralisme konteks mikro, kata Pria agak gemuk itu. (Boelldzh)
×
Berita Terbaru Update