-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (13)

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T08:08:42Z
Geliat Mahasiswa Pun Tak Kunjung Selesai
published on 4 September 2006 | Berita Mahasiswa--Ibn ghifarie

A H Nasution--Memesuki hari pertama di mualinya proses belajar mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) SGD Bandung mengisahkan berbagai ragam cerita. Mulai yang mengeluh kesal, bahagia, sampai berbuat aksi turun kejalan.

Pagi hari yang cerah itu, tak seperti hari-hari biasanya geliat mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati pun mulai kelihatan batang hidungnya, setelah berapa bulan sepi dari pelbagai kegiatan civitas akademik. Tengok saja, di pelataran mesjid ikomah hampir di setiap penjuru di dapati mahasiswa sedang melingkar; di daerah sekira DPR (di bawah Pohon Rindang) pun di padati puluhan mahasiswa sedang ngumpul bareng; di depan fakultas dan ruang perkuliahan masing-masing pun tak luput di banjiri lautan mahasiswa. Pasalnya, mereka sedang memasuki hari pertama kuliah tahun ajaran 2006/2007 (04/09).

Pemandangan tak biasa itu, membuat salah satu mahasiswa angkat bicara, sebut saja, Dodi berujar, ‘bener pisannya meni pinuh jeung rame pisan kampus the, bari nunjuk ka Mesjid Ikomah, katanya.

‘Alah meni loba pisan wajah-wajah brondong (sebutan bagi perempuan penjaja cinta-red), sambil melihat ke daerah sekira Aula Gedung Student Center ’, cetus mahasiwa yang tak mau di sebutkan namanya.

Menyoal hari pertama proses belajar-mengajar. Nyatnya, sebagin mahasiswa menyimpan sejuta kekecewaan, cacian, makian terhadap birokrasi kampus. Seperti yang di alami oleh Tedi Taufik, mahasiswa Sosiologi, ‘Pusing euweuh dosen euy. Jauh-jauh ge ti kosan saya datang ka kampus rek di ajar, eh malah euweh dosena. Padahal geu di teangan,keluhnya.

‘Saya kecewa datang ke kelas tidak ada dosennya. Ketika di cari ke Fakultas tidak ada dosennya. Masih mendingan kalau dosennya saya kenal, ini tak di kenal’, kata Abdul Kumis, mahasiswa Aqidah Filsafat.

Kekecewaan itu tak selamanya dirasakan oleh mahasiswa lama saja, mahasiswa baru pun ikut ambil bagian. Seperti yang di alami oleh salah satu mahasiswa Fakultas Ushuluddin, berkata ‘Ko tidak ada dosennya, sambil bertanya pada kawanya. Ketika ditemui pihak PusInfokom sudah di cari ke fakultas belum, ‘Ia malah berkata, alah nyantai ajalah ko, kan biasanya juga ngaret, sambil meniru ungkapan mahasiswa lamanya, ungkap salah satu mahasiswa baru yang tak mau disebutkan namanya.

Menggapi sederatan keluh-kesah karena tak ada dosen di awal perkuliahan, Badru, katua LPIK (lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman) berkata, ‘Cari aja dunia lain. Jangan terlalu mengandalkan dosen. Sudah tau kulturnya seperti itu. Kalau perlu adakan kuliah jalanan, sambil menunjukan pada mereka yang sedang diskusi’

Berbeda dengan Tedi, Abdul kumis, M Rasyid Siddik, mahasiswa Muamalah berujar ‘Dosennya ada. Kita belajar pengantar silabus dan perkenalan mata kuliah etika profesi hukum oleh Muhammad Nuh. Bahkan dekanya (Drs, Hendi Muhammad,MsI-red) mengaontrol langsung ke kelas masing-masing guna mengecek dosen yang tidak bisa menyelnggarakan proses belajar mengajar di hari pertama, tegasnya.

Di lain sisi, hari pertama kuliah pun malah di idangai sekelompok mahasiswa yang etrgabung dalam Gerakan Mahasiswa Progresif (GMP) melakukan aksi turun kejalan, mereka menuntut transfaransi kejelasana SPP, dana Ikomah, kesehatan, praktikum, ungkap seoarng orator.

Nyatanya peralihan IAIN menjadi UIN di awal tahun ajaran baru, tak selamanya dibarengi dengan tradisi baru dan semangat baru. Malah terkesan melestarikan budaya lama. Akhirnya geliat mahasiswa pun tak kunjung selesai. Entah bersarang dimana? (Boelldzh PusInfoKomp).

Cag Rampes,Pojok Soto-Roti Bakar,04/09;10.45
×
Berita Terbaru Update