-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mushaf (5)

Tuesday, October 10, 2006 | October 10, 2006 WIB Last Updated 2006-10-10T18:57:59Z
Ngabuburit Ala Mahasiswa (2); Lagi, Perempuan Angkat Bicara
published on 11 Oktober 2006 | Berita Mahasiswa--Oleh Ibn Ghifarie

A.H.Nasution—Lagi, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam bingkai HMJ dan UKM tetap menggelar pelbagai kegiatan dalam rangka mengisi sekaligus memeriahkan bulan penuh rakhmat tersebut.

Meskipun, memasuki pekan ketiga puasa Ramadan, Selasa (10/10) ini, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung tetap menjalankan aktivitas perkuliahan seperti biasa.

Selai itu, UKM pun tidak ketinggalan. Di antaranya: Women Studies Center (WSC), FABBIS (Family Of Basket Ball IAIN SGD), Taekwondo, Tadjmalela, PSKM (Perguruan Silat Krakhtologi Matahari), LDM (Lembaga dakwah Mahasiswa) dan LPIK (Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman). Sementara HMJ, di antaranya, AF (Aqidah Filsafat), AS (Akhwalu As-Shahsiyyah), Biologi, dan BEM KBM UIN SGD Bandung.

Sekira 30 orang mahasiswa yang menamaka dirinya WCS sedang melingkar di pelataran Fakultas Adab. Mereka sedang menggelar acara `Gelar Ramadhan` dengan tajuk `Perempuan dalam Budaya Lokal` oleh Didin Syarifuddin (Aktivis Budaya) dan `Membedah Seksualitas Perempuan Islam` oleh Novi Rovinah (Menteri Perempuan BEM KBM UIN).

Membincang posisi dan kodrat perempuan tak pernah usang, bahkan selalu menarik untuk kita kaji secara bersama-sama. Bagi, Didin keterpasungan peran perempuan dalam budaya tertentu. Hal itu, `berawal dari Stigma perempuan sebagai penggoda, Subjektifitas dan Ideologi patriarki dengan relasi kuasa dan mayoritas. Kata siapa kaum hawa tak boleh keluar malam? Atau masuk ke ranah perpolitikan?,`tegasnya.

Namun, karena kuatnya pencitraan wanita nemah, emosional, penggoda, pelengkap, mereka tak boleh berkecimpung dalam ranah publik. Artinya kaum mojang harus keukeuh peuteukeuh diam di ruang domestik sebagai kasur, sumur jeung dapur. Coba liah saja, dalam budaya Ronggeng Dukuh Paruh; Bagaimana posisi kaum hawa tertindas? Para calon Ronggeng harus di seleksi terdahulu sekaligus mesti rela keperawanannya di lelang oleh para penguasa yang berani membayar mahal. `Bukankah perbuatan itu, pelacuran yang diabadikan lewat kesenian,`paparnya.

Tak hanya itu, perbuatan senada pun terjadi di daerah Sumba berkenaan dengan kebiasaan sunatan yang dilakukan sudah dewas. Dalam pandangan mereka upaya penundatan bukan hanya mengandung kotoran yang harus dibuang. Lebih tradis lagi, kaum adam yang telah seselai di sepaklodong harus melakukan persetubuhan dengan kaum hawa.

Sudah tentu mereka yang masih virzin. Kaum perempuan tak boleh menolahnya, bila berani membangkan, maka ia akan melanggar aturan nenek moyang. `Nah, dalam kebiasaan itu, perempuan hanya berfungsi sebagai pengeluaran kotoran semata, bahkan kaum hawa dianggap sebagai tempah sampah penebus dosa,`tambahnya.

Suasana diskusi senja pun mulai ramai, manakala menyoal khitan perempuan. Sederetan pentanyaan klise dan melemahkan kaum hawa pun bermunculan; Bagaimana pendapat anda tentang Klitoris yang disundat?, Apakah karena saya keluar malam dikategorikan PSK? Standar siapakan kaum perempaun itu lemah, emosional, manja, tak rasional?, Kata siapa upaya menyundatan klitoris itu, supaya tetap merangsang dan bertahan lama dalam melakukan hubungan intim? Bila laki-laki boleh menjadi pemimpin sekaligu ketua partai politik tertentu, maka mengapa tidak perempuan masuk dalam suasana tersebut?

`Justru yang saya pahami perlakuan khitanan itu merupakan, upaya pemotongan sifat perempuan supaya tetap lemah, tak agresip, sebab sikap dan sifat itu hanya milih oleh laki-laki?, sambil mengutif beberapa pendapat dari majalah Rahima,` kata Novi.

Menjawab pertanyaan, kaum hawa diciptakan Tuhan hanya sebagai tempat berladang kaum Adam. Novi, membantahnya. `Ayat itu, (kaum hawa tak boleh membantah, manakala kaum adam ingin bersetubuh-red) tak ada hubunganya dengan perbuatan dosa dan kutukan Tuhan melalui malaikat? Justru yang ada hanya upaya melangengkan kekuasaan laki-laki supaya tetap menjadi pemimpin keluarga?,` jelasnya.

Lain UKM, lain pula kegiatan ngabuburit HMJ. BEM KBM UIN SDG apalagi. Dalam rangka mendesak dan tak mengakui keberadaan Dewan Legistatif (DPM/MPM), maka Eksekutif (BEM) mengeluarkan `Dekrit Presiden Mahasiswa UIN SGD Bandung Periode 2006-2007` No 036/Pres/Bem/KBM-U/SGD/X/2006 tentang `Pembubaran DPM/MPM, Partai Politik Mahasiswa, da Pembekuan AD/ART BEM UIN SGD Bandung`di Auditorium UIN.

`Atas desakan dan pernyataan sikap HMJ/UKM. Kebobrokan sistem dan mekanisme yang ada dalam KBM UIN SGD, maka sebagai upaya perubahan kampus ke arah lebih baik dan maju. BEM KBM UIN SGD mengeluarkan Dekrif Presiden,`kata Acep Komarudin, Presma BEM KBM UIN SGD.

Tak ayal lagi, kepuk tangan pun tak terelakan lagi. Sesekali terdengar kata hidup mahasiswa, hidup BEM, hancukan ke laliman. Suasana Aula pun semakin gaduh dan dipadati lautan manusia. Namun, keadaan mulai reda manakala suara Adzn Magrib berkumandang sebagai pertanda buka puasa tiba.

Ketika dijumpai PusInfoKomp, Dedeh selaku Sekretaris Umum WSC menjelaskan, `Terselengaranya kegiatan Gelar Ramadhan sebagai upaya mempererat tali silaturrahmi antar pengurus dan anggota. Sebaba setelah mengelar acara Milad WSC (juni-red) kami belum pernah berkumpun. Maka acara ini, diharapkan dapat memupuk kesolidan dan kominten diantara kami,` tegasnya.

Meski dihadiri oleh beberapa orang dan tak dihadiri ketua umum, Tata Tarmaya, `tapi kami merasa lega, puas. Karena bisa berkumpul dengan pengurus dan angota kami. Malahan Ketum berpesan, sampaikan salam kami dan bukannya tak bertanggung jawab terhadap organisasi, tapi berhubung karena ada satu hal lain, kami tak bisa hadir`, jelasnya.

Selain itu, `Acara ngabuburit tersebut sebagai upaya sosialisasi peran perempuan yang seimbang (dalam pembagian kerja-red) dan menepis anggagpan bahwa perempuan itu lemah, maka kaum hawa harus berani berkata `tutupnya. (Ibn Gifarie PusInfoKomp)

Cag Rampes,Pojok Adab dan Auditorium,10/10;18.21 wib
×
Berita Terbaru Update