Badru Yang Saya Kenal
Oleh Ibn Ghifarie
Di tengah-tengah kebingungan sekaligus ketidak jelasan keputusan LPIK secara kelembagaan. Tak terelakan lagi, Saya selaku mantan pengurus LPIK periode 2003/200. Kini, Koordinator Post LPIK, sebutan bagi Alumni LPIK. Merasa kehilangan atas pengunduran diri Badru.
Meski di masa kepemimpinannya (2005-2006) Ia sempat hengkang hampir 4 bulan lamanya dari masa baktinya. Tepatnya di semester genap. Terhitung dari bulan Mei-Agustus 2006. Tentunya, menuai pelbagai kritik, cacian, makian hingga hujatan sekalipun dari anggota, pengrus sampai Alumni.
Namun begitu, Ia tetap berdikari di Saung Kajian. Hingga ajal kepengurusanya berakhir di Gerbang Musyag X. Yakni 14 Oktober 2006. Saat ngabuburit Ramadhan ala LPIK. Terpilihlah Tedi Taufik Rahman sebagai Pentolan LPIK masa bakti 2006-2007.
Tak cukup berhenti sampai di sini saja, Mifka pun ikut larut menjadi pengurus sekarang.
Tak ayal, kehadiran Surat Sakti itu, membuat sebagin besar kawan-kawan pengurus dan anggota bertanya kepadaku. Dengan pelbagai pertanyaan; Apa sebenarnya yang terjadi, Pernahkan Ia bercerita sebelumnya kepada kamu (Aku-red), Eta sugan pernah ngobrol heula jeung Boelldzh teu?
Semula tak ada jawaban dariku. Kecuali geleng-geleng kepala sebagai pertanda ketidak tahuan persoalan tersebut sambil terus membaca Surat Pengunduran Diri. Yang dipajang di Sekretariat. Tanpa kusadari pikiranku melayang jauh menembus ruang dan waktu, hingga tergambarlah sosok Ahmad Wahib (Pergulatan Pemikiran Islam). Saat Ia mengundurkan diri secara forman dari HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dengan membuat satu tulisan. Ia beranggapan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sudah tak nyaman lagi baginya, tak bisa berekspresi, bahkan disebut-sebut sebagai pembawa aliran lalim. Mungkinkah Badru meniru sekaligus mengikuti jejal Neo-Wahib? Entahlah
Sejurus kemudian, ngahuntu pun kumulai sambil mengingat-ngingat beberapa hari yang lalu. Memang dulu pernah ngobrol antara aku dengan Badru di samping Mesjid Iqomah antara pohon Jambe dengan ruko Jualan Rokok, Kopi ala Sifi (detik-dertik terakhir direlokasi ke M’ahad Aly d/h) (13/01).
`Leudzh, kadie sakeudeng urang hayang ngobrol jeung ente`, ungkap Mifka mengawali pembicaraan.
`Aya naon Dru`, sahutku.
`Ari cara nyieun
`Secara organisatoris atau luar organisatoris`, jawabku.
`Secara organisatorsi dong’` ungkapnya sambil ketawa-ketiwi.
Tanpa basa-basi. Semua unsur-unsur
‘Ah biasa pan entege geus nyaho, lamun urang nanyakeun data jeung sajabana pastilah eta keur nyieun tulisan`, kilah Koor Divisi Jurnalistik tersebut.
‘Siga baheula urang nanyakeun data BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) KBM UIN SGD
Tanpa memperpanjang masalah buat apa dan kebetulan dua kawan Ia dan aku menghampiri kami. Lebih tepatnya salah seorang senior kami di organisasi ekstra kampus. Akhirnya, ngawadul
Selang beberapa hari dari obrolan senja itu, di tengah malam dan gemercik hujan sekitar 22-an di depan Wartel UIN. Saat aku membeli bubur guna menyantap obat karena memang aku aga tak enak badan (17/01).
Kala itu, Ia berdiri di antara temen-temen pengurus LPIK (Sutisna, Fani, Zarien) sambil berkata `Leudzh kadieu sakeudeung urang hayang ngobrol`, paparnya dalam mengawali ngahuntu.
`Aya naon Jang` jawabku.
`Sabenerna mah lain keur nyieun tulisan batur atawa insfirasi tulisa keur di publikasikeun, tapi baheula nanyakeun surat pengunduran teh keur urang’`jelasnya.
Kontan saja, aku pun balik berkata ‘Emang aya naoan jeung alasana naon bet rek ngundurkeun diri sagala’, cetusku.
Sebelum menjawab pertanyaanku. Ia malah balik bertanya, ‘Tapi aya masalah yeuh ngenaan No
‘Ah pokonamah kudu aya. Lamun euweuh urang pertama anu rek ngagugat
Tanpa ada jawaban lebih. Memuaskan penasaranku apalagi. Mantan Pimred Al-Kitobah itu, berpamitan kepada kami. ‘Urang balik heula yeuh,’ menutup obrolan malam.
‘Moal ka Sekre LPIk heula’, tanya salah satu rekan sepengurusnya.
Lagi, tak ada jawaban kecuali meninggalkan kami. Akhirnya, kami pun berpisah satu sama lain.
Walhasil, terjawab sudah kepenasaranku tentang pembuatan
Hingga hari ini, tak ada keputusan jelas dan tegas secara lembaga. Namun, secara pribadi saya sangat menyayangkan langkah yang ditempuh kawanku. Tapi aku tak bisa berbuat banyak. Kareha hal itu telah terjadi. Cuman terkadang aku sangat menyesalkan peristiwa itu terjadi. Pasalnya, kali ini terjadi pengunduran diri yang dilakukan oleh mantan Ketum.
Apapaun alasannya. Aku harus rela menerima kenyataan pahit ini. Tanpa menyalahkan satu sama lain. Mungkin saja ini, kekhilafanku yang tak begitu peduli pada sahabat dan terlalu percaya pada kawan. Jika mereka menanyakan sesuatu kepadaku. Terlebih masalah organisasi.
Walaupun ada keganjilan dalam
Kedua, Dalam No
Ketiga, penempatan 5 alasan-alasan pengunduran diri. Kebiasaan penulisan selalu di akhirkan dalam bentuk terlampir.
Keempat, Tidak ada Matrai dan tanda tangan di penghujung
Meski begitu, kau tetap rekan seperjuanganku. Lebih-lebih sewaktu engkau menjabat Ketum LPIK dan Sekretaris Lembaga Pres GPMI (LPG) Gerakan Persatuan Mahasiswa Islam. Kebetulan waktu itu, aku menjabat Koord Alumni (LPIK), Sekjen (GPMI), Pimred sekaligus penggerak LPG (doBRak).
Hampir dua tahun lamanya aku mengenal dirimu. Sampai-sampai orang lain iri dengan kekompakan team doBRak (Ifa, Mifka, dan Boelldzh). Selama itu pula, aku sedikit demi sedikit mengetahui lebih dalam kepribadianmu.
Paling tidak yang ku ketahui engkau sosok Sastrawan dengan sederetan sebutan Pujangga, Cerpenis (Juara II tingkat PT STAIN, IAIN dan UIN se-Indonesia di
Selain itu, karena terlalu gandrung dengan permainan rima. Setiap kejadian, keluh kesah, letupan-letupan suara hati engkau semua tuangkan dalam Catatan Harian.
Bergelut dengan Dyari bukan pertama bagi Ia. Malahan sudah hampir 5 tahun Ia akrabi. Sampai-sampai di satu kesempatan engkau pernah menyuruhku guna mengklasifikasi mushaf berserak tersebut. Namun, entah satu alasan apa, Ia meninggalkan ikhtiar tersebut. Padahal ingin ku menyunting semua goresan penamu. Terkadang kau lupa menyimpan agenda harian tersebut. Thus, aku pula yang menyimpan bait-bait puisimu.
Kuatnya tradis menulis bagimu bak nafas yang terus menghembuskan sanu
Ketidak terlibatanmu dalam kecerian di Saung Kajian LPIK mulai hari ini dan selanjutnya. Engkau tetap Mifka bukan yang lainya. Mudah-mudahan terus berkarya dan akhirnya aku hanya bisa berkata ‘Selamat Jalan Dru, Teruskanlah Perjuananganmu Sampai Ajal Menjemput’. Itulah Badru yang saya kenal. [Ibn Ghifarie]