-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (15)

Thursday, July 19, 2007 | July 19, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:43:33Z
Warna-Warni Hari Pertama Sekolah
Oleh Ibn Ghifarie

Hari pertama sekolah bukan kebahagian yang didapat, tapi malah kebingungan yang menyertainya. Pasalnya, bagunan sekolah kebanggaan milik para siswanya ambruk pasca bencana. Tentunya, tak ada seragam baru, tas baru, sepatu baru dan tek-tek bengeknya.

Pelangi I; Ambruk Bangunan
Tengoklah, di daerah Banten, siswa harus rela belajar di puing-puing reruntuhan akibat bencana; Klaten, anak didik harus memulai hari bahagianya dengan belajar di tempat darurat sekaligus mengerikan. Karena ruangan kelasnya bekas kandang domba; Bekasi pun para pelajar harus rela belajar di tempat darurat akibat tersapu banjir; Tuban, puluhan orang malah putus sekolah. Bahkan ada yang berprosesi asyik ngamen dan membantu kedua orang tuanya akibat meroketnya biaya pendidikan. (Metro TV,16/07)

Alih-alih minimnya ekomoni dan lemangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan kelak menjadi penunjang keterpurukan pendidikan Indonesia.

Di lain sisi, tahun ajaran baru pertama acapkali diwarnai aksi oleh siswa, hingga warga sekitar akibat tak mengutamakan masyarakat sekiranya.

Pelangi II; Aksi Warga
Adalah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Padang, Sumatra Barat, diwarnai unjuk rasa warga sekitar sekolah. Warga menuntut pihak sekolah menerima anak-anak mereka bersekolah di SMAN 6.

Puluhan warga sekitar SMAN 6 Padang mendatangi sekolah dengan membawa berbagai poster berisi tuntutan. Warga menilai pihak SMAN 6 Padang telah mengingkari kesepakatan bersama, yakni 20 persen siswa SMAN 6 Padang diutamakan untuk warga di sekitar sekolah. Menurut warga, kebijakan tersebut merupakan kompensasi dari penggunaan tanah ulayat warga untuk SMAN 6 Padang.

Pihak sekolah membenarkan adanya perjanjian tersebut. Hanya, standard penerimaan siswa berdasarkan nilai evaluasi murni (NEM) mengakibatkan kesepakatan tersebut tidak berjalan. Akibatnya, hanya beberapa anak warga sekitar yang diterima.

Setelah berdialog, pihak sekolah berjanji akan memprioritaskan siswa dari sekitar sekolah tersebut. Warga yang berunjuk rasa kemudian membubarkan diri setelah mendengar komitmen dari pihak SMAN 6 Padang tersebut.(Metro,16/07)

Pelangi III; Ditemani Ibunya
Tak ayal, proses belajar mengajar pula harus terhambat. Kendati begitu di Bogor orang tua harus rela mendampingi bocahnya karena belum mengenal satu sama lain sekaligus mempunyai teman.

Pemandangan ini terlihat jelas di Di SDN Pajeleran, Cibinong, Bogor. Hari pertama pengenalan orientasi sekolah bagi siswa Kelas I SD di Bogor masih didampingi orang tuanya terutama ibu. Sementara sejumkah wali murid mengeluhkan tingginya dana sumbangan pembangunan (DSP) bagi tingkat SD yang mencapai Rp 2 juta.

Puluhan ibu-ibu tak sungkan-sungkan menemani ankanya masuk ke ruang kelas. Mereka mendengarkan penjelasana dari guru mulai masuk jam berapa, di mana kelasnya hingga di mana harus membeli buku materi pelajaran.

“Ingat waktu masih kecil dulu,” ujar Ny. Sari sata menemani putra sulungnya. Dikatakan ibu muda ini, pada hari pertama si anak belum dapat mengerti apa yang dikatakan guru dengan suasansa dan lingkungan yang baru. Begitupula di SD Muaraberes, Keradenanan Cibinong, sejumlah ibu-ibu tetap tekum mendengarkan penjelasan guru. (Jawa Pos, 16/07)

Pelangi IV; Cuma Beres-Beres.
Berbeda dengan di SD YPPK Santo Stevanus, Woma, Wamen Papuan, awal sekolah hanya diisi dengan membersihkan lingkungan dan pengenalan sekolah.

Para guru di sekolah tersebut masih mempersiapkan ruang kelas bagi siswa baru. Hari pertama bagi siswa kelas satu, masih banyak orangtua yang mengantarkan anaknya, sekalian mendaftar ulang. Sedangkan siswa kelas dua hingga kelas enam, diperintahkan membersihkan dan mengatur ruang kelas serta membersihkan halaman. (Metro, 16/07)

Pelangi V; Hanya Perkenalan Semata

Lain halnya di SMK/SMIP Paramitha, Jakarta Pusat, misalnya, sebanyak 105 siswa melakukan MOS dengan penampilan pakaian aneh, sehingga menarik perhatian warga yang lalu-lalang di kawasan sekolah tersebut.

Di SMAN 70 Bulungan, MOS diisi dengan sejumlah kegiatan mulai dari perkenalan dari pihak sekolah yang disampaikan Kepsek Asyikin, dilanjutkan dengan ceramah mengenai Cara belajar Efektif yang bertujuan memberi motivasi bagi siswa baru. Hanya saja ketua panitia MOS Lulu melarang dengan alasan harus seizin Kepsek dan malah pendidik ini sempat menarik tangan wartawan Pos Kota agar tidak masuk apalagi melihat kegiatan MOS yang sedang berlangsung di lantai dua. Kepsek SMAN 70 Asyikin berjanji akan menegur yang bersangkutan.

Kepala SMAN 95 Pegadungan Kalideres, M. Siagian menyatakan pihaknya sudah menekankan kepada siswa senior bahwa pelaksanaan MOS tidak ada unsur kekerasan dan penganiayaan. (Pos Kota, 17/07)

Hal serupa pula terjadi di SMP Negeri 2 Wamena, hari pertama masuk sekolah diisi dengan orientasi siswa. Di sekolah ini, sebanyak 200 siswa kelas satu akan mengikuti masa orientasi dengan materi pengenalan sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler serta metode belajar yang baik. (Metro,16/07)

Pelangi VI; Berburu Peralatan
Meski telah memasuki hari pertama tahun ajaran baru 2007/2008, toko-toko yang menjual peralatan sekolah masih ramai dikunjungi pembeli. Misalnya di Pasar Jatinegara dan Pasar Ciplak Jakarta Timur, sekitar puluhan ibu-ibu masih terlihat berbondong-bondong berbelanja membeli sejumlah peralatan sekolah seperti buku, pensil, tas sekolah, seragam sekolah, dan sepatu.

Tuti, 29, seorang pengunjung mengaku telah membeli sejumlah peralatan sekolah buat anaknya yang telah duduk di bangku sekolah dasar kelas IV pada tahun ajaran ini. Namun, berhubung masih ada yang kurang, ia kembali berbelanja pada hari ini.

"Kalau buku-buku, pulpen saya sudah beli Sabtu kemarin. Tapi, sepatunya kan belum, lagian duitnya baru ada sekarang, jadi saya ke sini lagi," tuturnya.

Menurut Tuti, barang-barang yang dijual di Pasar Jatinegara ini retif lebih murah di banding di pasar-pasar atau toko-toko lain di luar Pasar Jatinegara. Oleh karena itu, ia kembali ke Pasar Jatinegara untuk berbelanja.

"Di pasar Jatinegara ini lebih murah dari pada kita belanja di mal atau Gramedia. Lagipula, kualitasnya sama kok,” cetusnya. (beritajakarta.com,16/07)

Pelangi VII; Tes Ujian

Namun, hari pertama sekolah di pelbagai Perguruan Tinggi (PT) tak berlaku karena masih libur. Kalapun ada aktivitas itu hanya SP (Semester Pendek) saja.

Berbeda dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung siang itu kampus dibanjiri manusia. Pasalnya, tengah ujian tes local Penerimaan Calon Mahasiswa Baru (PCMB) yang diikuti hamper 2500 orang peserta tes.

Meski tahun ajaran 2007-2008 UIN Bandung ikut andil dalam SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) beberapa minggu yang lalu.

Kehadiran hari pertama sekolah tak semuanya berbanding lurus dengan semangat baru siswa, guru beserta civitas akademika. Terkadang malah memperihatinkan.
Inilah pernak-pernik pendidikan kita saat tiba sekolah. Semoga dengan adanya pengalokasian dana sebesar 20% dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) tak hanya selogan semata, tapi nyata dan dapat dirasakan oleh kaum lemah.

Sejatinya pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam mencerdaskan bangsa atas keterpurukan pelbagai krisis yang terus melanda bumi pertiwi ini. Seakan-akan bencana demi bencana akrab dalam keseharian sekaligus rutinitas yang harus kita lewati bersama. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 17/07;22.17 wib

×
Berita Terbaru Update