-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mushaf (4)

Monday, August 24, 2009 | August 24, 2009 WIB Last Updated 2009-08-25T03:16:41Z
Pelaku Bom dan Pendidikan Perdamaian
Oleh IBN GHIFARIE

Maraknya aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak muda membuat berang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Betapa tidak, pelaku bom bunuh diri Marriott (Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan pada 17 Juli lalu) hanyalah seorang remaja 18 tahun lulusan dari sebuah SMA swasta di Jakarta bernama Dani Dwi Permana.

"Pelaku bom Marriott adalah Dani Dwi Permana berusia 18 tahun yang direkrut di Bogor, Jawa Barat," jelas Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (8/8) silam.

Keseriusan SBY guna memerangi aksi terorisme ini terekan dalam pidato kenegaraan, Jumat (14/8), Ia meminta aparat dan masyarakat untuk melindungi warga dan anak-anak muda dari pikiran yang sesat dan ekstrim yang bisa mengarahkan kepada tindakan terorisme.

"Tentulah aparat keamanan dengan memberikan informasi tentang pelaku terorisme yang bersembunyi di tengah-tengah masyarakat kita," ujarnya.

Kontek Bandung, pelaku teror bom Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) yang terjadi pada Senin, 19 Agustus 2009, ternyata seorang anak-anak berusia 12 tahun dengan inisial TPG dan masih duduk di kelas 1 SMPN Cineam Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Dari hasil pelacakan terhadap nomer pengirim ternyata sms itu berasal dari Kota Tasikmalaya," ungkap Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Imam Budi Supeno.

Kekesalan TPG yang mendapatkan kiriman pesan undian berhadiah mobil dan uang sebesar Rp 50 juta dari beberapa operator telepon seluler membuatnya marah sekaligus mengirimkan pesan ‘teror bom’ "Dari kekesalan itulah muncul niat untuk memberikan pelajaran kepada si pengirim. TPG lalu mengirim pesan yang isinya 'Bom Meledak Jam 11.00 WIB malam'. Namun, SMS itu dikirim ke nomor SMS Online RSHS yang ada di phonebook handphone-nya," ujarnya.

Kendati tidak ditahan hanya orang tua wajib melapor ke polisi setiap 2 minggu sekali. Imam menuturkan “Bisa jadi ada orang yang menyuruh TPG melakukan terror” paparnya (Bandung Ekspres, 23 Agustus 2009)

Pendidikan Perdamaian
Adakah kehadiran bulan Ramadhan menjadi memontum bagi keluarga, masyarakat, pemangku jabatan untuk mendidik anaknya supaya berbuat arif, bijak, toleran, terbuka, damai, dan menghargai perbedaan atas pemahaman yang ada?

Bukan malah sebaliknya, pemerintah hanya menjadikan shaum ini sebagai ladang empuk sensor atas khotbah untuk mengantisipasi aksi terorisme. Mengerikan memang.

Gerah melihat aksi kekerasan yang terjadi di mana-mana dan selalu dijadikan alat untuk mencapai tujuan, Irfan Amalee Direktur Peace Generation Indonesia berjibaku mengampanyekan pendidikan perdamaian. Ia memendam impian, kelak muncul generasi baru yang mampu mewujudkan perdamaian di segala lini.

Kegagalan menampilkan Islam yang toleran menjadi islamphobia ”Selama ini Islam identik dengan teroris. Menurut saya, orang Islam sendiri gagal mengomunikasikan wajah Islam yang lemah lembut dan penuh toleransi,” jelasnya.

Tak adanya modul tentang pendidikan perdamaian memperparah tumbunkembangnya aksi kekerasan, teror sekaligus bum bunuh diri dikalangan remaja Indonesia ini. Inilah pentingnya pembuatan modul.

”Masalah besar yang ada di Indonesia adalah tidak adanya modul (tentang pendidikan perdamaian). Selama ini kami tidak punya panduan khusus. Materi yang kami ajarkan hanya berupa improvisasi dari hasil pengalaman mengikuti pelatihan dan membaca dari buku-buku impor,” ujarnya

Bersama Erick Lincoln, konselor remaja asal AS, Irfan membuat 12 Nilai Dasar Perdamaian, diantaranya; 1) Menerima Diri (Aku Bangga Jadi Diri sendiri), 2) Prasangka (No Curiga, No Prasangka), 3) Keragama Etis/Suku (Beda Kebudayaan Tetep Berteman), 4) Keragaman Agama (Beda Keyakinan Nggak Usah Musuhan), 5) Peran Laki-laki dan Perempuan (Laki-laki Perempuan Sama-sama Manusia), 6) Status Ekonomi (Kaya Nggak, Sombong Miskin Nggak Minder), 7) Kelompok/Gank (Kalau Gentleman, Nggak Usah Ngegang), 8) Memahami Keragaman (Indahnya Perbedaan), 9) Memahami Konflik (Konflik Bikin Kamu Makin Dewasa), 10) Kekerasan (Pake Otak Jangan Maen Otot), 11) Mengakui Kesalahan (Nggak Gengsi Ngaku Salah), 12) Memberi Maaf (Nggak Pelit Meminta Maaf)

”Isinya sederhana, di antaranya bagaimana cara menghadapi konflik, kekerasan dalam bentuk sederhana, sampai kemudian memberi dan meminta maaf,” tuturnya (Kompas, 23 Juli 2009)

Ayat-ayat Antiteror
Mari kita berguru pada beberapa kitab suci tentang ayat-ayat antiteror. Bagi kaum Hindu ada doktrin “Maju teruslah engkau, jangan berselisih (tikai) diantara kamu; milikilah pikiran-pikiran yang luhur dan pusatkan pikiranmu pada kerja; ucapkanlah kata-kata manis diantara kamu; Aku jadikan engkau semuanya bersatu dan aku anugrahi engkau pikiran-pikiran mulia” (Weda-Athanwa III, 30: 5)

Kaum Buddhis terdapat Dharma “Di dunia ini kebancian belum berakhir jika dibalas dengan kebancian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibahas dengan cinta kasih ini adalah hukum yang kekal abadi” (Dhammapada, Yamaka Vagga Bab I: 6)

Penganut Guru Agung Khong Hu Cu ingat petuahnya “Mati hidup adalah firman, kaya mulia adalah pada Tuhan yang Maha Esa. Seorang Junzi selalu bersikap sungguh-sungguh maka tidak hilap. Kepada orang lain bersikaf hormat dan selalu susila. di empat penjuru lautan semuanya saudara. Mengapakah seorang Junzi merana karena tdak mempunyai saudara” (Shisu, dalam Lun Yi Jilid XII, ayat 15 Sub 2)

Mereka yang mempercayai kesucian Mesias, mari menelaah pesan Yesus Kristus (Katolik) “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan itu tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibrani, 12:14)

Juga yang mengimana perombakan dalam kerajaan Roma (Protestan), “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah dalam Kristus mengampuni kamu” (Efesusi, 4:32)

Untuk umat Muhammad ingat pada khotbahnya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan membari (kasih) kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, permusuhan. Ia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu mengambil pelajaran” (QS An-Nahl [116]: 90)

“Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah ialah orang yang sangat banyak memusuhi orang” (HR Muslim)

Bila kita kuat memegang ajaran setiap keagamaan niscaya tak akan ada lagi upaya teror sekaligus ‘mempercepat kematian’ oleh kelompok tertentu terhadap golongan yang berbeda sekalipun kuat memegang teguh tradisi leluhurnya. Seolah-oleh mereka tak pernah tersentuh oleh risalah yang dibawa para pemuk agama.

IBN GHIFARIE, Pegiat Studi Agama-agama dan Pemerhati Kebebasan Beragama
Tulisan ini dimuat pada rubrik "Wacana" Bandung Ekspres, 25 Agustus 2009
×
Berita Terbaru Update