-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (9)

Tuesday, November 20, 2012 | November 20, 2012 WIB Last Updated 2012-11-20T08:53:49Z
Penyelamatan “Pohon Kehidupan”
Oleh IBN GHIFARIE
Artikel ini dimuat pada Podium Tribun Jabar edisi 29 Desember 2011

Masyarakat di semua wilayah di Jawa Barat diminta untuk waspada terhadap dampak buruk datangnya musim penghujan. Seakan-akan tibanya musim bukan menjadi berkah bagi keberlangsungan hidup bersama, malah menjadi petaka yang tak bisa terelakan karena kita berbuat serakah, perilaku jahil, sering alfa mensyukuri segala pemberian (anugrah) dari Tuhan.

Betapa tidak, di Kota Bandung intensitas curah hujan diprakirakan akan terus meningkat yang mencapai 5-50 milimeter dalam satu hari membuat tiga pohon tumbang di Jalan Sumbawa menimpa pengendara motor, Jumat (4/11); di Jalan Cipaganti menimpa pagar rumah, Minggu (6/11);  dan di halaman Kebun Binatang yang menimpa tiang listrik, Senin (7/11) pada satu pekan. Tiga warga tewas di Ciwaruga akibat tertimpa pohon tumbang merupakan bukti nyata atas ulah lalim perbuatan manusia.

Konon, usia pohon di atas 50 tahun dan kondisinya yang sudah rapuh tidak kuat saat diterpa angina kencang dan hujan yang memperparah tumbangnya pohon. Dalam catatan Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Distamkam) Kota Bandung, Yogi Supardjo  menunjukkan ada sekitar 2,3 juta pohon di Kota Bandung yang diperkirakan 800 ribu pohon berusia di atas 50 tahun dan tergolong rawan tumbang.

Daerah yang rawan terjadi pohon tumbang ada di Jalan Diponegoro, Imam Bonjol, Ganesha, Teuku Umar, Trunojoyo, Cipaganti, Pajajaran, BKR, Antapani, Arcamanik, dan Jalan Sukajadi.

Sepanjang tahun 2010 sebanyak lima belas unit mobil tertimpa pohon tumbang di Jalan Naripan,  Rajawali, Arcamanik, BKR, Kebonjati, Lengkong, dan Jalan Bojongloa. (Tribun Jabar, 3/11, 7/11, 24/11, 26/11)

Sejatinya, kehadiran Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember tidak hanya menghadirkan pohon Natal (di rumah, pusat pembelanjaan, depan altar), tapi harus menjadi momentum untuk memberikan penyelamatan, semangat arti pentingnya kehidupan (jasmani,  rohani) di tengah-tengah maraknya tragedi banjir, longsor, akibat cuaca ekstrim yang mendera Tanah Pasundan ini.

Natal adalah perayaan kehidupan. Tuhan berpihak kepada kehidupan. Sebab itu, merayakan natal berarti merenungkan makna kehidupan, memobilisasi daya untuk membangun budaya cinta kehidupan.

Menurut Erich Fromm, ada perbedaan fundamental diantara manusia yang mencintai kehidupan (biofil) dengan yang mencintai kematian (nekrofil). Cinta akan kehidupan ini terungkap dalam kecenderungan dasar untuk mempertahankan hidup dan mengelakan maut. Dengan segala cara manusia yang sehat berusaha untuk hidup, melindungi hak hidupnya dari berbagai ancaman. Namun orang yang mencintai kehidupan tidak sekedar mempertahankan hidup dan menjauhkan diri dari kematian. Juga suka membangun dan mencipta daripada hanya mempertahankan apa yang telah ada. Ciri masyarakat yang mencintai kehidupan; Pertama, Mencintai keadilan. Kedua, Mencintai kebebasan untuk membangun dan mencipta. (Paul Budi Kleden, 2009:39-44)

Salah satu upaya mencintai kehidupan dengan menanam, memelihara, menjaga, merawat pohon mengingat Kota Bandung sangat membutuhkan pohon 1,5 Juta untuk 3 juta orang. Ini hasil hitungan anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin, dalam catatannya, jika saat ini di Kota Bandung dihuni sekitar 3 juta orang, maka kota ini setidaknya memiliki 1,5 juta pohon. Apakah kota ini memiliki pohon sebanyak itu? (Tribun Jabar, 20/5)

Parahnya, dipohon-pohon yang ada malah dirusak dengan cara dipaku. Musim Pemilihan  (Legislatif, Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, Presiden) pohon akan semakin menderita karena banyak kadidat yang memasang (poster, slogan) di tatangkalan itu.

Apalagi bila meruju kepada UU No. 26/2007 tentang Tata Ruang Kota, ruang terbuka hijau (RTH) seharusnya 30 persen dari luas kota. Pemerintah berkewajiban menyediakan RHT sebanyak 20 persen dan 10 persen lainnya adalah tanggung jawab privat, yaitu kepala keluarga (KK), komunitas, dan perusahaan.

Mari kita dukung usaha pemerintah untuk pemeliharaan pohon-pohon lindung di Kota Bandung yang berjumlah 48.000 di sepanjang jalan 1.200 kilometer. Upaya mencintai pohon harus dtanamkan sejak dini, seperti yang dilakukan oleh Sinterklas sambil merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah Pohon Natal mini. “Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia. Semua ujung daunnya mengarah ke atas, mengingatkan kita bahwa segala pikiran kita di masa Natal hanya terarah pada surga.” (e-BinaAnak edisi 511, 1/12/2010)

Kiranya, kita harus meniru apa yang dilakukan oleh Sariban, warga Kota Bandung yang mendedikasikan sisa hidupnya untuk kebersihan pohon di Kota Bandung yang hatinya menangis ketika menjumpai pohon tertusuk paku. Lalu mencabutnya.Tanpa bantuan tangan lain, Sariban berhasil mengumpulkan paku yang menancap di pohon hingga belasan karung yang beratnya lebih dari satu ton. (Tribun Jabar, 20/5). Bila kita tidak bisa meniru, mengikuti jejak yang dialakukan oleh Saribah, maka kita tidak boleh menebang, merusak pohon dengan menancapkan paku.

Dalam kontek Natal, di mata Jan Dargatz menghadirkan (menanam) pohon cemara di jendela, depan rumah orang percaya perilaku ini akan menjadi cara untuk menyatakan kesaksian iman mereka pada masyarakat di sekitarnya. Walapun untuk berburu pohon Natal sendiri sangat susah karena yang kita terima kebanyakan cemara tiruan. (Jan Dargatz, 1999:77-79)

Inilah makna terdalam Natal bagi penyelamatan pohon yang menjadi bagian terpenting dalam keberlangungan kehidupan karena mehadirkan pohon Natal tidak hanya indah dipandang mata, tapi memberikan khotbah terselubung tentang arti kehidupan. Selamat Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.

IBN GHIFARIE, Mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung Program Religious Studies dan peneliti Academia for Religion and Social Studies (ARaSS) Bandung.



×
Berita Terbaru Update