-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mushaf (3)

Monday, February 03, 2014 | February 03, 2014 WIB Last Updated 2014-02-03T13:09:12Z
Menyembelih Sifat Binatang 
Oleh IBN GHIFARIE
Artikel ini pernah dimuat pada Opini Galamedia edisi 14 Oktober 2013

Diakui atau tidak tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia, Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (3/10) atas dugaan suap Pilkada Lebak Banten (1 miliar) dan Gunung Mas Kalimantan (2 miliar) ini menjadi bukti nyata bahwa peraktek korupsi dan budaya suap-menyuap masih mendarah di Indonesia sekaligus penegakan hukum yang terus ditegakan dan tak tebang pilih di Bumi Nusantara ini.

Betapa tidak, hasil survey Lembaga Transparency Internasional Indonesia (TII) menunjukkan Indonesia berada di empat negara terbawah dalam urutan tingkat korupsi. Berdasarkan indeks persepsi korupsi yang dilansirnya Indonesia berada di angka 32. Indeks persepsi korupsi ini merupakan indikator gabungan yang mengukur tingkat persepsi korupsi dari negara-negara.


"Dibanding survey dua tahun lalu, Indonesia memburuk," ujar Dadang Trisasongko, Sekertaris Jenderal Transperancy Internasional Indonesia.

Parahnya, Indonesia menempati urutan 118 dalam urutan negara terkorup, dan Indonesia berada di bawah Thailand (urutan 88) dan Filipina (urutan 108). Sedangkan tiga negara dibawah Indonesia antara lain Vietnam, Laos, Myanmar.

Survey yang dilakukan kepada 114 ribu orang di 107 negara mendapatkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap intitusi-intitusi negara di Indonesia semakin menurun terhadap upaya pemberantasan korupsi. (Tempo, 11/7)

Mampukah kehadiran Iduladha (Hari Raya Kurban) yang diperingati setiap 10 Zulhijjah dan jatuh pada tanggal 15 Oktober 2013 ini tidak hanya melaksanakan perintah memotong hewan kurban (sapi, kambing, kerbau), tetapi berusaha mene­ladani keluarga Ibrahim sebagai sarana untuk menyembelih sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita?

Hawa Nafsu

Pasalnya, segala bentuk kejahatan, kemunkaran yang terpatri dalam sanu bari kita itu bersumber dari hawa nafsu. Ini dibenarkan oleh Azyumardi Azra, Ibadah haji yang bersumber dari tradisi keagamaan Nabi Ibrahim tentu saja terkait erat dengan ibadah qurban. Karena itu Hari Raya Haji selain disebut Iduladha juga dikenal sebagai hari Raya Qurban.

Ibadah qurban bermula ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim melalui mimpi untuk menyembelih (mengorbankan) putranya, Islamil seperti yang termaktub dalam Q.S. Ashshaffat (37) ayat (100-111).

Perintah Allah ini merupakan ujian yang berat bagi Nab Ibrahim. Karena baginya Ismail bukanlah sekedar seorang putra, tetapi idalam hatinya dan pelipur lara di tengah perjuangan hidupnya yang berat melawan penindasan Namrud dan pengikutnya untuk menegakan Tauhid. Akan tetapi inilah ujian yang sebenarnya, dan inilah jihad akbar, jihad melawan kemauan dan egoisme diri, yang sering justru menguasai manusia baik secara individu maupun kelompok. Ketika egoisme diri (kelompok) menguasai manusia, ketika itulah manusia melupakan Tuhan dan mengabaikan ajaran-ajarannya yang justru dimaksudkan untuk meninggalkan harkat kemanusian itu sendiri.

Kemunculan egoisme, ananiyah seperti egoisme politik, agama dan suku yang sekarang cenderung semakin meningkat dalam masyarakat kita. Hal ini ha­nya akan mengantarkan kita kepada kekalahan (kehancuran).

Kebahagiaan akan dimiliki oleh hamba Allah yang ber­juang demia Allah melawan sifat dan nafsu-nafsunya sendiri; orang yang dapat mengalahkan nafsunya akan memperoleh ridha Allah dan orang yang akalnya meninggalkan nafsunya yang memirintah untuk berbuat jahat, melalui perjuangan jihad, penyerahan diri dan kerendahan hatinya demi berbakti kepada Allah, berarti ia telah menenangkan perang yang besar. Tidak ada selubung di antara seseorang hamba dengan Tuhannya yang lebih gelap (terasing) daripada selubung diri (nafsu); tidak ada senjata yang lebih baik untuk meme­rangi dan menghancurkan mereka daripada kebutuhan mutlak akan Allah yang Mahamulia. Jika ia hidup sesuai dengan jalan yan lulus, maka akhir hidupnya akan mem­bawanya kepada ridha Allah yang terbesar. Allah berfirman; kepada orang-orang yang berjuang di pihak kami mela­wan musuh, akan kami tunjukkan jalan-jalan kebahagiaan. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. 29:69)

Taqarrub

Ketika dengan keikhlasan Ismail siap melakukan qurban sebagimana dikehendaki Allah swt. Berarti Ibrahi telah memenangkan jihad akbar, melawan rasa egoisme dirinya. Tetapi, Tuhan Maharahman, sesudah nyata kesabaran serta ketaatan Ibrahim dan Ismail, maka Allah melarang beliau menyembelih Ismail, selanjutnya untuk meneruskan kurban, Allah menggantikannya dengan seekor kewan sembelihan (kambing).

Peristiwan ini menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji. Binatang sembelihan itu merupakan simbol bagi usaha menusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) sesuai dengan kandungan makna yang terdapat dalam istilah "qurban" itu sendiri. Bahkan lebih dari itu. Ibadah qurban yang dilaksanakan di tempat-tempat yang jauh dari Tanah Suci, seperti di Indonesia berfungsi tidak hanya untuk taqarrub ilallah dekat kepada Allah, tetapi juga taqarrub ilannas' saling dekat dan akrab di antara sesama manusia. Dalam riuh rendah (pasca)reformasi taqarrub ilannas inilah agaknya semakin sirna dari diri kita, sehingga justru semakin saling menjauh, menista, dan berpecah belah.

Ibadah qurban yang dalam pengalaman Nabi Ibrahim ini merupakan salah satu bentuk dari suatu jihad akbar (Hasan M. Noer [ed], 2001;315-318).

Dengan demikian, ibadah qurban menjadi media yang tepat untuk menyembelih sifat kebinatangan (rakus, tamak, saling membunuh, angkara murka) yang ada dalam diri kita. Apalagi saat ini kondisi Indonesia dinilai negara yang korup. Semua­nya bersumber dari hawa anfsu untuk menguasai orang lain (masyarakat, bangsa dan negara) untuk kepentingan diri sen­diri, kelompok dan golonganya. Ini makna terdalam Hari Raya Qurban bagi bangsa dan negara dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Semoga.

IBN GHIFARIE, Peneliti Academia for Religion and Social Studies (ARaSS) Bandung dan Pengelola Laboratorium Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung
×
Berita Terbaru Update