-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mushaf (11)

Friday, July 15, 2016 | July 15, 2016 WIB Last Updated 2016-07-15T10:01:56Z
Mari Berprasangka Baik 

Khutban Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿البقرة:٢١٦﴾
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿الحجرات:١٢﴾
Hadirin sidang Jumat yang terhormat 
Segala bentuk tindakan terorisme dan aski bom bunuh dirinya yang melukai hati nurani dan kemanusiaan itu bukan hanya persoalan pemahaman atas penafsiran teks-teks agama tentang jihad. Akibatnya orang yang tidak tahu apa-apa dan orang yang tidak berdosa selalu menjadi korban. 

Harus diakui, perilaku tak terpuji ini bersumber dari teologi kebencian, permusuhan, pertikaian, prasangka dan sikap tak berhati-hati pada saat menerima informasi. Pasalnya, mereka sangat memengang teguh pemahaman takfiri (saling mengkafirkan), mencaci-maki, dalam menyelesaikan setiap perbedaan pendapat, keyakinan yang berujung pada cara main hakim sendiri, hingga menghilangkan nyawa orang lain yang tak berdosa sebagai tiket utama masuk surga.


Sidang Jumat yang mulia 
Mari kita belajar beragama Islam dengan nyaman dari seorang kiai yang bersahaja dalam menjalankan hidup dengan berprasangka baik dan rendah hati, seperti yang dikisahkan oleh Komaruddin Hidayat dalam buku Psikologi Beragama; Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun.  
Suatu hari, saya datang pada seorang kiai untuk konsultasi agama. Saya  bertanya, "Mengapa sesama muslim, bahkan di antaranya adalah tokoh agama, suka mencemooh muslim lain yang berbeda pendapat? Bahkan, adakalanya mengkafirkan serta menuduhnya sebagai ahli neraka. 

Kiai kampung tadi menjawab dengan datar. "Saya kurang tahu dalil apa yang dipakai. Kalau seseorang telah menyatakan dan menerima rukun iman dan rukun islam, dia tidak berhak disebut kafir. Jadi, saya tidak bisa menjawab mengapa kita mesti mengkafirkan sesama muslim serta sibuk mau  mengukur kedalaman imannya. Saya sendiri tidak berani menjamin diri saya masuk surga, terlebih menuduh orang lain. Jadi maaf, coba saja tanyakan pada mereka yang suka mengukur-ukur ketakwaan orang."

Dalam sebuah riwayat diceritakan, suatu hari Abu Bakar berjalan bersama Rasulullah. Di tengah jalan, tiba-tiba Abu Bakar dihadang oleh seseorang dan dicaci-maki. Abu Bakar merasa tidak kenal dan tidak bersalah sehingga dia diam saja sambil senyum-senyum. Abu Bakar tambah bingung lagi ketika melihat Rasulullah ikut tersenyum. Setelah orang itu agak lama melemparkan kata-kata cacian, Abu Bakar menjawab kelancangan orang tersebut. Ketika Abu Bakar membalas orang tersebut, Rasulullah berhenti tersenyum dan terus pergi.

Abu Bakar merasa penasaran akan sikap Rasulullah. Keesokan harinya, Abu Bakar bertanya pada beliau, “Mengapa Rasulullah tersenyum kekita orang itu mencaci-maki dirinya yang tidak bersalah? Mengapa Rasulullah pergi ketika dirinya menjawab?” Rasulullah menjawab, “Ketika engkau tersenyum mendengarkan fitnah dan caci-maki tadi, engkau menerimanya dengan lapang karena engkau tidak bersalah. Aku pun tersenyum ketika melihat malaikat sibuk memindahkan catatan amal kebaikan orang itu ke dalam dirim, sedangkan cacatan kesalahanmu dipindahkan ke orang itu.”  

Dari nasihat kiai tadi, saya belajar untuk hidup dengan bersangka baik dan rendah hati. Jangan merasa paling beriman dan bertakwa di hadapan orang lain. Saya teringat sebuah hadis, berbahagialah mereka yang disibukkan dengan meneliti kesalahan dan kekurangan diri, lalu menutupinya dengan kebajikan daripada kerjanya sibuk melihat dan mengorek-ngorek kelemahan dan kesalahan orang lain. 

Kisah Abu Bakar mengajarkan kita untuk bersabar. Jika kita merasa benar, tak perlu takut akan kritik, kecaman dan fitnah orang. Allah mahatahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Lebih dari itu, mari kita jaga hati dan lisan agar tidak mudah menyakiti orang lain karena kita sendiri yang akan rugi. 

Kisah-kisah kebajikan hidup seperti di atas mudah sekali kita temukan di sekeliling kita. Kalau saja kita mau membuka mata hati dan telinga setiap hari pasti kita akan mendapatkan pembelajaran hidup yang bermakna. (Komaruddin Hidayat,2010:21-23)

Hadirin sidang Jumat yang terhormat 
Mengingat tingginya perilaku intoleransi di bumi pertiwi ini. Hasil Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama yang dilakukan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada tahun 2015 pada responden 2.720 orang, dan margin of error 17 persen yang tersebar di 34 ibu kota provinsi ini menunjukkan, rata-rata nasional kerukunan umat beragama berada pada poin 75,36 dalam rentang 0-100. 

Tingkat kerukunan diukur melalui tiga indikator; toleransi, kesetaraan dan kerjasama antar umat beragama yang menghasilkan tiga daerah dengan kerukunan agama tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (83,3 persen), Bali (81,6 persen) dan Maluku (81,3 persen); 10 daerah angka kerukunan rendah adalah DKI Jakarta (74,1 persen), Sulawesi Barat (74,0 persen), Kalimantan Barat (72,8 persen), Banten (72,6 persen), Jawa Barat (72,6 persen), Yogyakarta (72,5 persen), Pekanbaru (71,2 persen), Sumatera barat (69,2 persen), Lampung (65,9 persen) dan Aceh (62,8) 

Bandingkan dengan hasil monitoring Setara Insitute menunjukkan kondisi jamaninan kebebasan bergama/berkeyakinan di Indonesia tahun 2007-2014 terdapat 2.268 tindakan dengan 1.680 peristiwa dalam bentuk 316 gangguan tempat ibadah; 163 gereja, 110 mesjid aliran keagamaan minoritas, 20 aliran keagamaan, 14 vhihara, 5 pure, 3 klenteng, 1 sinagog dan ada pelanggaran 365 kebijakan diskriminatif dari tahun 1999-2014.

Sidang Jumat yang diberkahi Allah 
Dalam konteks ramadhan, umat Islam menyakini orang yang berpuasa tidak boleh mempunyai pikiran jahat. Orang berpuasa harus menjaga hati dari sifat dengki, hasud, benci tanpa alasan yang dibenarkan syari dan dendam; menatap mata dari pandangan yang dilarang oleh agama.

Menurut Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Guru Besar UIN SGD Bandung dalam buku Berjalan Menuju Langit; Rukun Islam Sebagai Tarekat menjelaskan puasa itu intinya akan melatih kita mengendalikan angan-angan dan khayalan. Pengendalian ini sangat sangat tidak mudah karena ia sering aktif tanpa disengaja. Tidaklah sembarangan puasa mampu memberikan dampat seperti itu. 

Dalam satu pengajian di Madura atas undangan Bupati untuk menyambut datangnya ramadhan. Pada permulaan ceramahnya Ahmad Tafsir berkata di tengah-tengah hadirin (ulama) yang bersorban dan bergamis putih. “Apa tidak salah anda mengundang saya untuk menyambut bulan puasa? Mukmin di Nusantara ini belajar kepada orang Madura dalam melaksanakan puasa, sebab mukmin Madura terbiasa “nyawal”, yaitu puasa enam hari pada awal bulan Syawal yang tidak menjadi kebiasaan mukmin di luar Madura.”

Pada penghujung tausiahnya Ahmad Tafsir berkata “Sudah begini saja, saya kehabisan bahan, bila benar Anda ingin meningkatkan diri melalui amalan Ramadhan tahun ini cobalah hormati orang yang tidak puasa.” Ternyata kalimat “sederhana” inilah yang menarik perhatian mereka yang berlanjut dengan diskusi kecil di ruang istirahat setelah selesai ceramah.

Bayangkan suatu ketika Anda duduk dalam sebuha kendaraan umum. Penumpang di dekat Anda tidak puasa. Ia makan makanan kecil, minum dan merokok. Apa perasaan Anda yang sedang puasa? Bila Anda merasa sedikit benci pada orang itu, Anda “normal.” Tetapi rasa benci Anda itu dapat menjadi penyebab batalnya puasa Anda hari itu. Karena itu hormatilah orang yang tidak puasa. 

Puasa Ramadhan dan puasa pada umumnya, adalah “pelengkap”,  “penyempurna” usaha-usaha pada maqom sebelumnya (syahadat, shalat, zakat). Tujuan besar yang hendak dicapai dengan melaksanakan puasa Ramadhan ialah agar kita benar-benar dapat mengandalikan diri. Ini sungguh penting dalam kehidupan ini. Banyak kejadian yang sangat merugikan kita gara-gara kita kurang mampu mengendalikan diri. 

Sebenarnya orang yang sungguh-sungguh mampu mengandalikan diri adalah mereka yang telah mencapai tingkat tinggi dalam penyucian diri. Agar puasa itu dapat memberikan dampak kemampuan pengendalian diri, puasa itu mesti ditunaikan dengan penuh kesabaran. (Prof. Dr. Ahmad Tafsir, 2012: 71-73).

Hadirnya teror di Baghdad, Irak yang menewaskan 250 orang; di Madinah, Qatif, dan Jeddah, Arab Saudi yang menyebabkan lima orang tewas dan dua terluka; di Hadara Maut Yaman, Makala, yang menewaskan 38 orang; di Ankara, Turki yang membunuh 41 orang; ledakan bom bunuh diri terjadi di Mapolresta Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Ini menjadi bukti nyata atas tumbuh suburnya perilaku balas dendam, kejahatan, konflik, kekerasan dan peperangan yang  bersumber pada kebencian. Semuanya tentu medonai keagungan bulan ramadhan.   

Memang segala tindakan terorisme tidak bisa dipisahkan dari berbagai penciptaan efek-efek ketakutan, panik, trauma pada musuh-musuh dan masyarakat secara umum untuk kepentingan politik pihak-pihak tertentu. 

Terorisme benar-benar menjadi gejolak global. Gerakan kelompok terhadulu sering memberikan inspirasi bagi pembentukan dan kegiatan kelompok yang menucl kemudiaan. Belakangan, cara teroris dilakukan para teroris dengan makin tekad dan canggih. Salah satunya yang paling dianggap paling efektif dan cerdas adalah bom bunuh diri. 

Hadirin sidang Jumat yang terhormat 
Bila kita menjalankan hidup penuh dengan cinta, kasih sayang, welas asih yang bersumber dari ajaran agama, niscaya tak ada lagi konflik, peperangan atas nama agama (kepercayaan) yang melukai hati nurani dan kemanusiaan ini.

Padahal, segala bentuk kebencian tidak akan pernah berkahir, jika dibalas dengan kebencian, kecuali bisa terputus mata rantai kekerasan itu dengan cinta kasih. Setiap ada konflik, peperangan atasnama agama itu selalu dibangun di atas kebencian dan kekerasan.

Sejak awal, kaum muslim dilarang membunuh orang yang tidak bertempur di medan perang, begitu pula anak-anak, wanita, biarawati dan rabi yang dijanjikan diberikan imunitas (jaminan, keselamatan) kecuali bila mereka ikut serta dalam peperangan.  

Rasulullah mengingatkan kepada umatnya tentang pentingnya menjaga diri saat shaum perlu kita renungkan secara bersama-sama. “Rasulullah Saw bersabda: “Allah Berfirman, ”Setiap amalan Bani Adam adalah baginya sendiri kecuali puasanya. Sesungguhnya puasa itu adalah untuk Ku dan Akulah yang akan membalasnya. 

Puasa itu adalah perisai. Apabila seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor pada hari itu dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki oleh orang lain dan diajak berkelahi, hendaklah ia berkata ‘aku sedang berpuasa’. Demi Allah, sesungguhnya nafas dari mulut orang yang sedang berpuasa itu di hari kiamat nanti lebih harum dari bau kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka, ia bergembira dengan berbukanya, dan ketika berjumpa dengan Allah kelak, ia bergembira dengan puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim); 

Barang siapa tidak mampu meninggalkan dengki (perkataan kotor) dan mengerjakannya, maka sesungguhnya Allah Swt. tidak memiliki kepentingan baginya untuk meninggalkan makanan dan minumannya” dan hadis yang diriwayatkan oleh Umar Ibn Khaththab r.a., “Banyak orang berpuasa, tetapi dari puasanya ia tidak mendapatkan sesuatu, kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Mari kita meneladani Rasulullah tentang pentingnya berprasangka baik, menebar cinta kasih, kebaikan. "Jaganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling menghindar, dan saling memutuskan silaturahmi. Jadilah kalian hamba Allah ta'ala yang saling bersaudara. Tidaklah halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari. (Muttafaq Alaihi); “Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa benci.” (HR. Thabrani); 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 216); ”Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang diantara kamu, memakan daging  saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada Allah Tuhan Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS.Al-Hujuraat :12). 

Khutban Kedua
Sidang Jumat yang terhormat 
Rasulullah memilih untuk tidak membenci orang yang membencinya, sementara kita selalu membenci orang lain tanpa sebab. #ItulahRasulullah.

Rasulullah membalas kebencian dengan cinta kasih, sementara kita tidak pernah mengasihi orang yang menebar kebencian kepada kita. #ItulahRasulullah.

Rasulullah sabar ketika dirinya dicaci maki dan difitnah, sementara kita tidak sabar ketika caci maki itu merendahkan diri kita. #ItulahRasulullah.

Rasulullah selalu berusaha untuk tidak marah ketika mendapatkan perlakuan menyakitkan dari orang-orang yang membencinya. #ItulahRasulullah.

Saking mulianya orang yang mempu menahan kemarahan, Allah swt menjanjikan kepadanya surge seluas tujuh lapis langit dan bumi. #ItulahRasulullah.

Orang beriman itu selalu membiasakan diri untuk berprasangka baik dan rendah hati, bukan berprasangka buruk. #InilahRisalahIslamSemesta.

Mulailah membiasakan diri untuk berprasangka baik dan rendah hati dari diri sendiri dan sejak ini karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa. #InilahRisalahIslamSemesta.

Hikmah puasa itu mampu mengendalikan diri dan hati dari sifat dengki, hasud, benci tanpa alasan apa pun, bukan malah menebar kebencian, permusuhan dan pertikaian atas nama agama. #InilahRisalahIslamSemesta.

Bergama dengan nyaman itu menjalankan hidup penuh dengan cinta, kasih sayang, welas asih, bukan menyulut api peperangan, konflik dan menebarkan teror kebencian.  #InilahRisalahIslamSemesta.

Segala bentuk kebencian tidak akan pernah berkahir, jika dibalas dengan kebencian, kecuali dengan cinta kasih #InilahRisalahIslamSemesta.

Hadirin sidang Jumat yang terhormat 
Mudah-mudahan dengan menumbuh benih-benih prasangka baik terhadap sesama manusia kita termasuk ke dalam golongan yang khusnul khatimah, seperti yang diingatkan oleh Imam Syafii, "Siapa yang menginginkan khusnul khatimah di penghujung umurnya, hendaknya ia berprasangka baik kepada manusia." 

Sebab bila kita terus melakukan perbuatan prasangka buru kita akan termasuk pada kelompok yang rugi. "Dan yangdemikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan dirimu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Fusshilat:41).

Caranya dimulai dari diri sendiri dan saat ini kita berusaha untuk menebar benih-benih kebajikan, cinta, kasih sayang, welas asih, bukan dengan kebencian, permushan. Semoga. 

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ


IBN GHIFARIE

×
Berita Terbaru Update