-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (10)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T00:26:00Z
Mengintip Kehidupan Remang-Remang di Kampus UIN SGD Bandung.
Oleh Ibn Ghifarie

Saat upuk Barat memerah dan sang Raja siang pun tak kelihatan lagi. Semua aktivitas di lingkungan kampus pula tak ada ramai lagi. Kecuali bagi mereka yang aktif di pelbagai KBM UIN SGD (BEMU, MPMU, DPMU, BEMJ dan UKM). Namun, keadaan lenggang dan sepi tersebut, tak sedikit yang memanfaatkanya dengan 'pekerjaan ganjil'.
Tengok saja ba'da Maghrib hingga larut malam lokasi sekitar Taman Keong (Demokrasi d/h), yang meliputi Watrel-LBH UIN, depan Poliklinik, samping Warnet-Panjat Dinding Mahapeka, bawah tiang bendera merah-putih hingga belakang tulisan papan UIN pintu gerbang masuk kampus dipadati lautan manusia (20/07), malam minggu apalagi. Suanana remang-remang dan hanya di terangi soroti lampu satu tepat di atas papan UIN SGD Bandung. Tentu mengisahkan sekelumit pelbagai cerita 'misteri', jijik, penasaran bagi 'pelancong rasa' sekaligus membuat ketagihan.

Di depan Bank BNI (kini LBH UIN) kita pasti menemukan sekelompok mahasiswa yang lagi nongkrong-nongkrong sambil di barengi satu gelas bajigur panas plus pisang dan ubi rebus. Entah apa yang ada dalam benak mereka dan sedang memikirkan apa. Yang jelas, sesekali terlihat ketawa-ketiwi, dan berterika dengan lantang. Mungkin mereka lagi memanggil temannya.
Di Taman apalagi. Kempulan manusia itu, terlihat hilir mudik. sesekali ruang-riung bak lingkaran dan membincangkan peristiwa kekinian. kala itu, mereka mencoba mengeja gempa dan tsunami jilid II. Tak henti-hentinya bencana alam datang silih berganti. Sejak Aceh diterjang gempa disusul tsunami, negeri ini tiada kunjung henti dilanda bencana. Banjir dan longsor berakhir, bencana kekeringan tiba. Setelah penanganan bencana gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah (Sabtu, 27/5) memasuki fase pembangunan kembali, kita pun dikejutkan dengan gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Gempa besar dan gelombang tsunami menghantam Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, serta sejumlah daerah di pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah, Senin (17/7). Ratusan orang tewas dan puluhan lainnya hilang dalam sekejap.
Alam kembali menunjukkan kuasanya. Alam juga memaksa bangsa ini untuk terus belajar menangani bencana. Kita tidak ingin menjadi keledai yang terperosok pada lubang yang sama. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang pernah dibuat saat menangani bencana sebelumnya. (Media Indonesia 18/07)
Di saat orang-orang berpangku tangan guna meringankan beban mereka. Nyatanya, masih ada sebagian masyarakat malah menggalang solidaritas 'Bom Jihad untuk Palestina dan Libanon'. Perbuatan nyelenah itu mendapat reaksi dari mereka yang lagi asik ngobrol di samping air mancur Taman yang tak ada airnya. Sebut saja, Bunda aktivis gender mengutarakan, 'Kenapa mesti ke Palestina, bukannya ladang jihad di Indonesia masih banyak. Apalagi pelbagai tragedi kemanusiaan sekaligus intelektual terus mendera bumi pertiwi ini bak gajah diujung sana kelihatan, tapi kotoran kecil di pelupuk mata tak terlihat, katanya.
Senada dengan Bunda, Yayang aktivis perempuan pun menambahkan, 'Mengapa mesti kesana. Di sini saja masih banyak ladang amal bagaikan seorang mahasiswa yang punya kamar, kotor, jiji dan kumuh. Ia melancong ke temennya di dapatkan di kamarnya kotor. Lantas tanpa dikomandoi ia membereskan tempat tidur tersebut, tegasnya.
Walhasil, obrolan pun berhenti tepat waktu menunjukan pukul 21.05 wib. Pasalnya mereka harus berada di Kosanya. Maklum masih memegang etika. Perempuan tak diperbolehkan keluyuran di malam hari.

Namun, segerombol orang-orang di belakang tulisan UIN, belakang jalan raya dan depan bendera serta depan poliklinik, masih banyak manusia yang lagi ngobrol dan tak terelakan pula mereka sedang asyik ngawangkong mesra dengan pasangnnya. Eantah apa yang mereka perbuat di lokasi agak gelap dan jauh dari lalu lalang orang. Tapi menurut pengakuan temanku, 'Dulu waktu Ia lagi enak-enak ngobrol dengan pacarnya. Eh..masa ditegur oleh satpam. Padahal urang teu ngalakukeun nanaon, Led. 'Tong ngawangkong didinya bisi kaabusan setan. Heg geeus peuting ieu teh,' sambil percis mengutarkan ucapan penjaga keamanan kampus.
Di lain sisi, dalam rangka menciptakan kampus Ilmiah dan religius pihak Rektoral melalui Purek III UIN SGD bandung mengeluarkan maklumat bertajuk "Tata Tertib Penggunaan Gedung Student Center (SC) dan sekitar lingkungan Kampus". Di point 12 tertulis "Tidak mengunakan gedung, ruang, sarana dan prasarana lainnya setelah pukul 21.00 wib. Pada waktu tersebut pihak keamanan akan menutup/mengungci pintu setiap ruangan. Apabila ada UKM yang hendak menggunakannya setelah pukul 21.00 wib, maka harus berkordinasi dengan pihak keamanan (28 Sertember 2005).

Ironis. Sunguh ironis. Peraturan tinggal peraturan. Kini, semuanya tumplek ruah dalam 'Taman Demokrasi'. Bahkan, mereka nyaris melakukan perbuatan amoral dan dianggap miring oleh sebagian masyrakat kampus. Nyatanya, semakin ketatnya peraturan yang dikenakan bagi mahasiswa, tentu semakin nekad kaum pelajar melakukan pemberontakan terhadap penguasa tersebut.

Dengan demikian, sederetan tingkah laku dan kumpul bareng di lokasi tersebut. Tak ayal lagi, mengisahkan pelbagai cerita agak miring, hingga para penjaga pun memberi peringatan bagi mereka yang mau mencoba menjajakan 'Silang Rasa'. Meskipun tak berbuat apa-apa. Sungguh perbuatan di sekitar gelapnya malam dan dan sepinya orang, tentu membuat tanda tanya besar orang lain. Bila tak ingin di citrakan melakukan acara senonoh, maka jangan pernah lakukan hal tak baik tersebut. Sebab kejujuran merupakan kata berharga yang tak bisa di beli dengan uang. [Ibn Ghifarie]


Cag Rampes, Pojok Taman 20/07;22.34 wib
×
Berita Terbaru Update