-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (14)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T01:10:48Z
Tsunami Jilid II Tewaskan Sekira 50 Orang.
Oleh Ibn Ghifarie

Belakangan ini, Indonesia sering dibuatnya menangis. Pasalnya, hampir 2 tahun masa kepemimpinan SBY-JK di bumi pertiwi yang dulu ramah dan bermanfat bagi rakyat. Sekarang, malah sering terjadi pelbagai tragedi kemanusian. Akibat tangan-tanagn jahil manusia, mulai dari gempa dan Tsunami Aceh dan sekitarnya (26/12), gempa di daerah Yogyakarta dan sekitarnya (27/05), sempuran lahar merapi, banjir bandang di Propinsi Sulawesi, Lampung dan Kalimantan, Lempuran lahar lapindo berantas dan kekeringan di Jawa sekitarnya.

Kali ini, gempa dan Tsunami Jilid II melanda Pangndaran dan sekitarnya telah merengut nyawa sekira 38 orang dan 29 jenazah teridentifikasi. Seperti yang dilansir Kompas (18/07) hasil laporan Mohammad Hilmi Faiq, Hingga pukul 23.55 WIB, Senin (17/7) korban tewas di Pangandaran mencapai 38 orang, dan yang sudah teridentifikasi 29 jenazah. Seluruh korban kini berada di Puskesmas Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Diperkirakan korban akan terus bertambah, karena beberapa wilayah yang terkena bencana belum diselusuri.

Kepanikan sempat melanda pengungsi di Masjid Agung Pangandaran, pukul 23.00, karena tersiar kabar air laut kembali pasang. Para pengungsi pun berlarian menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih tinggi. Namun, setelah beberapa saat berita itu tidak terbukti kebenarannya, masyarakat kembali tenang.

Sepanjang 10 kilometer jarak dari pantai oleh Kepolisian Sektor Pangandaran dinyatakan tertutup bagi masyarakat umum. Kendaraan dilarang masuk ke wilayah itu. Hanya kendaraan wartawan dan aparat keamanan yang diperbolehkan memasuki areal tersebut. Larangan ini untuk menjaga kemungkinan bila terjadi lagi gempa. Selain itu, di daerah itu diperkirakan masih terdapat korban yang belum dapat dievakuasi.

Saat ini, kebutuhan yang paling dirasakan adalah tenaga medis. Tenaga medis yang ada, tidak sebanding dengan banyaknya korban. Selain itu, ruangan PuskesmaS Pangandaran tidak dapat lagi menampung para korban, sehingga sebagian korban yang luka harus dirawat di halaman, atau di luar Puskemas.

Tragedi yang memilukan dan membuat kita iba atas penderitaan mereka. Korban bencana kemanusiaan itu, tak hanya melanda Pangndaran semata. Tapi sekira 300 KM laut selatan Jabar terkena badai tsunami ke-2. Pernyataan bisa kita lihat di Pikiran Rakyat (18/07) Gempa berkekuatan 6,8 pada skala Richter di kawasan Pantai Pangandaran, Kab. Ciamis yang terjadi pada Senin (17/7) sore, menyebabkan gelombang tsunami yang menerjang pantai selatan Jawa Barat seperti Cilauteureun, Kab. Garut, Cipatujah, Kab. Tasikmalaya, Pangandaran, Kab. Ciamis, pantai selatan Cianjur dan Sukabumi. Bahkan, gelombang tsunami juga menerjang Pantai Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, serta pantai selatan Kab. Bantul, Yogyakarta. Akibat musibah tersebut, hingga tadi malam tercatat lebih dari 74 orang tewas. Jumlah korban kemungkinan akan bertambah, karena masih banyak warga yang dilaporkan hilang.

lain Kompas, lain pula Pikiran Rakyat, meskipun kedua-duanya mencoba mengurai tragedi menelaah fakta dan data. Yang jelas kurang lebih 50 jiwa ditemukan tewas Tsunami terjangan pantai selatan Jabar tersebut. Sudah tentu, menimbulkan luka yang tak terobati bagi warga. Sebagian dari mereka, bahkan nyaris kehilangan harapan untuk mengarungi kehidupan. Pasalnya saudara kita itu, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudaranya. Kini mereka pun dituntut untuk mampu bertahan hidup di tengah situasi sulit, pelik dan akut ini akibat kekurangan makan, obat obatan, air bersih buat MCK (mandi cuci kakus), dan penginapan. lantas apa yang mesti kita perbuat?

Tak ada cara lain, selain membuat posko bencana guna meringankan beban penderitaan mereka. Tentunya, masyarakat atau civitas akademika UIN SGD Bandung harus tetap mewaspadai sejumlah aksi penggalangan dana tersebut. Sebab tak sedikit dari sebagian kelompok atau panitia tertentu yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Artinya, supaya dana hasil sumbangan dari masyarakat tak mampi dulu kesana-kenari. Namun, semoga diterima bagi mereka yang mempunyai haknya. Bukan, malah bermuara dimana? Entahlah... [Ibn Ghifarie]

cag rampes, pojok PusInfoKomp 18/07;06.24 wib
×
Berita Terbaru Update