-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T08:00:34Z
Dahulukan Persamaan di atas Perbedaan
published on 23 September 2006 | Berita Universitas --oleh Ibn Ghifarie

A.H Nasution--Dalam Rangka menepis konflik antar Mazdhab Pemikiran Islam, Forum Mahasiswa Pascasarjana (Forum Wacana) UIN SGD Bandung, bekerjasama dengan Malindo Institute dan Islamic Cultural Center menggelar acara Discussion On `To Build The Brotherhood Within The Islamic School` (22/06) di Ruang Sidang Senat UIN SDG Bandung, dengan menghadirkan Nara Sumber; Ayatullah M Ali Taskhiri (Direktur Lembaga Persaudaraan Antar Madzhab Islam; Membangun Persaudaraan antar Madzhab Pemikiran Islam di Dunia Muslim), Prof. Dr Juhaya S. Pradja ( Guru Besar Program PascaSarjana UIN SGD Bandung; Membongkar Religuisitas (Sunni-syiah) Dalam wacana Terorisme dan Hak Asasi Manusia), Dr. Happy Bone Zulkarnain, MS (Anggota Komisi 1 Bidang Pertahanan DPR-RI; Tantangan era Multicultural-Religius dan Globalisasi dalam Prespektif Petahanan Negara), Prof Dr Jalaluddin Rakhmat, M.Sc (Direktur A-Muthahari Bandung; Melacak Akar Kkerasan dalam Madzhab Pemikiran Islam) dengan dipandu oleh dan sebagai keynoot speesch Dr Afif Muhammad, MA (Direktur Pascasarjana UIN SGD Bandung)

Mencari akar perseteruan madzhab Sunni-Syiah di pelbagai negara Muslim, membuat Atyatullah angkat bicara, kemiskinan, keterbelakangan teknologi, kebodohan, ketidakadilan, kuatnya arus globalisasi, dan politisasi menjadi pemicu kemelut dalam tubuh umat Islam yang kian akut dan pelik itu.

“Kita mesti menghidupkan kembali persamaan dan perbedaan di antara madzhab tersebut, karena sekira 95% kesamaan dan hanya 5% perbedaan” ungkap Syaekh itu.

Bagi Happy, kita harus bisa meniru dan melakukan apa yang diperbuat oleh pemerintahan Iran guna melawan Amerika. Tentunya, dengan berkata tidak supaya tidak dimonopoli oleh bangsa lain. Pasalnya Islam tak akan saling mengenal kekuatannya sendiri, bila tidak saling mengisi kekurangannya. Jika itu dilakukan, maka akan terpenuhi dan membawa dunia islam kepuncak kejayaannya, sambil mengutip pernyataan Ahmadinejad.

Selain itu, kita juga mesti sering menggelar dialog persaudaraan muslim guna saling menghormati dan menghargai perbedaan diantara kita.

Jalal, ini semuanya berawal dari sipat dan sikap intoleransian di antara kita, mulai dari intoleransi antar iman; pengrusakan tempat ibadah Ahmadiyyah, kelompok iman dan sekuler; RUU APP dan Waria, sampai golongan sekuler dan iman; tak diperbolehkannnya muslim memakai jilbab di Prancis.

Menurutnya, menambahkan, perlakuan ganjil itu bersumber dari doktiner; sederetan dalih-dalih yang membenarkan ajarannya dan sosio-psikologis; sikap dan sipat ekslusif, rasisme dan politik, absolut, mengubah yang nisbi menjadi mutlak, kepatuhan pada pemimpin, menerima apa yang di sebut pemukanya, menciptakan zaman ideal dan menggapa masalah itu sederhana dan mudah.

Membicara langkah meminimaliris permasalahan itu, bagi orang nomer satu di Muthahari, mengurai; Pertama, meniknati keragaman agama atau aliran. Kedua, mengapresiasi persamanan dan perbedaan guna memuliakan akhlak. Ketiga, belajar agama lain dan berdialog. Keempat, mengakui kontribusi ajaran lain dan kehadirannya. Kelima, mengakui hak-hak lain sebagai manusia. (Boelldzh)

Cag Rampes,Pojok Gedung Rektorat,22/06;12.15 wib

×
Berita Terbaru Update