-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (4)

Wednesday, March 14, 2007 | March 14, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:55:58Z
Lagi, Kapal Garuda `Meledak`
oleh Ibn Ghifarie

Sekali lagi, musibah kapal terbang kembali terjadi. Kali ini, Pesawat jenis Boeing 737-400 milik Garuda terbakar dan meledak di Bandar Udara Adisucipto, Yogyakarta, Rabu (7/3) sekitar pukul 07.14 WIB. Badan pesawat terbelah memanjang dari bagian kabin pilot hingga ke ekor pesawat. Sementara salah satu sayap pesawat pecah dan terbelah dengan posisi turbo pesawat terlepas.

Pesawat dengan nomor penerbangan GA-200 ini lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, pukul 06.00 WIB. Menurut informasi sementara yang diperoleh Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kepada Metro TV dari 133 penumpang, 76 sudah berhasil dievakuasi.(Metro, 07/03)


Sekali lagi, musibah kapal terbang kembali terjadi. Kali ini, Pesawat jenis Boeing 737-400 milik Garuda terbakar dan meledak di Bandar Udara Adisucipto, Yogyakarta, Rabu (7/3) sekitar pukul 07.14 WIB. Badan pesawat terbelah memanjang dari bagian kabin pilot hingga ke ekor pesawat. Sementara salah satu sayap pesawat pecah dan terbelah dengan posisi turbo pesawat terlepas.

Pesawat dengan nomor penerbangan GA-200 ini lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, pukul 06.00 WIB. Menurut informasi sementara yang diperoleh Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kepada Metro TV dari 133 penumpang, 76 sudah berhasil dievakuasi.(Metro, 07/03)

Peristiwa naas itu terjadi saat Menteri Perhubungan, Hatta Rajasa melakukan intruksi kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk segera menyelesaikan penyelidikan terkait dengan kecelakaan pesawat Adam Air di Sulawesi (dari Jakarta tujuan Manado); Bandara Juanda dan terbakarnya KM Levina I di perairan Kepulauan Seribu. Tentunya tak tau dimana bala rimbanya.

Yang lebih mengerikan lagi, para penguasa malah sibuk mencari kambing hitam atas terjadinya insiden pesawaat taas tersebut. Hingga melakukan pemecatan terhadap anggota KNKT.

Ironis memang. Pemerintah hanya mampu saling menyalahkan satu sama lain. Inilah bentuk korban ke konyolan transportasi kita. Seolah-olah, bencana transportasi udara di negeri Indonesia seperti susul-menyusul. Perkabungan yang satu belum usai muncul perkabungan yang lain. Pelbagai malapetaka kadung menjadi teman akrab sekaligus siklus yang harus kita lalui pula.

Maraknya, kecelakaan transportasi baik udara, darat, maupun laut secara beruntun membuat masyarakat khawatir. Kondisi itu sebagai buntut tidak mampunya pemerintah menyediakan sarana transportasi yang aman bagi rakyat. Dipertanyakan, mengapa audit komprehensif angkutan belum diselesaikan. Haruskan menuntu mundur Hatta Rajasa?

Memang, tak adil rasanya bila kita menyerahkan segala urusan bencana transportasi sepenuhnya kepada Menhub semata. Terlebih lagi, bila tidak ada keterlibatan ektra serius dan hati-hati dari masyarakat saat menumpang kendaraan serta keterlibatan penuh dari pemangku kekuasaan. Hingga kejadiaan tak berkesudahan itu dapat diminilalisir dan tak begitu banyak menelan kobran yang tak berdosa. Uintuk itu, maka wajar bila masyarakat menginginkan pemimpin yang tanggap secara dini terhadap persoalan pelik tersebut.

Meski, selain perlu kepengurusan yang punya kecakapan mengatasi bencana transportasi, juga betapa mendesaknya konsep menegemen bencana untuk segera direalisasikan. Ini agar wong cilik dapat mendeteksi gejala-gejala bencana dan pertolongan pertama dalam kecelakaan supaya tak panik, hingga nyaris tak melakukan tindakan yang bersifat konyol.

Thus, rakyat sungguh menunggu pemimpin yang mampu melakukan dua tindakan berani dalam dua perkara itu. Siapakah sosok pemberani itu? Entahlah [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 08/03; 09.35 wib

×
Berita Terbaru Update