-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (3)

Friday, June 15, 2007 | June 15, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T20:26:56Z
Indonesia; Negeri Ironi
Oleh Ibn Ghifarie

Lakaknya di negeri ironi. Negara yang punya segalanya, tetapi kekurangan banyak hal. Kita punya laut amat luas, tapi isi laut yang melimpah tidak membuat nelayan kita kaya. Pengais jala tetap dalam wajahnya yang lama; miskin dan tak berdaya.

Hamparan hutan luas tak membuat binatang ternak beranak pinak. Malah mati kelaparan akibat huntanya gundul. Tentunya, banjir tak terelakan lagi.

Belum lagi, kita memang mempunya banyak kawah gunungg merapi, tetapi karena ulah lalim manusia. Penyangga bumi itu beralih fungsi menjadi malapetaka. Letusan lahar dingin daln lapa panas tak bisa dihindari lagi.

Bumi pertiwi ini juga punya banyak kandungan minyak tanah. Tetapi, benda ini juga bisa kapan saja menghilang dari pasar. Dan kalaupun ada, harganya bisa selangit. Rakyat kecil sering nanar dan kehabisan daya mencari energi ini.

Sebutan Negeri agraris pula tak bisa menyediakan beras untuk rakyatnya. Hingga harus di impor beras dari beberapa negara yang dulu belajar pertanian dari kita, seperti Thailand dan Vietnam.

Padahal Nenek moyang kita mewariskan tradisi mulia tersebut. Lantas kenapa harus meminta belas kasihan dari bangsa lain?

Tak hanya berhenti disini saja, bumi pertiwi ini juga punya banyak kandungan minyak tanah. Tetapi, benda ini juga bisa kapan saja menghilang dari pasar.

Kalaupun ada, harganya meroket tajam hingga selangit. Tentunya, rakyat kecil sering nanar dan kehabisan daya mencari energi ini.

Asal tahu saja, pada 2006 produksi CPO Indonesia mencapai 16 juta ton. Malaysia yang bertahun-tahun dikenal sebagai raja CPO, hanya 15 juta ton. Dengan potensi lahan kita yang amat luas, masih terbuka lebar produksi CPO Indonesia melaju terus. (Editorial, 11/06)

Beberapa hari, atau minggu lagi entah apa lagi yang akan sirna dari lintasan zamrud katulistiwa ini.

Bila dulu kita mengenal nyanyian `Tongkat dan tanam jadi impian`. Kini, rasanya tak ada lagi segala keindahan panorama Nusantara ini. Terlebih lagi saat penguasan dan masyarakatnya tal lagi memintingkan kelestarian alam sekitar.

Jika perilaku itu yang terus tertanam pada anak cucu kita, niscaya kehancuran negara bernama Indonesia ini sudah di ambang pintu. Lalu apa yang harus kita perbuat sebagai generasi penerus bangsa?

Belajarlah dengan sungguh-sungguh bagi pencari ilmu dan rawatlah alam raya ini layaknya memelihara diri sendiri.

Dengan demikian, sebutan negeri ironi tak akan melekat lagi di bangsa Indonesai ini. Semoga. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 11/06;06. 37 wib
×
Berita Terbaru Update