-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Suhuf (5)

Monday, June 18, 2007 | June 18, 2007 WIB Last Updated 2008-01-30T21:00:51Z
Nanat; Ungguli Pemilihan Rektor UIN SGD BDG Periode 2007-2011
Oleh Ibn Ghifarie

`Hadirkanlah peti mati buat senator, bila kebijakan senator tidak berpihak pada mahasiswa,` ungkap salah satu orator saat pemilihan Rektor UIN SGD Bandung periode 2007-2011, jum’at (15/06) di depan Al-Jamiah.

Puluhan aksi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (AMPK); Forum Mahasiswa Merdeka, Partai Kampus Merdeka, PMII (Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia) UIN SGD Bandung, Keluarga Mahasiswa Angkatan 2006-2007. Mereka menuntut kepada senator dan calon pemimpin kampus UIN SGD Bandung untuk; (1) Benahi supra dan infra struktur UIN yang carut marut. (2) Hapuskan dana praktikum. (3) Lengkapi isi perpustakaan UIN. (4) Benahi fasilitas kampus. (5) Selesaikan kasus di Fakultas Psikologi. (6) Tinjau kembali Dosen dan Asdos UIN.

(7) Libatkan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan-kebijakan. (8) Fasilitasi gedung pementasan. (9) Benahi tempat parkir. (10) Transparansi dan fungsikan dana Ikomah dan yayasan. (11) Hantam skandal nilai, skripsi dan munaqosah yang merugikan mahasiswa. (12) Berikan kebebasan kreativitas intelektual mahasiswa. (13) Berikan beasiswa kepada mahasiswa yang tepat. (14) Berikan kebebasan Pers mahasiswa, tegasnya.

Pernyataan sikap itu terus di sampaikan sebelum penandatangan MoU (Nota Kesepakatan Kerjasama-red) antara calon Rektor dan pendemo tercapai. Sesekali terdengar yel-yel dan teriakan sumpah atas nama mahasiswa.

Di dekat tempat parkir sekelompok mahasiswa yang mengatas namkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN SGD Bandung pun melakukan hal yang sama. Mereka mengajukan kriteria bakal calon dan calon Rektor sebagai berikut; (1) Tidak terindikasi telah, sedang dan atau akan melakukan korupsi. (2) Tidak terlibat skandal gelar. (3) Siap menghapus praktek KKN di Kampus. (4) Siap menghapus paham Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme-red). (5) Siapa melibatkan mahasiswa dalam mengambil kebijakan yang berdampak terhadap mahasiswa. (6) Bersedia melakukan transparansi terhadap setiap pemungutan yang telah dilakukan kepada mahasiswa seperti poliklinik, Ikomah, praktikum dengan sejelas-jelasnya. (7) Siap melakukan kontrak politik dengan mahasiswa, paparnya.

`Setiap pemimpin pasti diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinaya itu. Demi terciptanya stabilitas kampus besar harapan kami seluruh anggota senat dapat memperhatikannya,`jelasnya.

Meski ada dua golongan, aksi turun kejalan pula tetap mendapatkan perhatian lebih dari sejumlah civitas akademik UIN SGD Bandung. Hingga taman Rektorat itu di penuhi lautan manusia. Mulai dari depan Wartel, Papan Panjat Tebing Mahapeka (Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam) anak-anak Pecinta Alam, samping Warnet (distrik Viking UIN), sampai pos Satpam masih penggila bobohoh Persib, karena sedang bertanding.

Salah satu mahasiswa angkat bicara, Ahmad mahasiswa Tarbiyyah dan Keguruan berkata `Ngapain pake demo-demo segala. Toh tetap saja kita tidak akan dilibatkan dalam pemilihan tersebut`.

`Coba mau apalagi. Mendingan kuliah dan belajar yang benar supaya hasil belajarnya baik dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya`, tegasnya.

Menanggapi tuntutan mahasiswa itu, salah satu sumber yang dapat kami percaya menjelaskan, pemilihan Rektor tetap di laksanakan hari ini dan aksi mahasiswa tidak menghalangi pemilihan orang nomer satu di UIN SGD Bandung.

Dalam bursa pemilihan Rektor yang dipilih oleh senator (39 orang yang memiliki hak suara) itu terdapat tiga calon; Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.S. (Rektor saat ini), Prof. Dr. Rahmat Syafi'ie (Pembantu Rektor I) dan Dr. Oyo Sunaryo, M.Ag. (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum).

Dari ketiga calon itu, Nanat masih menduduki kursi Rektor dengan mengantongi suara 28 orang. Rahmat, 11 orang dan Oyo tak mendapatkan suara sama sekali.

Setelah sekian lama mahasiswa berteriak sambil terus membacakan tuntutan, berorasi dan menyuarakan yel-yel; bangkit, lawan hancurkan tirani dan revolusi. Akhirnya pihak Rektorat bersedia mengabulkan permintaan mahasiswa untuk melakukan audiensi di pelataran Rektorat.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat mahasiswa. Penuntutan mahasiswa akan kita bicarakan hari senin depan (18/06-red) di Ruang Sidang Rektorat, kata Nanat. Soalnya tidak akan mungkin terjadi pembicaraan tentang perbaikan kampus bila kondisi kita sudah lelah dan cape, tuturnya. Selain itu, calon lain tidak hadir disini (Rahmat Syafie dan Oyo-red). Maka penandatanganan MoU pun kita tunda di pertemuan selanjutnya, tambahnya.

Senada dengan Rektor. Pembantu III, Prof. I Nurul Aen menambahkan untuk penandatangan MoU kita laksanakan hari senin saja di Ruang Sidang Rektorat atau Auditorium UIN. Ya, sama halnya dengan pertemuan kemarin (silaturahmi HMJ dan UKM atas pemilihan Rektor yang tidak melibatkan mahasiswa-red), katanya.

Kendati pendemo menginginkan adanya penandatangan MuO sekarang. Nyatanya harus di tunda di lain waktu. `Ah pokoknya MoU ini harus tetap di tandatangani oleh pemimpin masa depan, ungkap salah satu pengunjuk rasa. [Ibn Ghifarie PusInfokomp]

Cag Rampes, Pojok Al-Jamiah, 15/06;18.26 wib
×
Berita Terbaru Update