-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (1)

Saturday, January 12, 2008 | January 12, 2008 WIB Last Updated 2008-01-30T20:40:07Z
Benarkah Tahun Baru Hijrian; 1 Muharam?
Oleh Ibn Ghifarie

Setiap memasuki tanggal 1 Muharam umat Islam di belahan dunia manapun selalu menyambut perayaan Tahun Baru Hijrian itu dengan pelbagai kegiatanlakukan. Tak terkecuali di Indonesia. Benarkah 1 Muharam merupakan awal tahun baru?

Di mata Kang Jalal—sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat sangat salah besar dan keliru sekali. Lihatlah hasil wawancaranya, seperti yang dilansir oleh Pikiram Rakyat (24/03/04);

Sejarah Islam seperti hijrah Nabi Muhammad harus segera diluruskan.
Terjadi salah kaprah dan anggapan salah mengenai sejarah hijrah ini.
Kalau Anda mengira peringatan 1 Muharam sebagai awal Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah, maka keyakinan itu salah besar.

’Nabi Muhammad yang ditemani sahabat Abu Bakar hijrah ke Madinah pada 12 Rabiul Awal bukan pada 1 Muharam sebagai tanda dimulainya tahun hijriah,’ katanya.

Apabila umat Islam meluangkan waktu dua menit saja untuk membaca buku, maka Nabi Muhammad melakukan hijrah pada 12 Rabiul Awal bukan pada 1 Muharam. ‘Jadi, keliru besar peringatan 1 Muharam sebagai awal hijrahnya Nabi Muhammad,’ tegasnya.

ironisnya lagi, masih menurut Kang Jalal, peringatan tahun baru Islam tiap 1 Muharam juga baru dimulai sejak 25 tahun lalu atau sekira tahun 1970-an yang berasal dari ide pertemuan cendekiawan Islam di AS. ‘Waktu itu terjadi fenomena maraknya dakwah, masjid-masjid dipenuhi jemaah, dan munculnya jilbab hingga kemudian dikatakan sebagai kebangkitan Islam, Islamic Revival. Hal ini diperkuat dengan liputan majalah Times yang dalam sampul depannya memuat tulisan Islamic Revival,’ katanya.

Upaya menggelorakan kebangkitan Islam itulah, akhirnya disepakati perlunya peringatan tahun baru Islam hingga menyebar ke seluruh Muslimin termasuk di Indonesia. ‘Tidak ada landasan hokum baik Alquran maupun hadis soal peringatan tahun baru Islam. Saya menganggap bid'ah, tapi tak berani menyebut bid'ah dhalalah,’ ujarnya

Menanggapi kekeliruan itu, Dhani aktivis pergerakan mahasiswa mengamini pernyataan Kang Jalal ‘Ya iyalah. Masa kita memperingati peristiwa hijriah Rasul di bulan Muharam? Bukankah kejadian itu pada tanggal 12 Rabiul Awal, cetusnya.

‘Coba kaji ulang sekaligus telaah kisah Rasul tersebut. Jika mengkajinanya dengan baik, niscaya tak akan serampangan dalam menentukan awal tahun tersebut,’ jelasnya.

Selain itu, kentalnya pengaruh tradisi sebelum islam datang ke Arab pun ikut melanggengkan budaya tersebut, ungkap salah satu mahasiswa yang tak mau disebutkan namanya.

‘Ini terlihat dari penamaan kelahiran Mumamad, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Berarti jelas penamaan bulan sudah dikenal sebelumnya di Jajirah Arab, kita tinggal melanjutkan kebiasaan itu, Tapi soal penyebutan tahun belum,’ menutup pembicaraannya.

Lain lagi dengan Asep (22) menuturkan ‘Bagi saya tidak peduli dengan adanya percekcokan petanggalan tahun baru itu, yang penting spiritnya untuk tetap berhijrah dari perlakuan buruk ke baik misalnya’.

Artinya berusaha meningkatkan keimanan kita dalam mengarungi kehidupan ini. Bukan malah rebut merakakanya dengan perbuatak hura-hura, tambahnya.

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 11/01/08;19.23 wib
×
Berita Terbaru Update