-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (5)

Wednesday, August 13, 2008 | August 13, 2008 WIB Last Updated 2009-02-25T02:55:19Z
Dari Sancang Bagi Pilwalkot
Oleh IBN GHIFARIE

Pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2008 telah diambang pintu--yang jatuh pada tanggal 10 Agustus 2008. Tampilnya, tiga pasang calon (Dada Rosada-Ayi Vivananda, Taufikurahman-Trisnahadi dan Hudaya Prawira-Nahadi) dari dua partai politik dan satu dari independent dalam bursa pesta demokrasi petanda pemilihan tinggal menghitung hari.

Sejatinya, momentum Pilwalkot harus menjadi modal dasar evaluasi sekaligus mesti dijadikan barometer sebagai ajang refleksi seberapa jauh kualitas kebebasan beragama kita dalam bingkai Kota Agamis semenjak selogan ini dengungkan.


Sekedar catatan, pasca ditabuhnya genderang Kota Agamis 'wajah buram' Varis Van Java yang terkenal ramah dan toleran mulai terkikis. Budaya saling menghargai perbedaan keyakinan dan pendapat baik Kotamadya maupun Kabupaten antariman pun tak kunjung ada. Malah kebiasaan saling kafir-mengkafirkan, tuding-menuding kian semarak.

Tengok saja, pada saat Pemberangusan aliran Al-Haq (Quran Suci) yang tak berujung pangkalnya;Penghancuran tempat-tempat maksiat yang menyengsarakan warganya: Penutupan lokalisasi Saritem yang tak telas dalihnya; Penjegalan tampilnya Dewi Persik yang tak ada sejarahnya; Ribut alih fungsi rumah ibadah dan jemaatnya yang gegabah terjadi di Gereja Huria Kristen Batak protestan (HKBP) di jalan Riau; Pengucilan hak warga sivil untuk komunitas Penghayat Aliran Perjalanan, Sunda Wiwitan yang tak pernah padam. Lihat hasil laporan Jaringan Kerja (Jaker) Pemantau Advokasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan tentang Kekerasan Agama sejak 2000-2008 di Jawa Barat.

Deklarasi Sancang
Menilik ketidakharmonisan antariman itu, maka dipenghujung 2007 seluruh pemimpin enam agama (Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu dan Khonghucu) dan tujuh belas pemuka aliran keagamaan berembuk sekaligus mendeklarasikan Sancang.

Mereka penandatanganan Deklarasi Sancang itu, diantaranya; KH Imam Sonhaji-Rois NU; KH Asep Syarief Hidayat-Katib NU; KH Maftuh Kholil-Ketua NU; H Ahmad Suherman-Ketua FKUB Bandung; Romo Dedi Pradipto-Katolik; Pendeta Albetrus Patty-Protestan GKI; Pendeta Supriatno-Protestan GKP; Pendeta Jopie Ratu-Protestan Bandung Prayer; Pendeta Lindawati Niman-Protestan Bandung Prayer; Padita Madya Handojo Ojong-Budha Walubi; Jiaoshen Sukotjo S Bambang-Khonghucu; Tjong Kioen Long DCS-Budha; Pendeta Bambang Pratomo-Protestan; Made Dwiana-Hindu; Yoenoes-Katolik; Yoseph Sunaryo-Protestan; dan Agus Tejamulya-Protestan.

Pernyataan sikap Sancang ini terangkum dalam butir-butir; Pertama, Kami umat beragama Kota Bandung adalah bagian dari Bangsa Indonesia yang senantiasa menjungjung tinggi kesatuan dan persatuan. Kedua, Kami umat beragama Kota Bandung menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ketiga, Kami umat beragama Kota Bandung selalu berjuang untuk tegaknya hokum dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kerukunan hidup demi mencapai kebahagiaan bersama. Keempat, Kami umat beragama Kota Bandung selalu mengembangkan sikap teleransi, tenggang rasa dan saling menghormati. Kemila, Kami umat beragama Kota Bandung selalu berkerjasama untuk berperan dalam mengatasi masalah-masalah social dan lingkungan.

Membumikan
Agama boleh berbeda-beda. Namun, pada dasarnya semua agama mengajarkan kebajikan, perdamaian dan persatuan. Tak ada satu doktrin setiap agama yang selalu menyerukan untuk berbuat jahat; saling hujat-menghujat, cami-memaki.

Anehnya, pada saat bermasyarakat perseteruan tiap agama [antar, intra] kerap terjadi. Seolah-olah tak bisa dihindari sekaligus menjadi rutinitas yang harus kita lewati. Mengerikan.

Apa yang salah dengan ajaran agama itu? Benarkah setiap pemuka agama tak pernah memerintahkan kepada jemaatnya untuk berbuat baik?

Padahal, Islam sangat murka terhadap mereka yang selalu bermusuhan. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, mengasihi kaum kerabat dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, permusuhan, Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pengajaran (QS 16:90)

Lebih jelasnya, Nabi Muhammad bersabda Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah mereka yang sangat banyak memusuhi orang (HR Muslim)

Dalam kontek Kristiani pun sangat menjungjung tingi perdmain dan kasih saying. Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tiada seorangpun dapat melihat Tuhan (Ibrani, 12:4) dan Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra, dan saling mengampuni sebagaimana Allah dalam Kristus mengampunimu (Efesus, 4:32)

Pun bagai ajaran Hindu yang mesti berfikir mulia. Majau teruslah engkau, jangan berselisih (bertikai) antarakamu; milikilah pikiran-pikiran yang luhur dan pusatkan pikiranmu pada kerja; ucapkanlah kata-kata manis diantara kamu; Aku jadikan engkau semuanya bersatu dan Aku anugrahi kalian pikiran-pikiran mulia (Weda-Atharwa III,30:5)

Sang Budha mengajarkan cinta kasih sebagai hukum yang kekal. Di dunia ini kebencian belum berakhir jika dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih, ini adalah hokum yang kekal abadi. (Dhammapada, Yamaka Yagga Bab 1:6)

Kaisar Lotze Khonghucu menitik beratkan kepada sikap saling hormat dan bersusila. Mati hidup adalah firman, kaya mulia adalah pada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang Junzi selalu bersikap sungguh-sungguh, maka tidak khilaf. Kepada orang lain bersikap hormat dan selalu susil. Di empat penjuru lautan, semuanya saudara. Mengapakah seorang Junzi merana karena tidak punya saudara. (Shin dalam Lun Yi Jilid XII, Ayat 5, Sub 2)

Menyongsong Program Bandung Agamis 2008 merupakan implementasi dari visi kota Bandung 'Terwujudnya Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan bersahabat).

Nah, dari kata taat ini di ejawatahkan dalam jargon agamis. Menurut Dada Rosada, “Agamis itu bukan Islami. Dalam Bandung Kota Agamis semua agama diakui eksistensinya.”

Hal ini, sesuai dengan kondisi penduduk kota Bandung yang dikenal sangat religius. Jumlah penduduknya berkisar 2.197.734 jiwa, 88,8 persen beragama Islam; satu persen katolik; 8,8 persen protestan; 0,5 persen Hindu dan 0,9 persen Budha (BPS 2004).

Satu kota dikatankan beradab. Bila menjungjungi tinggi persamaan dalam agama--damai, selamat dan persatuan, bukan memperuncing dengan perbedaan. Pasalnya, perbedaan adalah rahmat--dalam islam. Cak Nur (1998) sangat mengecam mereka yang senantiasa menyebar luaskan benih-benih kebencian [perbedaan] dan bukan mengutamakan persamaan. Menurutnya, ada banyak kesamaan antara Al-Quran dan Injil. Titik temu antarakedua agama besar itu tentu sangat luas, karena keduanya berasal dari sumber yang sama. Celakanya, banyak pihak yang banyak menonjolkan perbedaan dan memisahkan kedua agama tersebut.

Hal senada juga dilontarkan Kaled Abou Elfadl (2005), tak ada yang terlahir dari kebencian dan amarah yang menyala-nyala. Seringkali apa yang tampak sebuah kebencian tak lain dari ketakutan yang sedikit ditutupi. Salah satu pilihan yang diterima secara etis adalah upaya mencari pemahaman yang sama satu sama lain. Inilah indahnya perdamain.

Dengan demikian, semua penganut agama apapun akan mendapatkan keselamatan, sejauh beriman pada Tuhan, adanya sekaligus mengakui hari akhir dan berusaha untuk berbuat baik.

Lepas dari persoalan siapa yang akan tampil menjadi pemimpin Kota Bandung di masa mendatang yang jelas sikap keterbukaan, toleransi dan menghargai keragaman menjadi modal utama dalam membangun Kota Bandung Agamis. Apalagi saat menyambut datangnya Pilwalkot. Selamat Pilkada. Semoga.

IBN GHIFARIE, Pegiat Studi Agama-agama dan Pemerhati Kebebasan Beragama
×
Berita Terbaru Update