-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kitab (15)

Tuesday, November 20, 2012 | November 20, 2012 WIB Last Updated 2012-11-20T09:41:51Z
Menjadi Manusia Sejati
Oleh IBN GHIFARIE
Artikel ini pernah dimuat pada Opini Pikiran Rakyat edisi 5 Mei 2012

Bila sesama manusia saling menghormati, menghargai, mencintai, menyayangi dan setiap menyelesaikan segala persoalan dengan musyawarah mufakat, arif, bijaksana bukan membudayakan tindakan kekerasan, main hakim sendiri, niscaya tidak ada pengrusakan tempat ibadah (mesjid, gereja, vihara, kelenteng, pure), rumah pemuka agama dan fasilitas publik.

Pesan ini yang diangkat oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) saat menyambut peringatan Tri Suci Waisak 2556 BE/2012 di Candi Mendut dan Candi Agung Borobudur bertajuk "Meningkatkan Metta dan Karuna (Cinta Kasih dan Welas Asih)" dengan Sub tema "Pencerahan Menuju Manusia Arif dan Bijaksana" (www.walubi.or.id)


Sejatinya kehadiran kehadiran Waisak (2556 BE) yang jatuh pada tanggal 6 Mei 2012 (Pukul 10.34.49 WIB) ini tidak hanya merayakan Tri Suci Waisak Puja (kelahiran, pencapaian penerangan sempurna, dan parinirwana; meninggal dunia), tetapi harus menjadikan manusia tercerahkan yang saling mencintai, bersih hati, pikiran, menebar sikap welas asih, arif dan bijaksana yang telah dicontohkan oleh sosok Sang Agung Buddha.

Manusia Sejati
Umat Buddhis menyakini manusia terikat dari lima kelompok skanda (Panca Skanda); Pertama, Rupa (bentuk jasamani) yang terdiri atas empat unsur; padat, cair, panas bergerak. Kedua, Vedana (perasaan) yang muncul karena kesan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan dan pemikiran (mata batin). Ketiga, Sanna (pencerapan, pengindraan) semua pencerapan dalam bentuk yang dilihat, didengar, dicium, dikecap, disentuh, dan yang dipikirkan (mata batin). Keempat, Sankhara (bentuk pikiran) seluruhnya ada 50 jenis, meliputi semua yang dihasilkan dari indra dan menjadi bentuk pikiran yang penting adalah cetana (kemauan) akar dari semua karma. Kelima, Vinnana (kesadaran) seluruhnya ada 89 jenis, meliputi semua kesadaran yang terjadi karena mata, telinga, hidung, lidah, badan dan batin.

Setiap manusia mempunyai potensi kebajikan (Brahmavihara; sifat ketuhanan, cinta kasih, welas asih, simpati, keseimbangan) dan potensi kekotoran batin (asava). Tujuan hidup manusia adalah pembebasan ikatan skanda untuk bersatu dengan Kesadaran Agung Nirvana dan bebas dari pengaruh nafsu (asava, kekotoran batin) dengan cara menembus keempat Kesunyataan Mulia menjalankan Hasta Arya Marga; Panna (kebijaksanaan berpikir), Sila (tata susila bermasyarakat), Samadhi (membebaskan ikatan objek dunia, mengembangkan kesadaran menembus Kesadaran Agung Nirvava)

Dalam kontek Indonesia untuk menciptakan manusia yang sehat fisik, mental, spiritual sebagai landasan mambangun bangsa yang adil dan beradab, harus diawali dari menumbuhkembangkan nilai-nilai hakiki yang ada dalam diri manusia, yakni cinta kasih dan kasih sayang. Pasalnya, cinta kasih merupakan pondasi dasar yang dapat membawa kebahagiaan dan mengikat tali persaudaraan sesama umat manusia tanpa melihat perbedaan apa pun.

Untuk bidang pengabdian masyarakat dibutuhkan saling pengertian, musyawarah dan saling menolong dalam memecahkan berbagai masalah. Memberikan kebahagiaan pada orang lain dengan mengetahui apa yang dibutuhkan merupakan seni dalam berinteraksi dengan orang lain. Kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai apabila pikiran kita selalu menuju ke arah damai dan sejahtera atas dasar cinta kasih dan kasih sayang. Hanya perasaan egois, kekerasan, keserakahan, akan membatasi keterbukaan untuk melihat derita orang lain. Usaha bersam antarumat manusia sangat penting dikembangkan untuk memperbaiki masyarakat yang berat sebelah dalam perkembangan moralitasnya, seperti tumbuh suburnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. (Dr. Parwati Soepangat, MA, 2002:34-35, 184-185 dan 193)

Sabda Metta, Karuna
Menginat pentingnya cinta kasih (metta) dan kasih sayang, welas asih (karuna), Sang Buddha berkali-kali mengingatkan kepada kita semua melalui sabdanya, “Bagi orang yang penuh perhatian murni, selalu ada kebaikan. Bagi orang yang penuh perhatian murni, kebahagiaannya bertambah. Bagi orang yang penuh perhatian murni, segala sesuatunya menjadi lebih baik, meskipun ia belum bebas dari para musuh. Tetapi ia yang siang dan malam bergembira di dalam kebaikan, membagi Cinta Kasih kepada semua makhuk hidup, orang demikian tidak mempunyai permusuhan dengan siapapun.” (Samyutta Nikaya I, 208)

Mari kita jadikan momentum waisak 2556 ini sebagai wahana untuk memahami, menerapkan, dan menghayati  kebenaran Dhamma ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.Sungguh dengan sikap kasih sayang kita tidak bisa memaksakan kehendak pribadi  kepada yang lain. Apalagi merusak, menidakan nyawa orang rain. Pasalnya, kasih sayang menuntun kita untuk selalu menggunakan ketekunan, ketulusan hati, kerendahan diri dalam mengajak orang lain supaya berbuat arif, bijaksana dengan cara yang baik.

Kiranya, kita perlu meneladani apa yang dialakukan oleh Y.M. Dalai Lama ke-14 dalam mengabdikan seluruh hidupnya untuk senantiasa membahagiakan orang lain, dengan cara menebar kasih sayang sebagai renungan bersama-sama, seperti yang diutarakan oleh Tenzin Gyatso “Saya selalu berusaha untuk memperlakukan siapa saja yang saya jumpai sebagai seorang sahabat lama. Hal ini memberi saya suatu kebahagiaan yang sejati. Ini adalah cara untuk mempraktekkan Kasih Sayang.”

Inilah makna terdalam dari Waisak 2556 BE dalam menciptakan manusia sejati yang saling mencintai, bersih hati, pikiran, menebar sikap welas asih, arif dan bijaksana mengingat sikap dan tindakan yang terpuji ini mulai memudar, bahkan ditinggalkan di bumi pertiwi ini. Semoga seluruh makhluk hidup berbahagian. Selamat Waisak 2556 BE. Sabbe satta bhavantu sukhitata. Sadha, sadha, sadha.

IBN GHIFARIE, Mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung program Religious Studies.
×
Berita Terbaru Update