-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mushaf (10)

Monday, February 03, 2014 | February 03, 2014 WIB Last Updated 2014-02-03T13:29:20Z
Menjadi Pemimpinan Sejati
Oleh IBN GHIFARIE
Artikel ini pernah dimuat pada Opini Pikiran Rakyat edisi 30 Januari 2014

Momentum Pemilihan Umum Legislatif (9 April 2014), Pemilihan Presiden/Wakil Presiden (9 Juli 2014) dan menjadi tuan rumah Konferensi Perdamaian Dunia di Bali (Juli 2014) untuk menyusun, menciptakan bahasa, etika, deklarasi hari raya umat manusia sedunia di tahun 2014 ini, harus menjadi titik awal sebagai media yang baik untuk mencari pemimpin ideal yang tegas, jujur, adil, toleran sekaligus ikut andil dalam memberikan keteladanan bagi masyarakat dan mengkampayekan arti pentingnya perdamaian dunia ini.

Mengingat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian, toleransi, kerukunan dan gotong royong. Sejatinya kehadiran Tahun Baru Imlek (1 Imlek 2565) dengan sio kuda kayu yang jatuh pada tanggal 31 Januari 2014 ini mesti menjadi momentum awal untuk meneladani kepemimpinan Kongzi dalam mencipatakan kerukunan, keharmonisan dan perdamaian yang tak kunjung datang di bumi persada ini.

Kepemimpinan Tao

Umat Khonghucu menyakini untuk menjadi seorang pemimpin, penguasa yang bijaksana, adil perlu mempelajari Tao (Dao). Pada masa pra-Confucian, kata Dao merupakan simbol dari cita-cita manusia. Dalam Shujing (Kitab Klasik Sejarah Cina) disebutkan bahwa "Tian" ("Langit" dalam arti leluhur, kekuatan supranatural yang menguasai manusia) tidak dapat dipercaya. Dao adalah semata-mata usaha mencari perluasan kebajikan Raja Agung. Pernyataan ini menunjukkan sikap percaya kepada pemimpin yang bijak. Dengan demikian, Dao diartikan sebagai jalan menuju ke kebajikan dari pemimpin yang baik (Raja Agung).

Dalam arti "Jalan" Dao adalah pada hakikatnya berarti cara (metode) dari yang terjadi (terciptanya) sesuatu. Dao juga merujuk pada cara melakukan sesuatu bagi manusia agar mencapai kebajikan. Oleh karena itu Dao mempunyai arti cara bertindak, perilaku dalam kehidupan manusia, yang sesuai dengan aturan-aturan tingkah laku.

Pada masa Confusius hidup, negaranya sedang mengalami kekacauan. Terjadinya berbagai penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemerintah, disintegrasi negara, pemberontakan, dan dari begitu banyak kejahatan, serta banyak orang hidup tanpa aturan yang jelas. Kondisi sosial Tiongkok pada masa itu menampilkan ketidakaturan, degradasi moral, dan anarki intelektual. Menanggapi kondisi zamannya, pemikiran Confusius terfokus pada bagaimana memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi negaranya. Perbaikan dan reformasi kondisi masyarakat menjadi pokok perhatian utama pada ajaran-ajaran Confusius.

Salah satu pemikiran Confusius yang amat penting berkaitan dengan perbaikan masyarakatnya adalah konsep pembetulan nama-nama (rectification the names). Bagi Confusius pembetulan nama ini merupakan usaha yang harus dilakukan dalam memperbaiki masyarakat.

Kondisi sosial Tiongkok pada masa itu menampilkan ketidakteraturan, degradasi moral, dan anarki intelektual. Pada suatu saat seorang murid Confusius bertanya kepadanya apakah yang pertama-pertama harus dilakukan jika ia memerintah negara. Jawaban Confusius: "Satu-satunya hal yang pertama-pertama diperlukan adalah pembetulan nama-nama. Hendaknya seorang penguasa bersikap sebagai seorang menteri, seorang menteri bersikap sebagai seorang bapak, dan seorang anak bersikap sebagai seorang anak."

Harmoni

Bila jalan suci (Too) yang sejati telah dilaksanakan di atas bumi, maka semua umat manusia akan mementingkan kepentingan bersama. Pemimpin dipilih dan diangkat diantara cendekia yang bijaksana, semua orang dapat dipercaya dan saling membina kerukunan. Maka semua orang tidak lagi hanya mencintai orang tua dan menyayangi anaknya sendiri, laki-laki dapat peranan yang layak dan perempuan dapat jodoh yang sesuai, anak-anak dapat tumbuh dengan sempurna, orang dewasa dapat menyalurkan pekerjaan yang pantas, para lanjut usia dapat penampungan dan perawatan yang layak. Orang sakit, cacat, anak yatim piatu, janda, duda semuanya mendapat perhatian dan penempatan yang layak.

Orang akan marah kalau lihat barang yang masih berguna dibuang dan disia-siakan di atas tanah begitu saja, mereka pasti mengambilnya, tapi tidak untuk dimiliki. Semua orang rajin bekerja dan tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Dengan demikian penipuan, pencurian dan semua bentuk kejahatan tidak akan ada. Orang kalau mau meninggalkan rumah, cukup menutup pintu dan tanpa harus menguncinya. Keadaan damai demikian rupa dinamai sebagai masyarakat harmoni yang sejati.

Berkenaan dengan tibanya musim penghujan yang sering membuat banjir, longsor, sudah seharusnya para pemimpin penguasa dan orang-orang bijaksana perlu mempelajari kemampuan memimpin manusia ke jalan yang terbaik dan sesuai dengan alam.

Inilah makna terdalam Imlek bagi diri sendiri, keluarga dan pemimpin untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang menjunjung tinggi keadilan, kedamaian, kerukunan, kesejahteraan, meski berbeda agama, suku, ras dan antar golongan. Saatnya menjadi pemimpin yang sejati. Semoga. Selamat Hari Raya Imlek 2565. Gong Xi Fa Cai. []


IBN GHIFARIE, Pengeloa Laboratorium Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.
×
Berita Terbaru Update