-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dies Natalis dan Moderasi Beragama

Monday, May 17, 2021 | May 17, 2021 WIB Last Updated 2021-05-27T03:20:09Z



GHIFARIE-Sejatinya kehadiran Dies Natalis ke-53 UIN Sunan Gunung Djati Bandung (8 April 1968-8 April 2021) harus menjadi momentum yang tepat untuk meneguhkan kembali moderasi beragama di tengah-tengah maraknya aksi terorisme, radikalisme, fundamentalisme dengan merujuk pada khzanah kearifan lokal (Sunan Gunung Djati).

Pasalnya, Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan tingkat terorisme yang tinggi. Data Global Terrorism Index tahun 2019 menunjukkan Bumi Pertiwi berada di urutan ke-35 dari 138 negara yang terdampak terorisme dengan posisi pertama ditempati negara Afganistan. 

Parahnya, dalam rentan waktu (awal Januari-Maret 2021) Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 94 tersangka teroris dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Gorontalo, Jawa Timur, Jakarta, Bekasi. 

Tingginya aksi teroris menjadi bukti nyata atas tumbuh suburnya gerakan terorisme di Indonesia. Apalagi selama ketidakadilan, kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksiapan pribadi (kelompok) dalam menghadapi segala persoalan keindonesiaan, kebangsaan, dan keislaman, yang kian merasuki segala aspek kehidupan, dapat dipastikan menjadi pemicu atas kemunculan radikalisme, terorisme, dan aksi bom bunuh diri ini.

Ingat, aksi terorisme selama ini terjadi bukanlah jihad. Setiap muslim memang dianjurkan untuk berjihad, namun jangan diartikan hal tersebut sebagai gesekan fisik. Jihad itu bukanlah teror dan teror bukanlah jihad. Jihad bukanlah terorisme seperti yang didengung-dengungkan Barat. Tiada ada satu ayat pun dalam alquran yang mengajarkan terorisme, bahkan Islam sangat melarang terhadap perilaku yang menyakiti dan menteror orang lain. 

Sebenarnya mengidentikkan terorisme dengan Islam adalah fitrah besar, apalagi jika makna teror diartikan sebagai serangan tanpa pandang bulu. Islam justru datang mengajarkan adab-adab dalam berperang ketika konflik senjata (fisik) sudah tidak dapat dihindari. 

Padahal jihad adalah kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah dengan melakukan penyadaran terhadap suatu kaum yang masih berbalut dengan kemusyrikan. Jihad adalah kesungguhan untuk mempertahankan dan meningkatkan kadar keimanan setelah melalui berbagai cobaan. Jihad merupakan perjuangan yang sungguh-sungguh merealisasikan amal shalih dalam arti seluas-luasnya dalam ranah kehidupan nyata. (Khairul Ghazali, 2015:116, 140-141).

Moderasi
Kampus sangat tepat menjadi laboratorium moderasi beragama. Kehadiran rumah moderasi beragama di lingkungan STAIN, IAIN, dan UIN sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah Kementerian Agama diharapkan menjadi salah satu upaya mengangkal radikalisme di perguruan tinggi.

Moderasi beragama adalah proses memahami, mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku radikalisme, ekstrem, berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.

Dengan demikian, moderasi beragama bukan berarti memoderasi agama. Mengingat agama dalam dirinya sudah mengandung prinsip moderasi, keadilan dan keseimbangan. Bila terjadi perusakan di muka bumi, kezaliman, dan angkara murka itu tidak dinamakan agama. Agama tidak perlu dimoderasi lagi. Namun, cara seseorang beragama harus selalu didorong ke jalan tengah, harus senantiasa dimoderasi, karena ia bisa berubah menjadi ekstrem, tidak adil, bahkan berlebih-lebihan.

Orang moderat harus berada di tengah, berdiri di antara kedua kutub ekstrem, tidak berlebihan dalam beragama, tapi juga tidak menyepelekan agama. Tidak ekstrem mengagungkan teks-teks keagamaan tanpa menghiraukan akal (nalar), mendewakan akal, sehingga mengabaikan teks. 

Moderasi beragama bertujuan untuk menengahi serta mengajak kedua kutub ekstrem dalam beragama untuk bergerak ke tengah, kembali pada esensi ajaran agama, memanusiakan manusia. 

Prinsipnya ada dua: adil dan berimbang. Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakannya secara baik dan secepat mungkin. Sedangkan sikap berimbang berarti selalu berada di tengah di antara dua kutub. Dalam hal ibadah, misalnya, seorang moderat yakin bahwa beragama adalah melakukan pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk menjalankan ajaran-Nya yang berorientasi pada upaya untuk memuliakan manusia.

Orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktek beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan. Orang beragama dengan cara ini rela membunuh sesama manusia “atas nama Tuhan” padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama. (Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019:iii,6-7)

Menaladani 
UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai Perguruan Tinggi Islam terbesar di Jawa Barat, keberadaan Rumah Moderasi Beragama pertama di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang diresmikan oleh Menteri Agama Jenderal (Purn) Fachrul Razi pada Selasa (26/11/2019) ini menjadi ikhiar bersama dalam menangkal radikalisme, terorisme di Bumi Pasundan 

Sejatinya, kampus menjadi rumah moderasi beragama dengan tersemainya gagasan kebangsaan, menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati perbedaan, rukun, membawa pesan agama yang mengedepankan cinta kemanusiaan, kedamaian.

Hadirnya rumah moderasi Islam merupakan bagian dari komitmen UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk menjadi agen penyebar gerakan Islam moderat di Jawa Barat yang dibangun dengan berbagai wacana, diskusi, dan mempersiapkan sarjana ulama zaman now melalui rumah alquran.

Inilah ikhtiar untuk membangun moderasi beragama di Indonesia itu, terutama di lingkungan PTKIN. Mudah-mudahan dengan adanya rumah moderasi beragama rumah yang berpijak pada sosok Sunan Gunung Djati dipersiapkan untuk membentuk generasi muda (Islam) yang memiliki wawasan kebangsaan, demokratis, jujur, berkeadilan, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, etika akademik, menghargai segala kemajemukan, kerukunan, kedamaian. Selamat dies natalis ke-53 UIN Bandung.

IBN GHIFARIE, alumni Studi Agama-agama, pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung

Sumber, PIKIRAN RAKYAT Jumat 9 April 2021 
×
Berita Terbaru Update