-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (7)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T00:08:58Z
UIN SGD masih menjuarai di urutan terakhir
oleh Ibn Ghifarie

Pagi hari yang cerah itu, tak seperti hari-hari biasanya kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung dibanjiri lautan manusia sekira 3000 orang. Pasalnya, mereka sedang mengikuti tes Penerimaan Calon Mahasiswa Baru (PCMB). UIN SGD hari pertama (17/06) dengan materi tes Bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia), Ilmu pengetahuan umum (MIPA; Matetatika, Fisika, Bilogi, Kimia, IPS; Geografi, Ekonomi) dan Ilmu Agama (Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam).

Di sisi lain, hari ini merupakan hari-hari bersejarah bagi kaum pelajar, karena hari pertama tahun ajaran 2006/2007 setelah mereka menghabiskan liburan panjang akhir semester dengan perbagai cerita. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Namun, berdeda dengan UIN SGD. Kini, kampus biru sedang menggelar ujian tes masuk. sudah tentu, tak ada proses belajar-mengajar di perguruan tinggi islam tersebut. Kecuali ribuan calon mahasiswa yang sedang mengadu nasib lewat kecuil kertas guna melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Seiring dengan perubahan IAIN menjadi UIN, model tes pun agak berbeda. Bila pada masa IAIN semua peserta merasa tergangu dengan suara bising keluar masuk kendaraan bermotor, karena tak ada pangkalan parkir khusus. Sekarang, hilir mudik kendaraan pun tak terdengar lagi. Sudah tentu, dapat menciptakan suasana ujian semakin nyaman. Meskipun, tak sedikit dari calon mahasiswa baru memanfaatkan suasana tenang nan adem itu, dengan perbuatan bermanfaat. Mulai dari, menghapal, membaca sampai berdiskusi.

Nyatanya, sebagian calon kelompok tercerahkanr, mereka malah asyik nongkrong-nongkrong sekitar teras ruang belajar mengajar di Fakultas (Ushuluddin, Syari’ah dan Hukum, Dakwah dan Komunikasi, Adab dan Humaniora), Kafetaria KOPMA, DPR (Di bawah Pohon Rindang) sampai-sampai ada sebagain peserta yang tak mempersiapkan sama sekali bahan-bahan ujian. Seperti yang diungkapkan oleh Rudi, Pria asal Medan “Ga ada persiapan sama sekali dalam menghadapi ujian tes UIN, soalanya aku mengikuti SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru)”, katanya.

“Harus ada persiapan mulai dari baca-baca soal ujian tahun kemarin, nanya-nanya pada kakaknya (kuliah di UIN-red), bulak-balik menghapal pelajaran dulu waktu masih di SMA (Sekolah Menengah Atas) sampai mengikuti BIMTES (Bimbingan Testing) dan TRIOUT yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kabupaten Bandung, kata salah satu peserta yang tak mau disebutkan namanmya.

Menyoal ketidaksiapan peserta dalam mengikuti tes masuk UIN SGD. Alih-alih perguruan tinggi islam sebagai pamungkas dan sambil menggu pembukaan SPMB. Ita, calon mahasiswa KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) pun angkat bicara, ‘Selain ikut ujian di sini (UIN-red) aku juga tes SPMB supaya dapat melanjutkan kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Tinggi). Mesipun tak lulus di UPI, tapi masih bias belajar di UIN SGD. Mohon doanya semoga lulus, tegasnya.

‘Urang mah dari pada teu kuliah. Atuh-atuh bisa neruskeun di UIN SGD Bandung ge uyuhan. Caoba dari pada heunteu kuliah,’ ujar Dudi (bukan nama asli) saat di temui PusInfoKom.

Laih halnya dengan Rafi, Alumnus pesantren ternama di Garut menggapai persoalan itu, ‘Maenya Ana anu geus lila mondok di pasantren kudu ngapalkeun deui pelajaran agama lamun rek ujian UIN SGD. Lain duanana sarua ngaji bag-bagan agama,’ paparnya.

Pernyataan senada pun terlontar dari Yati mahasiswa Tasawuf Psikotrafi (TP) saat masuk UIN SGD tahun ajaran 2002/2003, ia menjelaskan ’Masa mesti menghapal lagi, bila masuk UIN SGD. Bukanya kita lama di pesantren,’ katanya.

Berbeda dengan Johan S. Kantara, pengurus Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) ikut nimberung dalam permasalahan itu, manakala ia masuk UIN SGD tahun 2004/2005 memaparkan ‘Karena tak diterima di perguruan tinggi negeri ternama lewat SPMB, maka sebagai alternativnya saya mengukuti tes di UIN SGD, hingga lulus di jurusan Menejemen Keuangan Syariah (MKS),’ katanya

Lepas dari, ketidakjelasan motif masuk UIN SGD. Nyatanya, di sebagian masyarakat masih melekat beberapa pemahaman; bila masuk perguruan tinggi pavorit, maka jelas tinggi status sosialnya, menjamin masa depanya, dapat bekerja langsung dan kelulusannya pun lebih mudah diakses via SPMB dari pada PCMB. Padahal, hasil kelulusan SPMB diumumkan tanggal 20 Agustus mendatang. Sementara tes PCMB di UIN SGD tanggal 1 Agustus kelak.

Alah hese geuning ngisi soal ujian teh, sugan teh di Perguruan Tinggi Islam (UIN SGD-red ) moal aya ngitung rumus sagala rupa, tapi nyatana aya oge”, demikian ungkap Ita Sumiati saat di temui PusInfoKom.

Pemahaman UIN SGD hanya mengajarkan pelajaran sekaligus membuka jurusan keagamaan semata. Masih melekat di kalangan masyarakat. Lebih parah lagi, ada sebagian kalangan awam yang tak mengetahui keberadaan UIN, tapi bila di sebutkan IAIN dulu, baru mereka mengenalnya. Lantas, sejaumana sosialisai ke masyarakat tentang perubahan nama IAIN menjadi UIN itu?


Dengan demikian, UIN SGD Masih mendapatkan peringkat paling akhir. Bila kita bandingkan dengan pelbagai perguruan tinggi negri ternama di kota Bandung tersebut. Juara awal masih di raih UNPAD (Universitas Padjadjaran), UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) Meskipun sama-sama Universitas atau Institut dulu.[Ibn Ghifarie]


cag rampes Pojok PusInfoKomp, 17/07; 15. 34 wib
×
Berita Terbaru Update