-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tulisan (17)

Wednesday, August 30, 2006 | August 30, 2006 WIB Last Updated 2006-08-31T03:07:27Z
DIALOG KEBANGSAAN DAN BEDAH BUKU
published on 9 Desember 2005 | Berita Mahasiswa

(UINSGD.AC.ID) Hari senin (21/11/05), Aula atau gedung serba guna Universitaas Islam Negeri Sunan Gunung Djati dipadati peserta seminar dalam acara bedah buku dan dialog kebangsaan dengan mengangkat tema "Mengenal Lebih Dekat Ahmadiyyah; Ajaran dan Gerakan Dakwahnya". Acara tersebut merupakan kerja sama antara pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama (BEMJ-SA) dengan Komunitas Islam Emansipatoris (KOSIEM) Bandung.

Dalam acara tersebut hadir beberapa pembicara, antara lain; Khairudin Barus SY, sebagai wakil dari Ahmadiyyah Indonesia, M. Jadul Maula, direktur Lembaga Kajian Islam dan Sosial Yogyakarta, dan Dr. Nurrohman MA dosen Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai pembanding. Meski ketiga nara sumber itu berlainan paham, diskusi tetap berjalan lancar tanpa ada sentuhan-sentuhan sentimen dari pengunjung. Sedangkan acara dialog tersebut dibarengi dengan tiga kali pemutaran film; “Selayang Pandang Tentang Ahmadiyyah”, “Penyerangan Terhadap Jemaat Ahmadiyyah di Parung Bogor“ dan “Dakwah Global Ahmadiyyah”

Acara tersebut mendapat sambutan hangat dari civitas akademis dan berjalan lancar. Ahmadiyyah pasca penyerangan, dengan berbagai atribut yang di labelkannya, ternyata memiliki visi dan misi yang nyaris mirip dengan kebanyakan organisasi umat Islam pada umumnya. Ahmadiyyah bahkan sama seperti Persatuan Islam, Muhammadiyyah, dan Nahdatul U’lama, ia hanya beda dalam nama semata. Ajarannya sama mengagungkan Islam, demikian kata Khairudin Barus SY.

Sambutan hangat dalam acara seminar ini tampak dalam keterlibatan mahasiswa yang aktif dalam diskusi dan bedah buku tentang Ahmadiyyah ini. Apresiasi positif diberikan peserta seminar dengan rasa penuh persaudaraan-iman, Ukhuwah-Imaniyyah. Sebagai kajian ilmiah-akademis, dapat dipastikan bahwa hal ini memang harus ditradisikan dan harus mentradisi terus-menerus, dari generasi ke generasi. Suatu pandangan baru di abad modern ini yang akan sanggup membawa pada kerukunan hidup umat beragama.

Seperti halnya sebuah madzhab keagamaan lainya dalam Islam, Jemaat Ahmadiyyah Pakistan terbagi dua aliran, Lahore dan Qadian. Lahore sama dengan kita, sedangkan Qadian sedikit berbeda dengan kebanyakan Organisasi Islam. Dalam theologi misalnya, Ahmadiyyah Qadian sempat mengakui adanya nabi baru, terlepas nabi termaksud apakah membawa syari’at ataupun tidak. Sedangkan Lahore tidak demikian. Dalam teologinya, Lahore hanya meyakini kedatangan sang Imam Mahdi, petunjuk di akhir zaman kelak, demikian ungkap para nara sumber di akhir diskusi dan bedah buku itu. (Boelldz/Cian/uinsgd.ac.id).
×
Berita Terbaru Update