-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Coretan (9)

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T07:58:30Z
Ujian Maha Dahsat Itu Bernama Puasa

published on 23 September 2006 | Berita Universitas--oleh Ibn Ghifarie

A.H Nasution--Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama (BEMJ-PA) KBM (Keluarga Besar Mahasiswa) UIN SGD Bandung menggelar acara Dialog Lintas Agama (21/09) bertajuk `Puasa Dalam Perspektif Lintas Agama` di Auditorium UIN SGD Bandung dengan pembicara; Ida Bagus Ray Adyana (Ketua Bidang Pendidkan Parisada Kota Bandung; Perwakilan Hindu), Gustiana, P.h.D (Dosen Fakultas Filsafat dan Theologi; Perwakilan Islam), Bikhu Jagarapanno (Kepalan Budha Viviasan Graha; Perwakilan Budha), Dra. Wiwik. W (Pembaca Sidang Jemaat Kristen Science; Perwakilan Kristen) yang dipandu oleh Eva Nurlatifah (Ketua Bidang Hubungan Antar Agama BEMJ-PA).

Terselengaranya kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa Perbandingan Agama yang dimotori oleh BEM-J dalam menyambut bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan tersebut. Pasalnya sebagian umat Islam menganggap bahwa tradisi puasa itu hanya milik islam semata. Padahal, hampir semua agama mempunyai kebiasaan berpuasa.`mudah-mudahan acara ini dapat menambah wawasan kepada kita dan mempertebal keimanan kita,`ungkap Abdul Basit selaku ketua Oc.

Menyoal pemahaman shaum hanya milik muslim semata. Ida Bagus Ray Adyana mengawali dialog dengan mengurai terlebih dahulu makna Puasa. Semula kata puasa itu berasal dari sangsekerta yakni Upa (dekat) dan Wasa (kuasa). Tak lain supaya mensucikan diri dan tetap menjaga moralnya , hingga upaya mendekatkan diri kepada Tuhannya tercapai.

Kebiasaan itu sejak dahulu telah diajarkan oleh para Resinya. Berdasarkan pada Darma Sastra; dosa hukumnya bila tak melakukan amalan baik berupa puasa. 'Jadi puasa tah hanya di miliki oleh agama islam saja, tapi dalam agama kami (Hindu-red) pun ada. Malah terdapat dua kategori dalam puasa tersebut. Yakni pribadi (puasa kelahiran, bulan purnama) dan umum (Hari Raya Nyepi; api, kerja, hiburan, berpergian),'paparnya.

'Intinya tradisi puasa itu untuk mensucikan diri, meningkatkan spiritualitas, hingga menyatulah dengan atman,'tambahnya.
'Puasa merupakan rangkaian dalam aturan yang mesti dimiliki oleh setiap umatnya,' sambil menjelaskan ketetapan umat biasa yang harus menjalankan pancasila; berusaha tak membunuh makhluk hidup, tak mencuri, tak melakukan perbuatan asusila, berbicara tak benar dan berusaha meninggalkan perbuatan yang dapat melemahkan kesadaran dan pikiran kita ungkap Jagarapanno.

Meski, berbeda aturan tersebut bagi para Bikhu. Yakni sebanyak 208 dan terdiri dari 8 kategori. Namun yang terpenting dari pesan puasa adalah terbentuknya kesadaran dan kejujuran pada dirinya. `Inilah ujian besar buat kita,`jelasnya.

Bagi Wiwik yang mengurai dari Kitab Perjanjian Lama (bab 5 dan 7) menjelaskan Daud sering menjalankan puasa, karena melihat saudaranya yang terluka. Kata-kata dalam berperang (Yunus 4-7) 40 hari Niniwe akan dihancurkan Allah, maka diserukanlah kepada seluruh umat untuk berpuas. (Yesaya 58;1-8) engaku harus merdeka dari segala ketertindasa, belenggu kelaliman. Bila perbuatan itu akrab dan melekat pada biri kita, maka terangmu merekah bak fajar, tegasnya.

Matius 6-16 berpesan kita jangan sering melakukan perbuatan munafik, bahkan dalam melakukan perbuatan baik (puasa) kita jangan sampai terlihat oleh orang lain. `Namun, yang terpenting dalam melakukan puasa bagaimana cara menahan diri dari sifat keduniawian. Pengorbanan. Kasihanilah sesame manusia seperti mengasihi diri sendiri,`katanya.
'Untuk itu, maka ikutilah segala tindak-tanduk baik Nabi bernama puasa. Pasalnya mereka merupakan suri tauladan kita,'jelasnya.

`Puasa merupakan berbuatan baik guna mendekatkan diri pada Allah SWT. Umat isalam harus menjaga dari segala perbuatn makan, minum, menahan perbuatan zina, mulai dari terbit pajar, hingga terbenamnya matahari,`kata Gustiana.

`Meski begitu, inti dari pelaksanaan shaum adalah mengikatnya derajat taqwa kita dihadapan Allah SWT, sambil mengutif Al-Qur’an (Al-Baqarah;183)

Suasana Dialog Lintas Iman itu, mendapatkan perhatian lebih dari civitas akademik. Terutama bagi mahasiswa baru. `Acara ini menarik sekali. Soalnya, membuat aku bertanya-tanya. Benarkah dalam agama lain kebiasaan puasa itu ada? Ungkap salah satu mahasiswa baru yang tak mau disebutkan namanya.

Meski bendapatkan antusias lebih dari kalangan mahasiswa. Namun, sikap awam dan naif dalam dialog antar agama di kalangan umat Islam tampaknya masih menggejala. Hal ini tampak dalam sederetan pertanyaan yang cenderung melakukan “penyerangan” terhadap sistem ajaran non muslim. Hal ini bisa disimak dari pertanyaan-pertanyaan seperti: “Kalau memang dalam setiap agama mengajarkan puasa, tapi mengapa banyak terjadi konflik antar agama? Merajalelanya perbautan KKN (Korupsi, kolusi dan nefotisme) di Negara Indonesia? Lantas dimanakah fungsi agama itu? Apakah dalam agama non muslim terdapat waktu-waktu tertentu dalam menjalankan perintah tersebut?

Lebih lanjut, pertanyaan bernada ganjil pun bermunculan; `Bagaimana posisi orang baligh, tapi saat menjalankan puasa ia mendadak gila dan sembuh satu tahun mendatang. Apakah ia harus mengkodo atau membayar fidyah? Apakah ada perbedaan pahala dan dosa bagi para kasta dalam melakukan perbautan puasa tersebut? Termasuk berdosakah bila para Bikhu melakukan makan setelah pukul 12 siang?

Lepas dari rantaian pertanyaan klise itu, yang jelas setiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk mengikuti teladan Rasulnya. Salah satunya dengan melaksanakan puasa. “Mudah-mudahan acara ini dapat menambah wawasan dan membuka cakrawala kita tentang kajian keagamaan, terutama selaku insan akademik dan insan agama. Tentunya supaya dapat menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi pada pelbagai perbedaan dan mempererat tali silaturrahmi antar iman” kata Abdul Basit.

Husni Mubarak, Presma BEMJ PA menjelaskan bahwa “hajatan” ini merupakan Program kerja BEMJ dan guna membangun visi intelektual muslim yang beriman dan bertakwa, tanpa menghilangkan bahkan menapikan keragaman dalam beragama. Terlebih lagi guna merajut kembali tapi persaudaraan lintas agama yang sempat bercerai-berai. Apalagi sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Karena Shaum mengajarkan kita untuk tetap selalu menjali persaudaraan antar sesama manusia, tagasnya.

Senada dengan Basit, Casram, Sekjur PA, pun dalam sambutan pembukaan perhelatan Dialog Lintas Iman itu, berkata “Mudah-mudahan dengan digelarnya kegiatan ini dapat menambah wawasan, membuka cakrawala dan memberikan kontribusi positif kepada kita tentang kajian keagamaan serta diharapkan dapat mengenal jiwa-jiwa lain lebih arif. Bila sudah mengenal dari sumbernya (mengenal agama dari para pemuka agamanya-red), maka tak ada lagi anggapan-angapan yang subjektif tentang ajarannya, sehingga terciptalah tatanan masyarakat yang ramah dan menghargai perbedaan, katanya. (Ibn Ghifarie PusInfoKomp).

Cag Rampes,Pojok Auditirium,21/09;12.24 wib
×
Berita Terbaru Update