-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Wednesday, October 04, 2006 | October 04, 2006 WIB Last Updated 2006-10-04T08:04:47Z
Psikologi Tetap Membara
published on 4 September 2006 | Berita Mahasiswa

A.H.Nasution__Menolak seluruh ketetapan dan atau keputusan birokrasi kampus yang berkaitan dengan proses perekrutan dosen, proses pemilihan dekan dan proses pemilihan anggota senat Universitas perwakilan Fakultas Psikologi. B) Menolak dan tidak mengakui pelantikan Dekan Fakultas Psikologi yang diselennggarakan pada hari senin 31 juli 2006, ungkap Heri, mantan Presama Psikologi.

Pernyataan sikap itu disampaikan oleh sebagian mahasiswa yang tergabung dalam KABEMAPSI (Keluarga Besar Mahsiswa Psikologi) UIN SGD Bandung dalam rangka pelantikan Dekan Fakultas Psikologi di depan Al-Jamiah (31/07).

Sekira 30 mahasiswa KABEMAPSI itu menuntut berdirinya Fakultas Psikologi dalam bingkai ’serba-serbi’. Pasalnya masih terdapat pelbagai keganjilan bekenan dengan; pertama, Serba Tidak Transparan mulai dari proses peraliha dari jurusan ke PLH (Pelaksanan Harian Fakultas Psikologi), rekrutmen dan mutasi dosen Fakultas Psikologi dari fakulktas lain sampai mekanisme penjaringan dekan dan pemilihan dekan. Kedua, Serba Mendadak, mulai dari waktu penjaringan dan pemilihan dekan di penghjung masa aktif perkuliahan (14-15/07), Informasi berkenan dengan hal di atas diketahui mahasiswa setelah ada pengajuan audiensi dengan pihak PLH (12/07), Undangan perihal penjaringan calon dekan untuk mahasiswa (13/07), itupun hanya diteriman sebagian mahasiswa pada pukul 17.00 wib. Ketiga, Serba Tidak Tahu untuk kebutuhan psikologi, universitas tidak tahu yang sebenernya, tentang kondissi real jurusa psikologi pun, univesitas tidak tahu yang sesungunhnya. Keempat, Serba Inkonsisten, beberapa jawaban para petinggi birokrasi (Rektor & PLH) pada saat audiensi cenderung normatif (29/07) atau hanya berupaya janji yang belum tentu terbukti, Kelima, Seba Tidak Jelas, Rekrutmen dan kualitas dosen yang berlatar belakang psikologi belum jelas, Fasilitas penunjang perkuliahan pun masih terbatas, beredar rumor bahwa psikologi akan membuka lebih dua kelas, dalam tulisanya.

Demontarsi kedua ini sempat diwarnai kegaduhan. Yakni dengan penyobekan secara bersama-sama pada spanduk bertajuk ’Selamat Atas di Lantiknya Dekan Fakultas Psikologi’ komunitas mahasiswa psikologi dan beredarnya selembaran bernada ’Naseahat Suci’ waspadai propokasi dosen yang ambisius jabatan sekarng juga. dengan catatan; memparopokasi mahasiswa agar aksi menuntut kepada Dekan terpilih/PLH/Rektorat, jika tidak aksi dosen akan mutasi/mengundurkan diri. Tertanda mahasiswa psikologi yang sadar dan suci.

Selain itu, selembaran ‘Memohon Dukungan’ tertulis ‘Kami meminta kepada semua mahasiswa agar melakukan aksi dan mendukung kami mendapatkan posisi pimpinan fakultas psikologi. Bagi mahasiswa yang siap mendatangani tuntutan, kami siapkan hadiah dan nilai A untuk semua mata kuliah psikologi’

Meski terjadi dua iseu, aksi turun kejalan pun tetap mendapatkan perhatian lebih dari sejumlah civitas akademik UIN SGD Bandung, bahkan petinggi Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UIN SGD Bandung Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas (MPMU) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU). Sekali terdengar yel-yel dan berteriak atas nama mahasiswa.

‘Saya secara pribadi dan lembaga mendukung, memperjuangkan aspirasi sabahat-sahabat psikologi, bahkan menolaknya,’ kata Andriyana, ketua DPMU.

Senada dengan Andriyana, Aas selaku ketua MPMU pun angkat bicara, ‘Saya mendukung perjuangan sahabat-sahabat psikologi,’ paparnya.

Membincang sejumlah tuntutan mahasiswa yang mulai berbeda antar medukung dan tidak saat di temui Pusinfiokom Aji Muhammad Sahel, ‘Membantahnya. Tak ada mahasiswa Psilkologi yang mendukungnya. Kalupun ada yang mengeluarkan selembaran dan spanduk itu hanya akal-akalan saja dan sarat permainan politik, tegasnya.

‘Pelaksanaan pemilihan Dekanya pun mahasiswa tak pernah dilibatkan. Kalupun ada itu hanya bersifat informal, bahkan terkesan menutup-nutupi. Artinya mereka hanya bisa berkomunikasi dengan satu perwakilan mahasiswa (Presma-red), tambah Hari.

Reza M Sani, mantan Presma Psikologi menambahkan, Perubahan jurusan psikologi ke fakulatas tak memenuhi standar kurikulum Psikologi Depdiknas. Tak ada spesialisai psikologi misalnya ahli neorologi. Jangankan ada para pakar psikologi dan untuk memenuhi standar Komisi Disiplin Ilmu (KDI) psikologi 8 dosen lulusan program psikologi dan 2 lulusan program sarjana psikologi. UIN baru memiliki 4 dosen berlartar belakang psikologi, itupun diragukan kedisiplinan keilmuannya.

Setelah sekian lama mahasiswa berteriak menolak pelantikan dan tak mengakui Dekan Fakultas Psikologi sambil terus membacakan tuntutan, berorasi dan menyuarakan yel-yel; bangkit, lawan hancurkan tirani dan revolusi, revolusi. Akhirnya pihak Rektorat mengabulkan permintaan mahasiswa untuk melakukan audiensi di Ruang Sidang Rektorat. Semula hanya perwakilan saja. Namun berkat kepiawaian tim lobi ujung-ujungnya sejumlah demonstran dapat bertukar pendapar dengan para Pejabat Kampus.

Jejak pendapatpun mulai alot dan memanas, sesekali terdengar ungkapan oh..ya.. dan tepuk tangan secara bersama-sama. Manakala perwakilan mahasiswa mengeluarkan pertanyaan klise; mekanisme pemilihan dekan, mempertanyakan statuta UIN dalam pemilihan dekan, penjaringan dekan yang terkesan hanya menampilkan 2 orang calon saja, karakteristik psilkologi menurut pihak Rektorat, proses pemilihan anggota senat dari fakultas psikologi untuk perwakilan universitas ditandai dengan aksi wark out-nya dosen-dosen eks jurusan psikologi, mampukan UIN menyedikan laboraturium, perpustakan, ruang kuliah, dosen berkualitas, sampai-sampai pada tuntutan penjaringan ulang pemilihan dekan? Hingga Rektor berujar, Mengapa anda menolak pelantikan Dekan Fakultas Psikologi?

’Saya hanya mengesahkan dan melantik kepengurusan. Tentang mekanisme pemilihan, silahkan anda tanyakan pada ketua Pelaksan Harian (PLH) Fakults Psikologi saudara Najib. Meskipun dalam pemilihan dekan merupakan hak progratif Rektor, tapi saya tidak mau. Logikanya angkat sendiri saja bisa. Namun karena kita hidup di negara demokrasi maka harus melalui pemilihan,’ ungkap Nanat Patah Natsir dalam pemaparannya.

Najib menjelaskan, sekira (24/05) ia mendapat mandat dari Senat Universitas untuk menyenggarakan pemilihan Dekan Psikologi dan Saintek (Sains dan Teknologi) selama 2 bulan. Semula akan dilaksanakan pada bulan juni, tapi karena ada surat dari Dirjen untuk segera pemilihan dekan, maka dipercepat pelaksanannya. Setelah di konfirmasikan kepada perwakilan mahasiswa (Presma) bulan Juni mahasiswa sedang melaksanakan UAS, maka di undur hingga bulan juli. Berkat kesepakatan presma dan ketua PLH, akhirnya digelarlah hajatan itu (14-15/07), dan terpilihlah Dekan Fakultas Psikologi, Drs, Endin Nasruddin, M.S.I

Ibarat pepatah anjing menggonggong kabilah berlalu. Mahasiswa tetap dengan pendiriannya. Begitupun dengan pihak Rektorat. Sampai-sampai salah seorang mahasiwa Pradewi berujar, ’Kami tak butuh janji-janji, tapi bukti dan saya tak mau memangil beliau (dekan-red) sebagai dekan. Pasalnya pemilihan dekan itu tidak sah dan kedisiplinan ilmunya diragukan, karena disenyalir memakai gelar palsu, seperti yang diberitakan oleh PR (27/05). Artinya tetap saja mahasiswa menuntut, rektor pun tetap belagu, cetusnya

Nyatanya perubahan IAIN menjadi UIN tak berbanding lurus dengan kebesaran namanya. Apalagi dengan perlengkapan sarana dan prasarana yang menadai. Malah seolah-olah pihak rektorat melesatarikan budaya lama dalam pergantian kepemimpinan. (Boelldzh PusInfoKomp)

Cag Rampes,Pojok Gedeung Rektorat,31/07;14.12 wib

×
Berita Terbaru Update